Sunday, February 28, 2016

Berbahagialah Bagi Yang ber Uban

Pada tahun 2012 yang lalu, seorang peneliti bernama Ismael Galvan dari Museo Nacional de Ciencias Naturales, Spanyol melakukan studi penelitian tentang uban. Hasilnya ternyata uban merupakan tanda-tanda akan memiliki hidup panjang dan sehat. Uban menandakan absennya melanin. Artinya, uban merupakan tanda hidup yang sehat. “Jauh dari tanda terkait penuaan, uban mengindikasikan kondisi yang baik,” pungkasnya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda
“Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat,” (HR. Ibnu Hibban)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah saw “Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban—walaupun sehelai—dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya,” (HR. Al Baihaqi)

Jadi berbahagialah bagi yang mempunyai uban, karena merupakan tanda kebahagian di dunia dengan nikmat hidup sehat dan panjang umur. Juga merupakan tanda kebahagian di akhirat dengan pahala dari Alloh swt.

Penyesalan Orang Tua Karena Mendoakan Jelek Pada Anaknya

Mutiara kalam nasihat dari Al Habib Zain bin Smith untuk para orang tua.

Seyogyanya bagi para orang tua mendoakan yang baik-baik untuk anaknya, bukan mendoakan keburukan baginya. Karena doa orang tua dikabulkan oleh Alloh swt, lebih-lebih jika bertepatan dengan waktu-waktu mustajabah.

Sering kita mendengar banyak cerita, orang tua mendoakan keburukan pada anaknya dan akhirnya doa itu di kabulkan oleh Alloh swt. Seharusnya jika anak buruk akhlaknya, doakan dengan "yarhamuka (semoga di rahmati), yahdika (semoga mendapat hidayah) atau doa-doa lain yang baik.

Diceritakan oleh sebagian Ulama bahwa, ada orang sowan mengadukan keburukan ahlak anaknya. Setelah di tanya, apakah pernah mendoakan jelek pada anaknya, dia menjawa ya. Itu adalah kesalahnya karena telah mendoakan keburukan bagi anaknya.

Wajib bagi para orang tua membantu anak agar berbuat baik padanya. Jangan menyuruh anak melakukan sesuatu yang tidak mampu untuk dikerjakan. Berkatalah yang baik dengan penuh lemah lembut terhadap anak dan maafkanlah dosa-dosanya.

Dalam sebuah Hadist, Nabi saw bersabda:

رحم الله والدا اعان ولده على بره. قالوا: كيف يارسول الله؟ قال يقبل احسانه ويتجاوز عن إساءته
Allah swt merahmati orang tua yang membantu anak agar berbakti padanya. Para sahabat bertanya "bagaimana itu wahai Rosulullah?" Menerima kebaikan dan memaafkan kesalahannya.

Jagalah, perhatikanlah, didiklah anak kalian dengan pendidikan yg baik dan jagalah mereka dari teman yang buruk. Mudah-mudahan Allah menjaga anak-anak kita dari keburukan.
Amiin..

Friday, February 26, 2016

Kisah Habib Umar Menaklukkan Singa

Pada suatu hari habib Umar bin Hafidz berencana melakukan safari dakwah ke pedalaman Afrika. Sungguh, perjalanan dakwah kali ini bukanlah hal yang mudah karena harus melewati hutan belantara yang terkenal dengan binatang buasnya.

Beliau Al Habib di temani seorang muallaf bernama khomis. Dia adalah salah satu dari muallafin yang diajak masuk islam oleh Habib Ahmad Masyhur bin Thaha Al Haddad. Muallaf ini sering membantu habib dalam berdakwah di daerahnya.

Dengan tekat yang bulat, habib Umar berangkat beserta rombongannya. Sebelum masuk ke dalam hutan, habib dan rombongan dicegat oleh beberapa polisi yang bertugas berjaga-jaga di pos. Mereka menyarankan agar jangan meneruskan perjalanan, apalagi hari sudah malam, takut jadi incaran binatang buas yang mencari makan.

Habib Umar turun dari mobil dan menyuruh menggelar tikar untuk bersama-sama membaca maulid Habsyi yang di kenal dengan Simtu Al Duror. Beliau mendapat isyarah agar meneruskan perjalanan dakwahnya. Polisi berinisiatif mengikuti rombongan dari belakang, takut terjadi sesuatu di dalam hutan.

Ketika sampai di tengah hutan, tiba-tiba ada se ekor singa muncul mengelilingi mobil yang di tumpangi Al Habib. Para rombongan ketakutan, tapi beliau tetap tenang kayak tidak terjadi apa-apa. Singa itu kemudian menaikkan kaki depannya ke jendela mobil disamping tempat duduk habib Umar. Sopir yang duduk bersebelahan dengan habib, keheranan karena beliau menyuruhnya untuk membuka jendela mobil. " Ya Habib! itu singa".

Akhirnya kaca jendela mobil diturunkan juga, karena telah diperintah oleh habib. Para rombongan takjub karena Al Habib bisa berkomunikasi dengan singa. Beliau berkata pada singa itu, " Aku ini utusan Rasululloh". Lalu beliau mengambil sebuah pisang dan dikasihkan kepada singa tersebut. Singa manggut-manggut. Sungguh aneh, singa pemakan daging itu, mau memakan pisang pemberian habib Umar.

setelah dikasih pisang, singa pergi menjauh dari mobil. Polisi yang tadinya mengikuti rombongan dari belakang keheranan melihat apa yang terjadi dengan habib, dan akhirnya mereka masuk islam.

Tuesday, February 23, 2016

Meluruskan Sejarah Sekh Siti Jenar

Oleh: KH. Shohibul Faroji Al-Robbani

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon, Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid’ Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’anusia 12 tahun.Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka.

Disana ayahnya, Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu, Kesultanan Malaka di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka. Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad. Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin’Affan. Dia juga menjadi Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon.

Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1.Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2.Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,

3.Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4.Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu YazidAl-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarahAl-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin’Affan.

Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri,Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy dan lain-lain.

Kesalahan sejarah tentang Sekh Siti Jenar adalah:
1.Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati, Alih aksara, Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm.1, cerita yang masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang].

2. Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar, alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3.Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh SitiJenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah Allah Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih.

Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun, manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5.Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat. ”Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide etEmpera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:

1)Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2)Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3)Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

http://pengumpulhikmah.blogspot.com/2013/02/sejarah-syeh-siti-jenar-yang-sebenarnya.html

Monday, February 22, 2016

Biografi Singkat Habib Munzir bin Fuad Al Musawa

Al Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973 dan meninggal di Jakarta, 15 September 2013 pada umur 40 tahun.

Habib Munzir adalah pimpinan Majelis Rasulullah. Ia meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada hari Ahad 15 September 2013 pukul 15.30 WIB. Kabar duka tersebut disampaikan oleh kakaknya, Habib Nabil Al Musawa melalui akun twitter pribadinya.

Habib Munzir merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al Musawa. Ayahnya bernama Fuad lahir di Palembang dan dibesarkan di Mekkah. Setelah lulus pendidikan jurnalistik di New York University, Amerika Serikat, ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang wartawan di harian ‘Berita Yudha’ yang lalu menjadi Berita buana.

Masa kecilnya  habib Munzir dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat, bersama saudara-saudaranya, Ramzi, Nabiel Al Musawa dan Lulu Musawa. Ayahnya meninggal dunia tahun 1996 dan dimakamkan di Cipanas, Jawa Barat.

Setelah  Al Habib menyelesaikan sekolah menengah atas, ia mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Al Saqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan. Lalu mengambil kursus bahasa arab di LPBA Al Salafy Jakarta timur. Ia memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, yang di pimpin oleh habib Naqib bin Muhammad bin Syehk Abu Bakar bin Salim.

Beliau Habib Munzir banyak menimba ilmu di ma’had Al Khairat dan di sinilah beliau kenal dengan habib Umar bin Hafidz yang kemudian diteruskan ke Ma’had Darul Musthafa di pesantren Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syech Abu Bakar bin Salim di Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari’ah selama 4 tahun.

Di sana Habib Munzir mendalami ilmu fiqh, ilmu tafsir Al Qur’an, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf, mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

Habib Munzir Al Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah-rumah, duduk dan bercengkerama dengan mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan. Atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang. Beliau terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah Swt, yang membuat hati pendengar sejuk.

Nama Rasulullah Saw yang sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu (Majelis Rasulullah Saw),agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab ia berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah Saw dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

Habib Munzir juga rutin melakukan takbir akbar di Istiqlal atau Senayan yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi negara Indonesia. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun-naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab.Tak jarang ia mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Ia bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah.

Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 30.000 hadirin setiap malam selasa, Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, ia juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan Kemiri Cidodol Kebayoran.

Sumber: Wikipedia

Sunday, February 21, 2016

Shalawat Yang Di Anjurkan Habib Munzir Agar Berjumpa Dgn Nabi

Sabda Rasulullah saw dalam mimpi Al Habib Muzir sambil menepuk bahunya:
"Munzir, tenanglah! usiamu belum mencapai 40 tahun sudah berjumpa denganku".

