Monday, August 29, 2016

DALIL TENTANG HAUL ULAMA

Diantara dalil yang memperbolehkan mengadakan acara Haul adalah sebagai berikut:

ذِكْرَ يَوْمِ اْلوَفَاةِ لِبَعْضِ اْلاَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ مِمَّا لَا يَنْهَاهُ الشَّرِيْعَةُ الْغُرَّاءُ، حَيْثُ اَنَّهَا تَشْتَمُِ غَالِبًا عَلَى ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ مِنْهَا زِيَارَةُ اْلقُبُوْرِ، وَتَصَدُّقُ بِاْلمَأْكُوْلِ وَاْلمَشَارِبِ وَكِلَاهُمَا غَيْرُ مَنْهِيٍّ عَنْهُ، وَمِنْهَا قِرَاَةُ اْلقُرْآنِ وَاْلوَعْدِ الدِّيْنِي وَقَدْ يُذْكَرُ فِيْهِ مَنَاقِبُ اْلمُتَوَفَّى وَذَالِكَ مَسْتَحْسَنٌ لِلْحَثِّ غَلَى سُلُوْكِ الطَّرِيْقَتِهِ اْلمَحْمُوْدَةِ كَمَا فِى الْجُزْءِ الثَّانِى مِنَ الْفَتَوِى اْلكُبْرَى لِاِبْنِ حَجَرٍ وَنَصَّ عِبَاَرتُهُ: عِبَارَةُ شَرْحَيِ اْلعُبَابِ: وَيَحْرُمُ النَّدْبُ مَعَ اْلبُكَاءِ كَمَا حَكَاهُ فِى اْلاَذْكَارِ وَجَزَمَ بِهِ فِى اْلمَجْمُوْعِ وَصَوَّبَهُ اْلاَسْنَوِي-اِلَى اَنْ قَالَ-اِلَّا ذِكْرُ مَنَاكِبِ عَالِمٍ وَرَعٍ اَوْ صَالِحٍ لِلْحَثِّ عَلَى سُلُوْكِ طَرِيْقَتِهِ وَحُسْنُ الظَّنِّ بِهِ بَلْ هِيَ حِيْنَئِذٍ بِالطَّاعَةِ أَشْبَهُ لِمَا يَنْشَأُ عَنْهَا مِنَ اْلبِرِّ وَالْخَيْرِ وَمِنْ ثَمَّ مَازَالَ كَثِيْرً مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ اْلعُلَمَاءِ يَفْعَلُوْنَهَا عَلَى مَمَرِّ اْلاِعْصَارِ مِنْ غَيْرِ اِنْكَارٍ.
Artinya:
Memperingati hari wafat para wali dan para ulama termasuk amal yang tidak dilarang oleh syariat. Karena peringatan itu biasanya mengandung sedikitnya 3 hal, ziarah kubur, sedekah makanan dan minuman dan keduanya tidak dilarang agama. Sedang unsur ketiga adalah karena ada acara baca Al Qur'an dan nasehat keagamaan. Kadang dituturkan juga manaqib ( biografi ) orang yang telah meninggal. Cara ini adalah baik untuk mendorong orang lain untuk mengikuti jalan terpuji yang telah dilakukan si mayit, sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Fatawa Al Kubra, juz II, Ibnu Hajar, yang teksnya adalah ungkapan terperinci dari Al Ubab adalah haram meratapi mayit sambil menangis seperti diceritakan dalam kitab Al Azkar dan dipedomani dalam Al Majmu’, Al Asnawi membenarkan cerita ini. Sampai pernyatan …kecuali menuturkan biografi orang alim yang Wira’i dan saleh guna mendorong orang mengikuti jalannya dan berbaik sangka dengannya. Juga agar orang bisa lagsung berbuat taat, melakukan kebaikan seperti jalan yang telah dilalui almarhum. Inilah sebabnya sebagian sahabat dan ulama selalu melakukan hal ini sekian kurun waktu tanpa ada yg mengingkarinya.
Sumber: 
Fatawa Al Kubra, juz II hlm, 18
Ahkam Al Fukaha, juz III, hlm. 41-42

قَالَ اْلوَاقِدِ وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ قَتْلَ أُحُدٍ فِىْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا لَقَاهُمْ بِالشَعْبِ رَفَعَ صَوْتَهُ يَقُوْلُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ وَكَانَ اَبُوْ بَكْرٍ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَالِكَ وَكَذَالِكَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ. وَفِى نَهْجِ اْلبَلَاغَةِ – اِلَى اَنْ قَالَ- وَفِى مَنَاقِبِ سَيِّدِ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لِلسَّيِّدِ جَعْفَرِ اْلبَرْزَنْجِْي قَالِ: وَكَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالَّسلَامُ يَأْتِي قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ بِأُحُدٍ عَلَى رَأْسِ كُلِّ حَوْلٍ-الخ.
Artinya:
Al Waqidi berkata, "Rasulullah mengunjungi makam para pahlawan Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah dengan keras berucap: Assalamu ‘alaikkum bima sahabartum faniqma ‘uqba ad-dar (semoga kalian selalu beroleh kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh, akhirat tempat yg paling nikmat. Abu Bakar, Umar,Utsman juga melakukan hal yang serupa". Dalam kitab Nahji Al Balaghah -sampai kata-kata- Dalam Manaqib, sayyid Al Syuhada Hamzah bin Abi Thalib yang ditulis Sayyid Ja’far Al Barzanjy, dia berkata Rasulullah mengunjungi makam Syuhada Uhud setiap awal tahun.
Sumber: Al Kawakib Al Durriyah, juz 1, hlm 32

Dari dalil diatas dapat disimpulkan bahwa peringatan haul itu dapat dibenarkan secara syara’.

Monday, August 22, 2016

KISAH SEORANG SALAFI-WAHHABI MENGHINA WALI ALLAH SWT

oleh : Ust. Ahmad Syarifuddin

“Man adza li waliyan faqad adzantuhu bil harbi.” Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka sungguh Aku (Allah) telah memaklumatkan perang kepadanya. (Hadits Qudsi Riwayat Al Bukhari dari Sahabat Abu Hurairah Ra.)

Guru kami, KH. Ihya Ulumuddin pernah menceritakan kisah yang berasal dari penuturan Sang Guru Besar, yakni Prof. Dr. Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani.

Ada seorang tokoh puritan (wahabi-salafy) di Timur Tengah. Karena begitu bencinya pada Imam Abu Hanifah, dia suka bilang, “Abu Hanifah jifah… Abu Hanifah jifah….” (Abu Hanifah adalah bangkai… Abu Hanifah adalah bangkai…). Celaan secara nyata terhadap pendiri madzhab Hanafi itu diucapkannya di berbagai kesempatan dan berulang-ulang. Dia seperti murka dan muak terhadap ulama panutan umat Islam sedunia ini. Entah dari mana kebencian membabi-buta itu bermula. Mungkin dia beranggapan Imam Abu Hanifah meletakkan akal di atas teks dalil normatif agama. Padahal secara hakikat tidaklah begitu. Artinya, celaannya mengada-ada.

Selang berapa waktu kemudian, dari sebuah rumah tercium bau busuk. Semakin lama, bau itu semakin busuk dan menusuk hidung. Rumah itu tampak sepi sejak beberapa hari. Masyarakat ramai terpaksa membuka rumah itu. Dan apa yang terjadi? Ternyata sebuah jifah (bangkai) manusia tergeletak di situ.

Berhari-hari. Tanpa ada orang tahu. Bangkai itu telah membusuk dan dikoyak-koyak binatang melata. Bangkai itu ternyata adalah si Fulan yang suka menghujat ulama terkemuka dunia tersebut. Cercaannya berbalik menimpa dirinya sendiri.

Demikian kisah nyata yang terjadi beberapa dasawarsa lalu. Meski telah wafat beberapa abad silam, karamah Imam Besar tersebut masih dapat disaksikan.

Secara umum, wali Allah adalah setiap orang yang beriman. Namun, secara khusus, di antara sosok-sosok beriman itu ada yang dipilih Allah Azza wa Jalla sebagai wali-Nya. Allah mencintai dan dekat pada-Nya. Hingga urusannya dilindungi Allah. Hidupnya diliputi penjagaan. Dan (kala diperlukan) kerap muncul darinya karamah. Hal ini tergambar dari kelanjutan matan Hadits Qudsi yang telah kami sebut di atas, “…Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang dia mendengar dengannya. Aku adalah penglihatannya yang dia melihat dengannya. Aku adalah tangannya yang dia melakukan apa-apa dengannya. Aku adalah kakinya yang dia berjalan dengannya. Apabila dia memohon, Aku pasti memberinya. Dan bila dia minta dijaga, Aku pasti akan menjaganya.”

Konon di antara komunitas muslim dengan jumlah tertentu, di situ pasti ada 1 orang wali Allah. Artinya ada wali-wali Allah di sekitar kita. Siapakah dia? Tidak dapat dipastikan. Hal ini mengandung hikmah agar kita berhati-hati dalam bermasyarakat, tidak suka menghina atau mencela orang lain, tidak selalu berburuk sangka. Sebaliknya harus dikedepankan keluhuran budi, rendah hati, dan baik sangka kepada sesama. Apalagi terhadap orang yang dikenal beriman, shaleh, berbudi luhur, dan berilmu. Siapa tahu dia wali, yang ucapannya diperhatikan Allah, kata-katanya bertuah, firasatnya tajam, dan beracun darah dagingnya.

Cinta ulama atau cinta wali sepenuh hati merupakan jalan kesentosaan. Imam Al Ghazali menyatakan, “Barangsiapa mencintai orang berilmu atau ahli ibadah, maupun mencintai seseorang atas dasar mencintai ilmu, ibadah, atau kebaikan, maka dia benar-benar telah mencintainya untuk Allah (lillah) dan karena Allah (fillah), dan baginya pahala dan balasan sesuai dengan kadar kecintaannya.” Ungkapan ini diabadikan oleh Imam Al Jardani dalam Al-Jawahir Al Lu’luiyah halaman 321.