Al Habib Munzir pernah ditanya bagaimana cara beliau mimpi berjumpa dengan Rasulullah shallallohu 'alaihi wa sallama. Berikut ini jawaban beliau: "Cara berjumpa dengan Rasul saw dengan merindukannya, memperbanyak amalan sunnah semampunya dan memperbanyak shalawat. Rasululloh saw mencintai dan memperhatikan kita lebih dari ayah-bunda kita. Rasul saw adalah ayah ruh bagi semua ummatnya, maka ruh kita tetap mudah berhubungan dengan ruh beliau saw, melalui mimpi misalnya. Perkuatlah hubungan ruh anda dengan ruh beliau saw dengan shalawat ini;

اللهم صل على روح سيدنا محمد فى الارواح، وعلى جسده فى الاجساد، وعلى قبره فى القبور
"Ya Alloh limpahkanlah shalawat pada Ruh Sayyidina Muhammad di alam arwah, dan limpahkan pula pada Jasadnya di alam Jasad dan pada kuburnya di alam kubur".

Beliau Al Habib Munzir meneruskan nasihatnya: "Anda bisa saja berjumpa dengan Rasul saw dalam mimpi, maka perbanyaklah shalawat, cintailah sunnah, perbanyaklah bersedekah pada anak yatim dan berbaktilah pada ibunda kita jika masih ada. Ini adalah amalan-amalan yang sangat di cintai oleh Rasul saw. Anda jangan tidur kecuali bibir anda terus bershalawat pada nabi saw. Beliau akan menjumpai anda dan yakinlah!".

Al Habib Munzir juga berkata: "Saya menyukai semua macam shalawat. Dulu saya membaca 17 macam shalawat, di antaranya shalawat Syeikh Abdul Qadir Al Jailani yg panjangnya 13 halaman. Namun sekarang saya membaca satu macam shalawat saja, yang diajarkan oleh Rasul saw pada saya lewat mimpi:

اللهم صل على سيدنا محمد واله وصحبه وسلم
"Ya Alloh, limpahkanlah shalawat kepada sayyidina muhammad, keluarga dan sahabatnya dan juga limpahkanlah keselamatan".

"Shalawat ini saya baca 5.000 kali setiap harinya. Jika anda ingin membacanya silahkan! saya ijazahkan pada anda, boleh di baca100 kali, 200 kali atau lebih. Berapa saja sekiranya anda mampu dan juga bisa dibaca di mobil, di jalan atau dimanapun anda berada.

Beliau Al Habib munzir meneruskan perkataannya: "Masalah mimpi bertemu Rasululloh saw, saya pernah bermimpi beliau saw dan mengadukan banyaknya orang yang rindu kepada beliau saw namun belum juga berjumpa dalam mimpi. Beliau Rasululloh saw menutup wajahnya dan menangis, seraya berkata: "Tiada yang memisahkanku dengan mereka selain tabir qudrat dan mereka akan berjumpa denganku kelak".

"Rasul saw sangat perduli dan rindu pada ummatnya, lebih-lebih orang yang mencintai beliau saw. Telah diriwayatkan di dalam shahih Muslim, bahwa beliau saw bersabda: “Ummatku yang paling cinta kepadaku adalah orang yang hidup setelah wafatku dan mereka sangat mengidamkan berjumpa denganku dari pada harta dan keluarganya”.

Mimpi Habib Mundzir Sebelum Wafatnya

Al Habib Mundzir Al Musawa bercerita; Beberapa minggu yang lalu aku bermimpi berpakaian lusuh bagai kuli yang bekerja sepanjang hari. Di hadapanku ada Rasulullah saw berdiri di pintu kemah besar dan megah sedang memperhatikanku. Kemudian beliau bersabda "Semua orang tak tega melihat kau kelelahan wahai Mundzir! aku lebih tak tega lagi. Kembalilah padaku, masuklah ke dalam kemahku dan istirahatlah".

Aku melihat kedalam kemah mewah itu, ternyata ada guru mulia (Habib Umar bin Hafidz) seraya berkata, "Kalau aku bisa keluar-masuk ke sini kapan saja, tapi Engkau wahai Mundzir, jika masuk kemah ini, kau tak akan kembali ke dunia".

Rasulullah saw terus mengajakku masuk, "Masuklah! engkau sudah kelelahan dan tak punya rumah di dunia. Tak ada rumah untukmu di dunia, karena rumahmu di sini bersamaku, serumah denganku, se atap denganku, makan dan minum bersamaku. Masuklah!". Aku bertanya, "Lalu bagaimana dengan Fatah Jakarta? (Fatah tegaknya panji kedamaian Rasulullah saw)". Beberapa orang menjawab di belakangku, “Wafatmu akan membangkit kan ribuan hati untuk meneruskan cita-citamu. Masuklah!".

Kemudian malaikat Izrail as menggenggamku dari belakang, ia memegang kedua pundakku, seluruh uratku terasa sudah digenggamannya, seraya berkata, "Silahkan!  Aku hantar engkau masuk, mari!" Maka kutepis tangannnya dan aku berkata, “Saya masih mau membantu Guru Mulia saya. Lalu Rasulullah saw memerintahkan Izrail as untuk melepaskanku dan aku terbangun dari tidurku.

Semalam ketika aku rebah dalam kegelapan, aku melihat ada dua tamu bertubuh cahaya, namun wajahnya tidak berbentuk kecuali hanya cahaya. Ia memperkenalkan bahwa dirinya adalah Izrail as. Kukatakan padanya, "Belum, belum, aku masih ingin berbakti pada Guru Muliaku. Pergilah dulu!”. Izrail menghilang begitu saja.

Aku teringat akan penyakit terakhirku. Aku senang wafat dengan penyakit ini, karena Rasulullah saw beberapa bulan sebelum wafatnya terus mengeluhkan sakit kepala. Salam rinduku untuk kalian semua jamaah Majlis Rasulullah saw kelak. Jika terjadi sesuatu padaku maka teruskan perjuanganku, maafkan kesalahanku dan kita akan berjumpa kelak ditempat yang abadi.

Saturday, February 20, 2016

Gambaran Cinta Nabi Saw Kepada Umatnya

Pada suatu hari Rasulullah ditemui oleh malaikat Jibril. Rosul bertanya “Ada apa wahai Jibril?”. Dia menjawab “Wahai Muhammad! sesungguhnya hari ini Allah swt sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana. Untung aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah kepala alam semesta. Dengan alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah  kepada dirimu.”Rasulullah saw terdiam beberapa saat.

Nabi Muhammad saw bertanya “Wahai Jibril! ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”. Jibril menjawab “Wahai Muhammad! Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lobang dengan yang lain ialah perjalanan 70 tahun. Lubang yang paling bawah adalah yang paling panas". Nabi saw meneruskan pertanyaannya "Lalu siapakah penghuni lubang lubang neraka itu wahai Jibril?”. Malaikat menjawab “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang orang munafik, lubang berikutnya untuk penyembah berhala, lalu untuk penyembah bintang dan matahari". Jibril terus menerangkan penghuni tingkatan neraka hingga lubang yang ke lima tempatnya umat Yahudi dan ke enam Nasrani.

Setelah menjelaskan penghuni 6 tingkatan Neraka, Jibril diam cukup lama. Rasulullah saw penasaran dan bertanya “Wahai Jibril! siapakah penghuni neraka yang ke 7?”. Jibril diam saja tidak menjawab. Rasul saw bertanya lagi, tapi Jibril tetap diam. Nabi saw tambah penasaran dan mendesak jibril agar dijawab pernyaannya. Akhirnya Jibril berkata “Umatmu wahai Muhammad! mereka itu para pelaku dosa besar di kalangan Umatmu yang dimana sampai mereka mati belum sempat bertaubat.” Mendengar jawaban Jibril Rasulullah saw langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh baginda di atas pangkuannya.

Tak berapa lama Rasulullah saw sadar dan langsung menangis bersimbah air mata. Dengan terisak isak Nabi saw bertanya “Wahai Jibril! apakah benar ada di antara umatku yg masuk neraka?”. Jibril mejawab “Benar wahai Muhammad! pelaku dosa besar di antara umatmu yang belum bertaubat". Setelah itu Nabi saw langsung menghadap kiblat dan sujud kepada Alloh saw dalam isak tangisnya. Sesekali dengan suara pelan beliau membisikkan kata-kata "Ummati ya Rabb, ummati, ummati, ummati. Beliau saw tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selamat tiga hari tiga malam kecuali setiap Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, barulah beliau bangkit untuk menjadi imam dan setelahnya kembali sujud lagi.

Pada hari ketiga, Abu Bakar ra menyadari hal ini, beliau mengetuk pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam tiga kali, namun tidak ada jawaban. Abu Bakar ra sedih dan berseru di depan pintu Nabi “ Apakah ada jalan untuk masuk kerumah Rasulullah”. Tetap tidak ada jawaban. Lalu beliau menangis dan melangkah pulang. Di jalan beliau bertemu sahabat Umar “Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?”. Abu Bakar menceritakan keadaan Rasul saw. Maka Umar ra pun melangkah ke rumah Nabi saw dan terjadilah hal yg sama. Umar pun pulang dan menangis. Di jalan beliau bertemu Salman Al Farisi. Dengan terisak-isak Umar bercerita kepada Salman hingga membuat dia amat sedih, namun dia tidak berani mengulang hal yang sama.

Salman melangkah ke rumah Fatimah dan menceritakan hal itu. Setengah berlari Fatimah menuju rumah Ayahnya saw dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Nabi saw. Rasul saw bangkit dari sujud dan membuka pintu. Alangkah terkejutnya Fatimah ra melihat beliau yang amat kurus dan pucat. Fatimah memeluk beliau lalu menangis. “Wahai ayahanda! apa yang terjadi? mengapa engkau sedih seperti ini?”. Rasulullah saw kembali menangis dan berkata dengan suara lirih “Wahai Fatimah! belahan jiwaku, bagaimana mungkin aku tidak sedih sedangkan Jibril mengatakan akan ada kelak umatku yang akan masuk neraka". Fatimah dan Ayahnya saw sama-sama menangis bersimbah air mata.

Friday, February 19, 2016

KYAI HOLIL DAN SANTRI KECIL

Pada suatu hari ada seorang Anak kecil kira-kira berumur 9 tahun pergi nyantri ke Hadratussyekh KH. Kholil Bangkalan Madura. Melihat keadaan bocah kecil ini, Kyai Kholil tidak langsung mengajar ngaji karena khawatir dia tidak kerasan. Sambil menunggu si bocah merasa betah, beliau memberi tugas pada santri kecil ini untuk membersihkan daun mangga yang jatuh dari pohonnya yang berada di depan ndalemnya. Si bocah ini menjalankan perintah gurunya dengan senang hati.

Pada suatu malam turunlah hujan begitu lebat, Kyai Kholil keluar dan duduk di teras rumah. Beliau melihat ada seorang anak kecil kehujanan di bawah pohon mangga sambil memungut daun yang berjatuhan ke tanah. Se ketika itu beliau memanggil anak tersebut dan betapa kagetnya ketika melihat anak itu adalah anak kecil yang diberi tugas membersihkan daun mangga bila ada yang jatuh dari pohonnya.

Melihat kepatuhan santri tersebut, dia bernama Abbas, Kyai Kholil berkata "Wahai Abbas! sekalipun engkau masih di usia belia tapi kamu memiliki ketaatan yang sungguhan kepada guru. Oleh karena itu cukuplah bagi kamu ngaji di sini sekarang". Beliau bertakbir keras, "Allâhu Akbar, Allâhumma sholli 'alâ Sayyidinâ Muhammad, Pulanglah! dan mengajarlah! Ilmunya ditanggung Kholil". pada saat itu juga pula Kyai Kholil meminta Abbas kecil menengadah ke langit dengan membuka mulut, lalu Kyai Kholil meludahi mulut Abbas kecil.

Maka pulanglah Abbas kecil dengan derai air mata karena tak kuasa meninggalkan guru yang dicintai dengan amanah yang dibanggakannya. Subhânallah! Jadilah Abbas seorang kyai besar berpengaruh di Banyuwangi dengan santri yang luar biasa hingga sekarang.

Mencari Ridlo Guru, itulah rahasia besar kesuksesan ulama terdahulu, yang makin terlupakan sekarang dan keikhlasan sang guru itu sendiri tentunya.

Thursday, February 18, 2016

Menjawab Kemusykilan Berjumpa Dengan Nabi

Syaikhul Akbar Ibnul Arabi meyakini jika para Sufi atau para Wali yang mempunyai maqom tertentu dapat bertemu langsung dengan Rasulullah. Memang benar bahwa Rosul secara jasad telah wafat, akan tetapi beliau hidup di alam Barzakhnya.

Imam Malik bin Anas, yang dikutip Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al Ruh ( hal.144 ), berkata: " Telah sampai kepadaku bahwa Ruh bebas pergi kemana ia suka". Perkataan Imam Malik diatas juga dikutip oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari.

Jika pendapat Imam Malik diatas adalah untuk Ruh secara umum, lalu bagaimana dengan Rasulullah, manusia mulia yang pernah ada dimuka bumi ini? Masalah mungkin tidaknya bertemu Rasulullah dalam keadaan terjaga, saat beliau sudah wafat, memang masih diperselisihkan ulama, akan tetapi mayoritas ulama menyebutnya mungkin.

Ibnu Hajar Al Haitami menjelaskan dalam Fatawa al-Haditsiyyah, bahwa ulama yang pernah bertemu Rasulullah adalah Al Ghazali, Al Barizi, Tajuddin Al Subki, Al Yafa'i, Al Qurthubi, dan Ibnu Abi Jamrah.

Pernyataan serupa juga disampaikan imam Suyuthi dalam kitabnya Al Hawi Lil Fatawa bahwa Al Nafrawi Al Maliki dalam kitab Al Fawakih Al Dawani berkata "Sah-sah saja melihat Rasulullah dalam keadaan terjaga dan tidur menurut kesepakatan para Ulama penghafal Hadist. Adapun yang mereka perselisihkan tentang apakah yang dilihat adalah dzat Rasulullah yang mulia atau hanya mitsal (perumpamaan) yang menghikayahkan dzat beliau."Barang siapa yang melihatku dalam keadaan tidur, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga.Dan setan tidak akan mampu menyerupaiku" (HR. Bukhari dan Abu Dawud).

Diantara ulama yang menyatakan bisa bertemu dengan Rasulullah dalam keadaan terjaga adalah Al Quthb Abdul Wahab Al Sya`rani, Syaikh Muhyiddin bin Arabi, Syaikh Al Mursyi, Al Allamah Al Nafrawi Al Maliki dalam Al Fawakih Al Dawani, Ibnul Hajj Al Maliki dalam Al Madkhal dan Syaikh Ulayyisy.

Al Sya'rani berkata "Arwah para mujtahid bisa bertemu dengan ruh Rasulullah adalah bagian dari karamah para Wali. Jika para mujtahid bukan seorang wali, maka di muka bumi ini tidak akan ada Wali selamanya. Masyhur berita tentang Wali-wali agung yang derajatnya secara meyakinkan dibawah imam-imam Mujtahid telah bertemu dengan Rasulullah berulang ulang kali. Kejadian tersebut juga dibenarkan oleh ulama ulama semasanya, seperti Abdurahim Al Qanawi, Abu Madyan, Abu Sa`ud, Ibrahim Al Dusuqi, Abul Hasan Al Syadzili, Al Mursi, Ibrahim Matbuli, Jalaludin as-Suyuthi, Ahmad Al Zamawi dan lain-lain.

Al Sya'rani dalam Al Ajwibah Al Mardhiyyah juga berkata: "Diantara sufi yang pernah bertemu dengan Rasulullah dalam keadaan terjaga adalah Syaikh Abdul Qadir Al Jili, Syaikh Ahmad Al Rifa'i, Syaikh Abdurahim Al Qanawi, Syaikh Abu Madyan Al Tilmisani, Syaikh Muyiddin bin Arabi, Syaikh Abu Su'ud bin  Abil Asyair, Syaikh Abul Hasan Al Syadzili, Syaikh Abul Abbas Al Mursi, Syaikh Yaqut AlArsyi, dan sufi-sufi lain yang aku sebutkan dalam kitab Thabaqat Al Aulia.

Wednesday, February 17, 2016

Hukum Mencukur Bulu Alis

Agar terlihat cantik, banyak para wanita mencukur bulu alisnya, baik secara keseluruhan ataupun sebagian dan diukir sesuai bentuk yang di inginkan. Ketika ditanya kenapa bulu alisnya dicukur, mereka menjawab dengan berbagai alasan.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, beliau mengatakan;

لَعَنَ اللَّهُ الوَاشِمَاتِ وَالمُتوشِمَاتِ، وَالمُتَنَمِّصَاتِ وَالمُتَفَلِّجَاتِ، لِلْحُسْنِ المُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ
“Allah melaknat tukang tato, orang yang di tato, Al mutanammishat dan orang yang merenggangkan gigi untuk kecantikan, yang dapat merubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari 4886, Muslim 2125)

Yang dimaksud Al Mutanammishoh adalah wanita yang meminta dicukur bulu di wajahnya. Sedangkan yang mencukur disebut Al Namishoh.

Menurut imam Nawawi dalam kitabnya syarah shohih Muslim, larangan ini tertuju untuk alis dan bulu yang terdapat di ujung-ujung wajah.