Sesungguhnya di surga kelak, selain para nabi dan para syuhada, para ulama atau wali juga diberikan wewenang memberikan syafaat.
Naudzubillah...
Wallahu `alam

Sumber: FP BANI ALAWIYYIN DI INDONESIA

Wednesday, August 10, 2016

SHALAWAT TARHIM


يقرأ قبل الأذان

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَا إمَامَ الْمُجَاهِدِيْنَ ۞ يَا رَسُوْلَ اللهْ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَا نَاصِرَ اْلهُدَى   ۞ يَا خَيْرَ خَلْقِ اللهْ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَا نَاصِرَ الْحَقِّ    ۞ يَا رَسُوْلَ اللهْ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَا مَنْ اَسْرَى بِكَ مُهَيْمِنُ لَيْلًا نِلْتَ مَا نِلْتَ وَالأَنَامُ نِيَامْ ۞ 
وَتَقَدَّمْتَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّ كُلُّ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاَنْتَ الْإِمَامْ ۞ 
وَاِلَى الْمُنْتَهَى رُفِعْتَ كَرِيْمًا وَ سَمِعْتَ نِدَاءً عَلَيْكَ السَّلَامْ ۞ 
يَا كَرِمَ الْأَخْلَاقْ ۞ يَارَسُوْلَ اللهْ ۞
صَلىَ اللهُ عَلَيْكَ ۞ وَ عَلىَ Iلِكَ وَ اَصْحَابِكَ أجْمَعِيْنَ۞
 
"Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu, wahai pemimpin para pejuang, ya Rasulallah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu, wahai penuntun petunjuk Ilahi, wahai makhluk yang terbaik.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu, wahai penolong kebenaran, ya Rasulallah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu,
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi. Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur.
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu dan engkau menjadi imam. 
Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha karena kemuliaanmu. dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu.
Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah.
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, keluargamu dan sahabat-sahabatmu".

Saturday, August 6, 2016

KISAH IBRAHIM BIN ADHAM MENJADI SUFI

Suatu hari Ibrahim bin Adham melihat dari atas istananya ada seorang pengemis berteduh di bawah dinding istana. Si pengemis makan sekerat roti dari buntelannya, minum air lalu tidur dengan nyenyak. Ibrahim sangat terkesan dengan keadaan orang itu dan merasa iri atas kedamaiannya. Ia memerintahkan pengawal istana agar menghadapkan si pengemis bila telah terjaga dari tidurnya. Ketika pengemis itu datang Ibrahim bertanya, “Kamu tadi makan roti itu dan sekarang merasa kenyang?”. “Ya,” jawab si pengemis. “Kamu lalu tidur dan bisa beristirahat?”. “Ya,” jawabnya lagi. Ibrahim bergumam, “Jika manusia bisa merasakan kepuasan dengan makanan seperti itu, lalu apa arti kemewahan dunia ini bagiku?!”. Pada malam harinya Ibrahim bin Adham mininggalkan istana lalu mencurahkan semua waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Maka, jadilah ia seorang tokoh sufi yang besar.

Friday, August 5, 2016

AKIBAT MENCELA AIB ORANG LAIN

Ibnul Qoyyim berkata;

يقول ابن القيم رحمه الله : " ما من عبد يعيبُ على أخيه ذنباً ، إلا و يُبتلى به ، فإذا بلغك عن فلان سيئةً فقل : غفر الله لنا وله ".
Tidaklah seorang hamba mencela atas dosa saudaranya, kecuali dia akan dikasih cobaan dengan dosa itu. Oleh karenanya, jika telah sampai kepadamu berita tentang kejelekan seseorang, maka katakanlah, semoga Allah mengampuni kami dan dia.

Monday, August 1, 2016

KISAH ELANG MENYELAMATKAN NABI SAW DARI SENGATAN ULAR BERBISA

Ketika Nabi Saw hendak memakai sepatu panjangnya untuk keluar rumah, tiba tiba seekor Elang besar menyambar sepatu Nabi Saw dan membawanya terbang ke udara. Para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu langsung berusaha untuk memanah elang itu, karena dianggap kurang ajar kepada Nabi Saw. Namun, Nabi Saw melarang memanah elang tersebut.

Bebarapa saat kemudian, elang itu mengayun-ayunkan dan membalingkan sepatu itu di udara hingga keluar seekor ular gurun berbisa dari dalam sepatu. Ular tersebut terlempar ke tanah dan sepatu itu pun jatuh menyusul kemudian.

Ternyata, elangpun mampu menunjukan penghormatan dan penyelamatan untuk menjaga Rasulullah Saw. Burung elang tak mau melihat se ekor ular berbisa menggigit kaki Nabi Saw hingga secepat kilat menyambar sepatu itu.