Setelah para ulama mengamati dalil-dalil tentang mencukur bulu alis, ternyata mereka berbeda pendapat;
1. Menurut jumhur Ulama': Wanita yang sudah bersuami diperbolehkan mengerik alisnya apabila ada izin dari suami atau ada qorinah (tanda-tanda) yang menunjukkan adanya izin dari suami. Sedangkan wanita yang tidak bersuami hukum mengerik alis tidak diperbolehkan.
2. Sebagian ulama' memperbolehkannya apabila diperlukan untuk pengobatan atau hal tersebut merupakan aib, dengan syarat tidak tadlis (mengelabuhi/menipu) pada orang lain.
3. Menurut Ulama Hanabalah yang dilarang adalah mencabut bulu alis, baik bagi wanita yang sudah bersuami atau tidak, bukan mencukurnya.
4. Menurut Ibnul Jauzi hukumnya boleh. Sedangkan larangan tertuju pada orang yang ingin mengelabuhi/menipu orang lain atau menjadi tren wanita-wanita nakal.
5. Menurut imam Al 'Adawi larangan tertuju bagi wanita yang sedang berkabung (iddah) dan wanita yang ditinggal pergi oleh suaminya (mafqud).

Catatan: Jika tujuan mencukur bulu alis agar terlihat cantik didepan lelaki bukan mahromnya maka hukum mencukur atau mencabut alis adalah haram..

Tuesday, February 16, 2016

Semut Penghantar Rizki Ulat Di Dasar Laut

Ketika Rasulullah saw menikah dan membawa istrinya ke rumah, beliau mengadakan walimatul 'ursi yang di hadiri oleh beberapa sahabat. Disaat menikmati hidangan walimah, para sahabat berbincang-bincang, sementara Nabi saw sedang sholat.

Setelah selesai melaksanakan sholat, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya, "Tentang apa yang kalian bicarakan?" Para sahabat pun menjawab, "Soal rizki Ya Rasulullah." Lalu Nabi Muhammad saw menceritakan kepada para sahabatnya suatu cerita yang di ceritakan oleh Malaikat Jibril as kepada beliau.

Pada suatu hari, ketika Nabi Sulaiman as sedang melaksanakan sholat di tepi laut, setelah selesai sholat, beliau melihat se ekor semut melata, mulutnya sedang menggigit  selembar daun hijau. Di lihatlah oleh beliau semut itu sedang berteriak-teriak. Ketika sampai di tepi air, keluarlah se ekor katak kemudian membawanya menyelam ke dasar laut. Setelah satu jam lewat, keluarlah si semut terapung di atas air, kemudian dengan rasa penasaran, Nabi Sulaiman as pun bertanya kepada semut kecil itu. "Apa yang kamu lakukan di dasar laut?". Semut menjawab "Di bawah dasar laut terdapat sebuah batu besar yang di tengah-tengahnya hidup seekor ulat dan aku di perintahkan untuk memberikannya makan. Setiap hari aku membawa makanannya dua kali, di antar oleh Malaikat yang menjelma sebagai katak dan membawaku ke dasar laut. Kemudian setelah selesai memberi makan ulat tersebut, di bawanya aku kembali ke permukaan laut. Di setiap kali sehabis makan rizki yang kubawakan, si ulat bersyukur kepada Allah swt dan berkata, "Maha Besar Allah yang telah menciptakan aku serta mentakdirkan aku hidup di dasar laut ini, tetapi tidaklah melupakan rizkiku".

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

ﻣَﻦْ ﺩَﻝَّ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮٍ ﻓَﻠَﻪُ ﻣِﺜْﻞ ﺃَﺟْﺮِ ﻓَﺎﻋِﻠِﻪ
ِArtinya: “Barangsiapa menunjukkan kebaikan (kepada orang lain) maka baginya seperti pahala pelakunya (HR. Muslim)

Monday, February 15, 2016

Ilmuan Membuktikan Hasiat Menu Sarapan Rasululloh

Menurut Syekh Hisyam Al Kabbani bahwa menu sarapan Nabi saw 7 butir kurman dan segelas susu. Nabi  membiasakan menu tersebut setiap pagi hingga membuat para sahabat bertanya-tanya. Rasululloh menjawab “Campuran antara kurma dan susu ini menghasilkan kekuatan bagi otak untuk berpikir dengan jernih dan menghilangkan racun dari tubuh". Karena ada anjuran dari Nabi, para sahabat juga membiasakan diri dengan menu sarapan 7 butir kurma dan segelas susu.

Masih menurut Sekh Hisyam, baru-baru ini, sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu, para ilmuwan mengadakan penelitian terhadap menu sarapan ala Nabi tersebut. Mereka mengambil 7 butir kurma dan secangkir susu kemudian meletakkannya di perut buatan dengan segala enzim dan asam yang berada didalam perut. Ketika campuran itu mulai bekerja, tiba-tiba seberkas cahaya biru keluar dari bagian tengah perut menuju ke otak dan ini dapat mereka lihat.

Jadi mereka melihat bahwa campuran itu membawa seberkas cahaya biru ke otak dan mendapati bahwa cahaya itu meningkatkan kepandaian otak. Mereka juga mendapati sisa campuran itu masuk ke daerah antara kulit dan otot, dimana racun yang biasanya keluar dari liver menuju ke daerah itu dan campuran itu menetralisir racun tersebut.

Keajaiban Ilmiah ini berasal dari 1400 tahun yang lalu, Nabi saw tahu apa yang tidak diketahui oleh para ilmuwan sampai 1400 tahun kemudian. Ini adalah salah satu mukjizat ilmiah Nabi saw. Apa yang dapat kita katakan mengenai hal ini? Siapa yang mampu melakukan hal itu? Tidak ada.

Sunday, February 14, 2016

Jangan Sombong Karena Iblis Lebih Alim

Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri pernah berkata; jika kita merasa diri kita telah Alim, apa arti ilmu yang kita miliki dibanding ilmu yang dimiliki iblis. Ilmu apa yang tidak diketahui iblis? Sekalipun dia (iblis) menguasai berbagai ilmu namun dia tidak mengamalkan ilmunya juga tidak tulus bersama Allah dan Allah tidak menerimanya. Lalu seandainya pun ilmu kita diterima, apakah kita satu-satunya orang yang berilmu?

Apa arti ilmu kita dihadapan orang-orang berilmu sebelum kita? Adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal ribuan Hadits, begitu pula Imam Al Hakim. Lalu bagaimana kita bisa tertipu dengan beberapa Hadits yang kita hafal namun tidak kita amalkan?Imam Asy-Syafi'i hafal Quran pada usia tujuh tahun dan hafal Muwatta lengkap dengan seluruh sanadnya pada usia 10 tahun. Ketika usianya belum genap 12 tahun, guru-gurunya terutama Imam Malik (pemilik Muwatta) telah mendudukannya di atas kursi tempat mereka berfatwa. Karena tubuhnya yang kecil dan belum kuat menahan dahaga, beliau harus minum pada siang hari di bulan Ramadhan karena memang beliau belum wajib puasa. Jadi ketika itu di bulan Ramadhan, beliau mengajar umat sambil minum.

Lalu bagaimana dengan ilmu kita dibandingkan ilmu mereka, dengan karunia Allah yang diberikan kepada mereka?Kemudian soal dedikasi? Kita juga tidak perlu tertipu dengan apa yang telah kita perjuangkan. Jika kita berjuang, kita berjuang dengan perut kenyang. Padahal orang-orang sebelum kita berjuang dengan perut lapar. Mereka tidak memilikiapa-apa selain sebiji kurma atau bahkan separuhnya. Setelah itu mereka tidak mempunyai apa-apa lagi.

Apabila orang beriman mau menelaah kehidupan orang-orang sholeh zaman dulu, ia pasti tidak akantertipu dengan amalnya. Ia akan melihat hakikat beribadah kepada Allah, sehingga ia terpacu untuk terus meningkatkan amalnya dengan tetap menyadari bahwa amalnya itu tidak lain adalah anugerah Allah.

Saturday, February 13, 2016

Kisah Ibu Yang Dibuang Ke Hutan

Dahulu di Jepang pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua yang tidak produktif ke hutan agar tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena dia telah lumpuh dan agak pikun. pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Dia yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lewati.

Ketika sampai di dalam hutan yang sangat lebat, pemuda menurunkan ibunya dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka dirinya tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya. Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kamu kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kamu tersesat. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, pemuda menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali membawanya pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

Orang tua bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya orang tua yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. Orang tua kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua.

Mari kita renungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita. Nilai berapapun itu, pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita. Muliakan mereka selagi masih hidup, dan doakan jika telah tiada.

Friday, February 12, 2016

Habib Umar bin Hud & Nabi Khidhir

Beberapa tahun silam, ada sebuah rumah di pemukiman padat Batu Ampar, Condet, Jakarta timur terbakar hebat. Masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa, sementara petugas dinas pemadam kebakaran tak kunjung datang.

Tiba-tiba, diantara kerumunan penduduk, muncul seorang lelaki bersorban dan memegang tasbih berani maju kearah rumah yang terbakar itu sambil mengibas-ngibaskan serbannya. Sungguh Ajaib! dalam waktu sekejap api yang berkobar hebat padam. Setelah itu, dia pergi begitu saja.

Siapa dia? Penduduk Batu Ampar mengenalnya sebagai Al Quthb Habib Umar bin Hud Al Atthas. Awalnya beliau tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat, kemudian hijrah ke Batu Ampar. Al Imam Al Quthb Al Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al-Atthas lahir sekitar tahun 1890-an di Huraidhoh, Hadramaut, Yaman. Sejak muda beliau menimba ilmu agama di Hadramaut. Sampai akhirnya beliau hijrah ke Jakarta pada tahun 1940-an untuk menemui kedua orang tuanya, Habib Muhammad bin Hasan bin Ali bin Hud Al-Aththas yang telah terlebih dulu menetap di Kwitang.

Dalam perjalanan ke Betawi, beliau singgah di Kualalumpur, Singapura dan Brunei untuk menggelar dakwah yang dihadiri ratusan jemaah. Baru pada awal 1950-an beliau tiba di Jakarta, dan tinggal di Pasar minggu, kemudian, ia pindah lagi dan selanjutnya menetap di Batu Ampar.

Di kediaman yang baru ini, beliau berdakwah dengan pendekatan persuasif, penduduk mengenalnya sebagai ulama yang berpenampilan sejuk dengan karomah luar biasa. K

Diantara karomah beliau; ketika Habib Umar tengah menggelar taklim di masjid, masuklah seorang lelaki berwajah putih bersih. "Wahai Habib Umar, bisakah aku minta nasi kebuli?" pinta lelaki itu. Permintaan aneh itu tentu saja membuat terkejut seluruh jamaah. Namun dengan tersenyum Habib Umar berkata arif "Pergilah ke belakang dan makanlah". Maka lelaki itu pun segera pergi ke dapur.

Tak lama kemudian taklim itu pun usai, dan Habib Umar bersama para jamaah menyusul ke dapur. Mereka melihat lelaki itu tengah menyantap nasi kebuli dengan sangat lahap. "Siapakah dia?". Dia tamu kita, dia adalah Nabi Khidlir." Jawab Habib Umar. Tidak semua Ulama besar mendapat kesempatan dikunjungi Nabi Khidlir. Dan kunjungan Nabi Khidlir itu menunjukkan betapa Habib Umar sangat alim dan shaleh.

Pada suatu hari beliau diminta bantuan oleh orang yang gemar membeli undian. Tapi anehnya dengan tenang dan baik, Habib Umar melayaninya. "Habib Umar, saya minta nomor undian." Kata lelaki itu tanpa sungkan". "Aku akan berikan engkau nomor undian, dengan syarat jika engkau menang undian segeralah bawa uang itu kepadaku." Jawab Habib Umar.

Beberapa hari kemudian lelaki itu datang lagi. "Habib, saya berhasil menang undian dan ini uangnya". Katanya berseri-seri. Dengan tenang Habib Umar minta muridnya mengambil sebuah baskom, lalu katanya "Perhatikan apa yang aku perbuat". Lalu beliau menggenggan uang segepok itu dan memerahnya di atas baskom. Aneh! dari genggaman tangan Habib Umar mengucurkan darah segar, mengalir memenuhi baskom. "Lihatlah, apa yang telah engkau dapatkan dari undian itu." Katanya. Lelaki itu kaget, dan akhirnya bertobat.

Ada cerita lain mengenai karomahnya. Pada suatu hari datanglah seorang lelaki membawa air agar didoakan sebagai obat. Tapi baru saja ia mengetuk pintu, Habib Umar sudah menyuruhnya pulang. Tentu ia bersikeras dan bertahan menunggu di depan pintu. Akhirnya Habib Umar keluar. Katanya "Pulanglah! air yang engkau bawa itu sudah bisa menyembuhkan." "Tapi Bib?". "Pulanglah! Bukankah engkau sudah ditunggu oleh keluargamu?". Mendengar jawaban Habib Umar yang begitu santun dan lembut, orang itu jadi sungkan. Akhirnya dengan keyakinan yang kuat ia pulang membawa air dalam botol tersebut dan menuangkannya ke dalam gelas untuk diminum oleh keluarganya yang sakit. Ajaib! Tak lama kemudian keluarga yang sakit tersebut sembuh. Setelah sembuh, mereka bertamu kerumah Habib Umar untuk bersilaturrahmi.

Menurut beberapa Habib yang kenal dekat dengan Habib Umar, karamah yang dimilikinya itu berkat keikhlasan dalam merawat ibundanya. Selama 40 tahun, dengan tekun, ikhlas dan sabar, beliau merawat sang ibu hingga akhir hayatnya. Habib Ismail bin Yahya, seorang pengurus Naqabatul Ashraf, salah satu lembaga penyensus para habib, juga menyatakan bahwa karamah tersebut berkat keikhlasan Habib Umar merawat ibundanya. Bahkan karena lebih mementingkan merawat sang ibu, suatu saat Habib Umar tidak sempat menghadiri pengajian-pengajian di luar rumah, termasuk masjid Riyadh, Kwitang, yang digelar Habib Ali Al-Habsyi.

Ulama besar yang dikenal sangat sederhana dan tawaduk ini wafat pada tahun 1999 dalam usia 108 tahun, meninggalkan tiga putra, Habib Husein, Habib Muhammad dan Habib Salim. Habib Umar dimakamkan di kompleks pemakaman Al Hawi, Condet, Jakarta Timur.

Selama hidupnya, Almarhum selalu menekankan pentingnya mencintai dan meneladani Rasulullah dan seperti halnya habaib yang lain, beliau juga suka menggelar maulid. Dalam maulid enam tahun lalu, sebelum wafat, Habib Umar memotong 1600 ekor kambing untuk menjamu puluhan ribu jamaah.

Semoga berkah, Amiin..

Wednesday, February 10, 2016

Menjalin Hubungan Dengan Wali

Al Imam Al Quthbul Wujud Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi berkata "Orang yang tidak pernah duduk dengan orang arif maka kehidupannya akan berlalu dengan sia-sia dan dia terhitung sebagai orang yang merugi".

Al Imam Al Quthb Al Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas berkata "Sepatutnya seseorang memiliki tali hubungan dengan orang sholeh/wali baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal".

Jika kita tidak bisa bergaul dengan orang Arif setidaknya kita ziarah kemakamnya atau sering-sering kirim Fatihah kepada beliau.

Al Alim Al Allamah Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidz berkata "Bahwa Al Imam Al Habib Hasan bin Ahmad Al Atthas berkata; Jika seseorang menyebut nama orang sholeh/wali maka jarak antara dia dengan orang sholeh/wali tersebut semakin dekat".

Al Habib Umar bin Hafidz  juga berkata "Orang yang menyebut nama orang sholeh/wali seperti orang yang menelpon. Misalkan ketika kita memencet nomor telpon maka akan berdering pada nomor yang kita tuju. Begitu juga ketika kita sebut nama orang soleh/wali maka akan berdering di sisi orang sholeh/wali tersebut. Siapa orang yg membaca wirid/kitab orang sholeh ketahuilah bahwa orang sholeh tersebut hadir. Jika kita sering menyebut nama orang sholeh maka sirr orang tersebut akan melekat pada wajah kita".

Enak Ya?.. Jadi Kamu

Aku melihat hidup temanku begitu nikmat. Ternyata dia hanya pandai menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah...

Aku melihat hidup temanku tak ada duka dan kepedihan. Ternyata dia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri...

Aku melihat hidup temanku begitu tenang tanpa ujian. Ternyata dia begitu menikmati badai ujian dikehidupannya...

Aku melihat hidup temanku begitu sempurna. Ternyata dia hanya berbahagia dengan apa yang dimilikinya...

Aku melihat hidup temanku beruntung. Ternyata dia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung...

Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui. Ternyata aku yang kurang mensyukuri...

Dibelahan dunia masih banyak yang belum seberuntung aku. Dan satu hal yang aku ketahui bahwa Alloh tak pernah mengurangi ketetapanNya. Hanya aku lah yang masih saja mengkufuri nikmat anugrah Ilahi...

Aku merasa tidak perlu iri hati dengan rizki orang lain. Mungkin aku tak tahu dimana rizkiku, tapi rizkiku tahu dimana diriku...

Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah telah memerintahkannya menuju kepadaku...

Allah Ta'ala telah menjamin rizkiku sejak 4 bulan 10 hari, dimana aku masih dalam kandungan ibuku...

Amatilah! Sungguh keliru jika rizki dimaknai dari hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedangkan rizki adalah urusanNya...

Melalaikan Ibadah demi menghawatirkan apa yang telah dijamin adalah kekeliruan berganda...

Manusia membanting tulang demi angka yang mungkin esok akan ditinggal mati. Mereka lupa bahwa hakekat rizki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya...

Rizki tak selalu terletak pada pekerjaan kita. Alloh meletakkan ditempat yang dikehendakinya...

Diulang bolak balik 7x Shafa dan Marwa, Zamzam justru muncul dari kaki sang bayi, Ismail a.s...

Ikhtiar adalah perbuatan. Rizki adalah kejutan. Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakikat rizki akan ditanya kelak...

Rizki hanyalah hak pakai bukan hak milik, maka aku tidak boleh merasa iri pada rizki orang lain...

Tuesday, February 9, 2016

Mengapa Saya Selalu Dikasih Cobaan?

Sering kita mendengar keluh-kesah dari teman-teman kita "Kenapa saya selalu dikasih cobaan? Apa yang salah pada diri saya?. Sungguh ini merupakan pertanyaan yang aneh, karena hidup didunia adalah tempat cobaan dan ini merupakan takdir yang sudah di Nash dalam Al Qur'an;

َوَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.
Demi sesungguhnya Kami akan menguji kalian dengan sedikit perasaan takut, lapar, kekurangan harta benda dan buah-buahan. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Ketika Alloh memberikan cobaan kepada hamba-hambanya maka tidak akan lepas dari dua perkara;
1. Alloh menghendaki derajat yang tinggi pada hambanya.

إن العبد إذا سبقت له من الله منزلة فلم يبلغها بعمل إبتلاه الله في جسده أو ماله أو ولده ثم صبر على ذلك حتى يبلغه المنزلة التي سبقت له من الله عز وجل.
Sesungguhnya hamba jika sudah ditakdirkan memiliki tempat disisi Alloh dan ia tdk bisa mendapatkannya dgn amal, maka Allah akan memberinya cobaan kepada jasadnya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia bersabar atas cobaan itu hingga mencapai derajat yang sudah ditakdirkan oleh Alloh Azza wa Jalla. ( HR Ahmad )

2. Alloh ingin melebur dosa-dosa hambanya.

وعن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "إذا كثرت ذنوب العبد ولم يكن له ما يكفرها ابتلاه الله بالحزن ليكفرها عنه".
Aisyah ra. berkata; Rasululloh bersabda" ketika seorang hamba itu banyak dosanya dan tidak ada perkara (amal) yang dapat meleburkannya maka Alloh akan memberinya cobaan berupa kesedihan untuk melebur dosa tersebut". ( HR. Ahmad )

عن أبي سعيد وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال "ما يصيب المؤمن من نصب، ولا وصب، ولا هم، ولا حزن، ولا أذى، ولا غم حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه.
Dari Abi Sa'id dan Abi Hurairoh ra. dari Nabi saw bersabda, "Tidaklah menimpa kepada seorang mukmin dari suatu kepayahan, penyakit yang terus terusan, kegalauan, kesedihan, rasa sakit hingga terkena duri kecuali Alloh akan melebur kesalahan-kesalahannya". ( HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim )

Seluruh hamba Alloh pasti mengalami cobaan yang beragam dan disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing. Jika ada hamba yang kuat maka ujiannya besar, jika lemah maka ujiannya kecil. Besar menurut seseorang belum tentu besar menurut orang lain, begitu pula sebaliknya.

Catatan dari sebagian ulama bahwa kebanyakan cobaan yang dialami oleh manusia karena dosa-dosanya yang menumpuk.

Semoga berkah..

Monday, February 8, 2016

Memang Benar Kok! Dan Itu Kenyataannya.

Menggunjing merupakan penyakit yang mewabah dimasyarakat. Yang paling suka menggunjing biasanya kaum perempuan walaupun tidak sedikit kaum laki-laki juga suka menggunjing. Ketika ditegor agar jangan menggunjing mereka selalu jawab "memang benar kok dan itu kenyataannya".

Jika aib benar-benar ada pada diri orang yang digunjing, apakah masih dikatakan ghibah?. Imam Nawawi dalam kitab Al Adzkar mendefinisikan ghibah sebagai berikut;

ذكر المرء بما يكرهه سواء كان ذلك في بدن الشخص أو دينه أو دنياه أو نفسه أو خلقه أو خلقه أو ماله أو والده أو ولده أو زوجه أو خادمه أو ثوبه أو حركته أوطلاقته أو عبوسته أو غير ذلك مما يتعلق به سواء ذكرته باللفظ أو بالإشارة والرمز
Ghibah adalah membicarakan (menggunjing) seseorang tentang sesuatu yang dibencinya (aib) baik menyangkut badan, agama, diri, fisik, perilaku, harta, orang tua, anak, istri, pembantu, raut muka yang masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang, baik melalui ucapan, Isyarat, atau tulisan.

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa;
1. Jika yang digunjing tidak tersinggung atau benci atau malah tambah suka maka tidak termasuk ghibah.
2. Menggunjing tidak terbatas pada ucapan. Isyarat dan menulis kejelekan seseorang dimedia termasuk menggunjing.

Bagaimana jika kejelekan tersebut benar-benar ada pada diri orang yang digunjing apakah termasuk ghibah juga? Rasululloh bersabda;

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّه
"Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)" Para sahabat menjawab "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu".  Kemudian beliau bersabda "Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci". Ada yang bertanya "Wahai Rasulullah bagaimana jika yang kami katakan itu ada pada dirinya" Beliau menjawab "Jika yang kalian katakan itu benar berarti kalian telah berbuat ghibah dan jika apa yang kalian katakan tidak benar, berarti kalian telah berkata dusta.

Termasuk ghibah memperagakan/meniru-niru orang lain, misalnya berjalan dengan pura-pura pincang atau pura-pura bungkuk yang hal ini berarti merendahkan dia. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits

قَالَتْ وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ : مَا أُحِبُّ أَنِّيْ حَكَيْت ُإِنْسَانًا وَ إِنَّ لِيْ كَذَا‘
Aisyah berkata : “Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang pada Rosul”. Maka Nabi saw pun berkata ”Saya tidak suka meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang (walaupun) saya mendapatkan sekian-sekian”.

Kesimpulannya, inti dari ghibah adalah menyakiti hati orang lain. Berarti segala bentuk ucapan, perbuatan yang dapat melukai hati orang lain termasuk ghibah baik aib itu benar ada atau tidak.

Semoga berkah, Amiin..

Sunday, February 7, 2016

Teks Dan Terjemah Mahallul Qiyam (Maulid Habsyi)

Semoga limpahan rahmat turun dari Alloh untuk pecinta maulid Nabi Muhammad sallallohu alaihi wa sallama.

Berikut ini teks Qoshidah Maulid Al Habsyi;

يَا نَبِيْ سَلاَمْ عَلَيْكَ # يَا رَسُولْ سَلاَمْ عَلَيْكَ
Wahai Nabi salam sejahtera bagimu, Wahai Rasul salam sejahtera bagimu

يَا حَبِيبْ سَلاَمْ عَلَيْكَ # صَلَوَاتُ الله ْعَلَيْكَ
Wahai kekasih salam sejahtera bagimu, Sholawat dari Allah tercurah atasmu

أَشْرَقَ الْكَوْنُ ابْتِهَاجًا # بِوُجُودِ الْمُصْطَفَى احْمَدْ
Alam semesta bersinar terang dan bersahaja dengan terlahirnya Ahmad Yang terpilih

وَلِأَهْلِ الْكَوْنِ أُنْسٌ # وَسُرُوْرٌ قَدْ تَجَدَّدْ
Dan kegembiraan dan kebahigaan bagi penduduk alam timbul kembali

فَاطْرَبُواْ يَاأهْلَ الْمَثَانِي # فَهَزَارُ الْيُمْنِ غَرَّدْ
Bergembiralah wahai pengikut Al Quran, burung-burung yang penuh berkah kini berkicau

وَاسْتَضِيْئُوا بِجَمَالٍ # فَاقَ فِي الْحُسْنِ تَفَرَّدْ
Dan Raihlah Cahaya dengan keindahannya yang kebaikannya tidak tertandingi

وَلَنَا الْبُشْرَى بِسَعْدٍ # مُسْتَمِرٍّ لَيْسَ يَنْفَدْ
Dan bagi kita merupakan suatu kabar gembira dg berkat sang Idaman, terus akan terasa tidak akan pernah terputus

حَيْثُ أُوْتِيْنَا عَطَاءً # جَمَعَ الْفَخْرَ الْمُؤَبَّدْ
Yakni saat kita diberi satu pemberian yang mengumpulkan segala kebanggaan yang kekal

فَلِرَبِّي كُلُّ حَمْدٍ # جَلَّ أَنْ يَحْصُرَهُ الْعَدْ
Maka segala puji bagi Tuhanku yang melimpah dan sangat sulit untuk tercakup dg hitungan

إِذْ حَبَانَا بِوُجُوْدِ اَلْـ # ـمُصْطَفَي الْهَادِيْ مُحَمَّدْ
Ketika Ia menganugerahi kami dengan lahirnya Yang Terpilih, Sang Pemberi Petunjuk Muhammad SAW

مَرْحَبًا يَا نُوْرَ عَيْنِي # مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَيْنِ
Selamat datang wahai cahaya mataku..Selamat datang wahai kakek Al Husein

يَا رَسُوْلَ اللهِ أَهْلاً # بِكَ إِنَّا بِكَ نَسْعَدْ
Ya Rasul…Salam sejahtera…Sungguh dengan dan sebab Engkau kami berbahagia

وَبِجَاهِهْ يَا إِلَهِيْ # جُدْ وَبَلِّغْ كُلَّ مَقْصَدْ
Wahai Tuhanku …Dg berkat kedudukannya Maka anugerahi dan sampaikanlah akan segala maksud dan tujuan (kami)

وَاهْدِنَا نَهْجَ سَبِيْلِهْ # كَيْ بِهِ نَسْعَدْ وَنُرْشَدْ
Dan berilah kami petunjuk dengan mengikuti jejaknya agar dg itulah kami berbahagia dan tertuntun (kejalan benar)

رَبِّ بَلِّغْنَا بِجَاهِهْ # فِي جِوَارِهْ خَيْرَ مَقْعَدْ
Ya Allah dg berkat kedudukan beliau di Sisi-Mu, sampaikan Kami di sisi beliau yakni di sebaik-baiknya tempat

وَصَلاَةُ اللهِ تَغْشَى # أَشْرَفَ الرُّسْلِ مُحَمَّدْ
Dan semoga Sholawat dari Allah senantiasa tercurah kepada Rasul yang paling Mulia yakni Muhammad SAW

وَسَلاَمٌ مُسْتَمِرٌّ # كُلَّ حِيْنٍ يَتَجَدَّدْ
Dan semoga salam tetap terlimpahkan selalu kepadanya di setiap saat dan waktu

رَبِّ فَاجْعَلْ مُجْتَمَعْنَا غَايَتُهُ حُسْنُ اْلخِتَامِ
Ya Allah jadikanlah perkumpulan kami tujuan akhirnya meraih husnul khotimah

وَاعْطِنَا مَا قَدْ سَأَلْنَا مِنْ عَطَايَكَ الْجِسَمِ
Dan berilah apa yang telah kami minta dari anugerah-Mu yang besar dan berlimpah

وَأكْرِمِ اْلأَرْوَاحَ مِنَّا بِاللِّقَا خَيْرِ اْلأَنَامِ
Dan Muliakanlah jiwa kami dg bisa berjumpa dg Baginda Nabi SAW Manusia terbaik

وَابْلِغِ الْمُخْتَارَ عَنَّا مِنْ صَلاَةٍ وَسَلاَمِ
Dan sampaikanlah kepadanya Sholawat dan Salam yang terbaik dari kami 

Saturday, February 6, 2016

Ngapaiin.. Berkunjung Kepada Orang Sholih?

Berkunjung kepada orang sholeh tentu banyak manfaatnya. Dengan berziarah kita sudah menjalin hubungan baik dengan mereka. Kita bisa mendapat ilmu, wejangan arti hidup, doa dari mereka dan yang lebih penting dari itu adalah rekaman nama kita dihati mereka.

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi dalam kitabnya Kanzuz Sa'adah Al Abadiyyah berkata;

اجتهد ان تكون فى قلب العارف اعظم من ان يكون فى قلبك، لانك اذا كنت فى قلبه وامطرت امطار الفضل الالهى شركته فيها.
"Berusalah kamu berada dihati orang arif melebihi Dia berada dihati kamu, karena jika anugrah Alloh turun kepada orang arif sedangkan kamu ada di hatinya maka kamu juga mendapat bagian dari anugrah tersebut"

Anjuran ziarah tidak terbatas kepada orang soleh yang masih hidup namun anjuran ini termasuk kepada orang soleh yang sudah meninggal.

Banyak hadist menyebutkan bahwa orang mati bisa melihat dan mendengar percakapan orang hidup. Mereka tahu siapa yang sering menziarahi mereka dan kirim fatihah untuk mereka. Jika kita berdoa dan bertawassul dengan orang soleh tentu mereka bisa mendengar doa kita dan bisa membantu memohonkan doa kepada Alloh untuk kita.

Menurut Habib Abdulloh Al Haddad bahwa ruang gerak seorang wali ketika sudah meninggal lebih luas dari pada ketika masih hidup, karena mereka masih disibukkan dengan keluarga dan hukum taklif. Sedangkan ketika sudah meninggal mereka terbebas dari belenggu itu.

Dalam kitab Risalah Ahli Sunnah wal Jamaah karangan KH. Ali Maksum terdapat sebuah hadist yang artinya;
"Disetiap kuburan para wali, Alloh mengutus satu Malikat yang bertugas mengambulkan doa orang yang berdoa di makam mereka".

Wallohu a'lamu bis showab.
Semoga berkah..

Friday, February 5, 2016

Teks dan Terjemah Qhoshidah Syarofil Anam

Semoga dengan membaca Qosidah ini mendapat berkah dari Nabi Muhammad shallallohu 'alaihi wa sallam amiin..

ﻳﺎ ﻧﺒﻲ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rosul salam sejahtera untukmu.

ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﺻﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ
Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan Sholawat (rahmat) Allah untukmu.

ﺃﺷﺮﻕ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﻋﻠﻴﻨﺎ ، ﻓﺎﺧﺘﻔﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺒﺪﻭﺭ
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Pudarlah purnama purnama lainnya.

ﻣﺜﻞ ﺣﺴﻨﻚ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ، ﻗﻂ ﻳﺎ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ
Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu wahai orang yang berwajah riang.

ﺃﻧﺖ ﺷﻤﺲ ﺃﻧﺖ ﺑﺪﺭ ، ﺃﻧﺖ ﻧﻮﺭ ﻓﻮﻕ ﻧﻮﺭ
Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya

ﺃﻧﺖ ﺇﮐﺴﻴﺮ ﻭﻏﺎﻟﻲ ، ﺃﻧﺖ ﻣﺼﺒﺎﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ
Engkau bagaikan emas murni yang mahal harganya, Engkaulah pelita hati.

ﻳﺎ ﺣﺒﻴﺒﯽ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻳﺎﻋﺮﻭﺱ ﺍﻟﺨﺎﻓﻘﻴﻦ
Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat (sedunia)

ﻳﺎ ﻣﺆﻳﺪ ﻳﺎﻣﻤﺠﺪ ، ﻳﺎ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﺒﻠﺘﻴﻦ
Wahai Nabi yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai Nabi yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat.

ﻣﻦ ﺭﺃﯼ ﻭﺟﻬﻚ ﻳﺴﻌﺪ ، ﻳﺎﮔﺮﻳﻢ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ
Siapapun yang melihat wajahmu pasti berbahagia, wahai orang yang mulia kedua orang tuanya.

ﺣﻮﺿﻚ ﺍﻟﺼﺎﻓﯽ ﺍﻟﻤﺒﺮﺩ ، ﻭﺭﺩﻧﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻨﺸﻮﺭ
Telagamu jernih dan dingin, yang akan kami datangi kelak dihari qiyamat.

ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻟﻌﻴﺲ ﺣﻨﺖ ، ﺑﺎﻟﺴﺮﯼ ﺇﻻ ﺇﻟﻴﻚ
Belum pernah unta putih berbalur hitam berdenting berjalan malam hari kecuali unta yang datang kepadamu.

ﻭﺍﻟﻐﻤﺎﻣﻪ ﻗﺪ ﺃﻇﻠﺖ ، ﻭﺍﻟﻤﻼ ﺻﻠﻮﺍ ﻋﻠﻴﻚ
Awan tebal memayungimu, seluruh tingkat golongan manusia mengucapkan sholawat kepadamu.

ﻭﺃﺗﺎﻙ ﺍﻟﻌﻮﺩ ﻳﺒﮑﻲ ، ﻭﺗﺬﻟﻞ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻚ
Pohon pohon datang kepadamu menangis bersimpuh merasa hina di hadapanmu.

ﻭﺍﺳﺘﺠﺎﺭﺕ ﻳﺎﺣﺒﻴﺒﻲ ، ﻋﻨﺪﻙ ﺍﻟﻈﺒﻲ ﺍﻟﻨﻔﻮﺭ
Kijang gesit datang memohon keselamatan kepadamu wahai kekasihku.

ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺷﺪﻭﺍ ﺍﻟﻤﺤﺎﻣﻞ ، ﻭﺗﻨﺎﺩﻭﺍ ﻟﻠﺮﺣﻴﻞ
Ketika serombongan berkemas dan menyerukan untuk berangkat

ﺟﺌﺘﻬﻢ ﻭﺍﻟﺪﻣﻊ ﺳﺂﺋﻞ ، ﻗﻠﺖ ﻗﻒ ﻟﯽ ﻳﺎ ﺩﻟﻴﻞ
Kudatangi mereka dengan berlinang air mata seraya kuucapkan tunggulah wahai pemimpin rombongan

ﻭﺗﺤﻤﻞ ﻟﻲ ﺭﺳﺂﺋﻞ ، ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺸﻮﻕ ﺍﻟﺠﺰﻳﻞ
Bawakan aku surat yang berisikan kerinduan yang mendalam

ﻧﺤﻮﻫﺎﺗﻴﻚ ﺍﻟﻤﻨﺎﺯﻝ ، ﻓﯽ ﺍﻟﻌﺸﻲ ﻭﺍﻟﺒﮑﻮﺭ
Membawakan ke tempat yang jauh ketika petang dan paginya.

ﮐﻞ ﻣﻦ ﻓﯽ ﺍﻟﮕﻮﻥ ﻫﺎﻣﻮﺍ ، ﻓﻴﻚ ﻳﺎ ﺑﺎﻫﻲ ﺍﻟﺠﺒﻴﻦ
Setiap orang di jagad raya ini bingung (karena sangat rindu) kepadamu wahai orang yang bersinar kedua keningnya.

ﻭﻟﻬﻢ ﻓﻴﻚ ﻏﺮﺍﻡ ، ﻭﺍﺷﺘﻴﺎﻕ ﻭﺣﻨﻴﻦ
Mereka terpikat, tergila-gila dan meronta-ronta dengan mu tentang sifatmu.

ﻓﻲ ﻣﻌﺎﻧﻴﻚ ﺍﻷﻧﺎﻡ، ﻗﺪ ﺗﺒﺪﺕ ﺣﺂءرين
Para makhluk berbeda pendapat dan bingung (tidak mampu menyifati dengan sempurna)

ﺃﻧﺖ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﺧﺘﺎﻡ ، ﺃﻧﺖ ﻟﻠﻤﻮﻟﯽ ﺷﮑﻮﺭ
Engkau adalah penutup para utusan, engkau adalah orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah.

ﻋﺒﺪﻙ ﺍﻟﻤﺴﮑﻴﻦ ﻳﺮﺟﻮ ، ﻓﻀﻠﻚ ﺍﻟﺠﻢ ﺍﻟﻐﻔﻴﺮ
Hambamu (umatmu) yang miskin mengharap anugerahmu yang banyak lagi merata.

ﻓﻴﻚ ﻗﺪ ﺃﺣﺴﻨﺖ ﻇﻨﻲ ، ﻳﺎﺑﺸﻴﺮ ﻳﺎﻧﺬﻳﺮ
Aku berbaik sangka kepadamu wahai pembei kabar gembira dan pemberi peringatan.

ﻓﺄﻏﺜﻨﻲ ﻭﺃﺟﺮﻧﻲ ، ﻳﺎﻣﺠﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻌﻴﺮ
Maka tolonglah aku dan selamatkan aku wahai penyelamat dari neraka syair.

ﻳﺎﻏﻴﺎﺛﻲ ﻳﺎﻣﻼﺫﻱ ، ﻓﻲ ﻣﻬﻤﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ
Wahai penolongku, wahai tempat berlindungku dalam perkara-perkara yang menyulitkan.

ﺳﻌﺪ ﻋﺒﺪ ﻗﺪ ﺗﻤﻠﯽ ، ﻭﺍﻧﺠﻠﯽ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺤﺰين
Berbahagialah dan hilanglah kesusahan hamba yang senang kepadamu.

ﻓﻴﻚ ﻳﺎﺑﺪﺭ ﺗﺠﻠﯽ ، ﻓﻠﻚ ﺍﻟﻮﺻﻒ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ
Wahai bulan purnama yang nampak terang bagimu sifat yang indah

ﻟﻴﺲ ﺃﺯﮐﯽ ﻣﻨﻚ ﺃﺻﻼ ، ﻗﻂ ﻳﺎﺟﺪ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ
Tiada orang yang orang tuanya lebih suci darimu sama sekali wahai kakek Hasan dan Husain.

ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﯽ ، ﺩﺁﺋﻤﺎ ﻃﻮﻝ ﺍﻟﺪﻫﻮﺭ
Bagimu sholawat Allah selamanya sepanjang masa.

ﻳﺎ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﺤﺴﻨﺎﺕ ، ﻳﺎ ﺭﻓﻴﻊ ﺍﻟﺪﺭﺟﺎﺕ
Wahai Dzat Penguasa kebaikan, wahai Dzat Yang berpangkat Tinggi

ﮔﻔﺮ ﻋﻨﻲ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ، ﻭﺍﻏﻔﺮ ﻋﻨﻲ ﺍﻟﺴﻴﺌﺎﺕ
Hapuslah dosa dosa dariku dan ampunilah kesalahan kesalahanku.

ﺃﻧﺖ ﻏﻔﺎﺭ ﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ، ﻭﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺍﻟﻤﻮﺑﻘﺎﺕ
Engkau adalah Maha Pengampun kesalahan kesalahan dan dosa yang merusakkan.

ﺃﻧﺖ ﺳﺘﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﺎﻭﻱ ، ﻭﻣﻘﻴﻞ ﺍﻟﻌﺜﺮﺍت
Engkau adalah Yang Menutupi kejelekan dan menyelamatkan dari kesalahan.

ﻋﺎﻟﻢ ﺍﻟﺴﺮ ﻭﺃﺧﻔﯽ ، ﻣﺴﺘﺠﻴﺐ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ
Engkau Maha Mengetahui rahasia dan kesamaran, Engkau adalah Pengabul do’a.

ﺭﺏ ﻓﺎﺭﺣﻤﻨﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ، ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ
Robbi belas kasihanilah kami semua dengan mampu menjalankan segala amal baik

وصلاة الله تغشا عد تحرير السطور
أحمد الهادی محمد صاحب الوجه المنير
Dan sholawat Allah semoga tercurah atas Ahmad sang petunjuk yaitu Nabi Muhammad pemilik wajah yang bersinar..

Thursday, February 4, 2016

Dilema Bersiwak Didalam Masjid

Yang kita tahu bahwa bersiwak di masjid itu sunnah, maka tidak jarang ada orang yang selalu bersiwak di dalam masjid, bahkan ia bersiwak ketika sudah berada di barisan shaf sholat sebelum Takbiratul Ihram.

Ternyata, Imam Malik bin Anas, Imamnya madzhab Maliki me-Makruh-kan praktek bersiwak di masjid, Karena masjid itu tempat suci dan bersih, sedangkan praktek bersiwak itu ialah praktek membersihkan kotoran. Tidak pantas dan sangat tidak layak membersihkan kotoran di tempat suci seperti masjid.

Kalau makan bawang yang hanya tercium baunya saja Nabi melarang, apalagi bersiwak yang sudah pasti ketika dilakukan akan mengeluarkan bau mulut yang sudah tentu menggangu. Bukan hanya bau yang tercium, tapi praktek bersiwak benar-benar terlihat. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa ada orang yang merasa jijik dengan melihat praktek pembersihan mulut itu.

Jadi bukan hanya bau, tapi itu juga menggangu pemandangan yang bisa saja berpengaruh pada khusyu’nya sholat seorang muslim. Apalagi bagi ia yang tepat berada di samping orang yang bersiwak itu. Tentu ini tidak mngenakkan. Karena ini, Imam Malik memakruhkan praktek bersiwak di masjid.

Pendapat Imam Malik ini diriwayatkan oleh beberapa ulama Malikiyah diantaranya; Imam Al Qurthubi. Bahkan beliau mengatakan makruhnya bersiwak bukan hanya di masjid, akan tetapi di perkumpulan orang banyak juga, seperti hari raya Ied dan lainnya yang memang manusia berkumpul.

Beliau menambahkan bahwa praktek bersiwak di masjid dan juga tempat berkumpulnya orang banyak itu prakatek yang kurang beradab, dan bisa menurunkan wibawa seseorang. Karena itu, seorang yang dihormati dan punya kedudukan tidak dibolehkan melakukan praktek bersiwak di masjid dan di depan umum.

Kenapa makruh, bukannya ada haditsnya?

Dalam kitab soheh Bukhori serta beberapa kitab Sunan lainnya, terdapat hadist

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Seandainya aku tidak memberatkan ummatku, aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak di setiap kali sholat mereka” (HR. Al-Bukhari)

Dalam riwayat lain Imam Bukhari menyebutkan dengan redaksi akhiran yang berbeda, bukan “di setiap sholat”, tapi dengan redaksi “di setiap kali wudhu”. Jadi bukan di setiap sholat, akan tetapi di setiap wudhu.

Terlebih lagi bahwa riwayat yang tertulis dalam kitabnya Muwattho’, tidak ada redaksi di masjid atau di wudhu, akan tetapi mutlak tanpa menyebutkan tempat.

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ
“Seandainya aku tidak memberatkan ummatku, aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak” (HR. Imam Malik dalam Muwaththo’ no. 214, 2/89)