Wednesday, November 30, 2016

JANGAN REMEHKAN WAKTU SHOLAT

Sayyidah Fathimah Ra bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Ayahku, apa sanksi orang yang meremehkan waktu sholat dan mempermainkan sholatnya“. Lalu ayahnya menjawab: “Wahai putriku sanksinya adalah Allah akan berikan kepadanya 15 bencana dalam hidupnya“.

Yang 6 Allah akan berikan didunia, yaitu:
1. Allah akan cabut berkah umurnya.
2. Allah akan cabut berkah rizkinya.
3. Allah akan cabut tanda-tanda orang sholeh dari wajahnya.
4. semua amalan yang dia lakukan, tidak akan diberi pahala oleh Allah.
5. Doanya tidak diangkat oleh Allah.
6. Dia tidak memperoleh bagian dari doanya orang-orang yang sholeh.

Yang 3 Allah akan berikan disaat menjelang kematian nya, yaitu:
1. Mati dalam keadaan hina.
2. Mati dalam keadaan lapar.
3. Mati dalam keadaan dahaga.

Yang 3 Allah akan berikan diliang kuburnya, yaitu:
1. Allah akan kirim malaikat yang selalu menakutinya.
2. Allah akan sempitkan kuburannya.
3. Allah akan jadikan kuburannya gelap gulita.

Dan yang 3 terakhir Allah akan berikan ketika dibangkitkan di hari kiamat, yaitu:
1. Allah akan mengirim malaikat yang akan menyeret dia dengan kepala dibawah ke jahannam dan disaksikan oleh seluruh penghuni mahsyar.
2. Allah akan hisab dia dengan hisab yang sangat sulit.

3. Allah tidak akan melihatnya, Allah tidak akan mensucikannya dan dia akan tersiksa.

اللهم اجعلنا من المقيمين للصلوات فى اول وقتها

Monday, November 14, 2016

KISAH IBRAHIM IBN ADHAM DAN 2 BUTIR KURMA

Sumber: Ust. Muhammad Shofi Lc.
Editing: Mohsen Basheban

Diceritakan ada seorang laki-laki yang bernama Ibrahim ibn Adham rahimahullah bahwasannya suatu hari ia berada di Mekkah, bermaksud akan pergi ke Baitul Muqaddas atau Baitul Maqdis. Ia membeli kurma dari seorang laki-laki sebagai bekal dalam perjalanannya. Ketika ia membayar dan si penjual telah memberikan kurmanya, tiba-tiba ada 2 butir kurma yang jatuh ke tanah di antara kedua kakinya. Ia menduga kedua butir kurma itu termasuk kurma yang dibelinya, lalu diambil dan dimakan. Setelah itu, ia keluar dari Mekkah menuju Baitul Maqdis.

Sesampainya di Baitul Maqdis, ia masuk ke dalam Qubbah as-Shakhra’ (sebuah ruangan yang di atasnya diberi kubah, dan di dalamnya terdapat batu besar yang digunakan Malaikat Jibril ‘alaihis-salâm dan Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam naik ke langit memenuhi panggilan Mi’raj).

Petugas yang menjaga Qubbah as-Shakhra’ memperbolehkan orang-orang untuk beribadah di dalamnya pada siang hari dan mengosongkannya pada malam hari mulai dari sehabis shalat Ashar, karena malam harinya digunakan para malaikat.

Sehabis shalat Ashar, orang-orang yang berada di dalamnya diperintahkan oleh petugas agar keluar, akan tetapi Ibrahim bin Adham masih tetap di dalam, sebab petugas tidak mengetahuinya.

Ketika para Malaikat masuk ke dalam Qubbah as-Shakhra’ mereka melihat Ibrahim bin Adham seraya berkata, “Di sini masih ada manusia!”. Salah satu dari mereka berkata, “Dia adalah Ibrahim ibn Adham, orang dari kota Khurasan yang terkenal ahli ibadah”. Malaikat yang lain menjawab, “Ia adalah orang yang amalnya diterima dan naik ke langit setiap hari”. Malaikat yang lain berkata, “Iya, benar. Akan tetapi, semenjak setahun ini amal ibadahnya masih ditunda, tidak dapat naik ke langit dan doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah disebabkan makan 2 butir kurma”.

Semalam suntuk para Malaikat beribadah di dalam Qubbah as-Shakhra’ hingga terbit Fajar. Sehabis Shubuh petugas membuka pintu Qubbah as-Shakhra’ , Ibrahim ibn Adham keluar dan langsung pergi menuju Mekkah untuk minta halal kepada si penjual kurma. Sesampainya di Mekkah, ia mendatangi penjual kurma. Di tempat itu ia tidak melihat orang tua penjual kurma yang pernah melayaninya, akan tetapi ia hanya bertemu dengan pemuda yang sedang menjual kurma.

Ibrahim ibn Adham bertanya kepadanya, “Pada tahun kemarin ada orang tua yang menjual kurma di sini, sekarang ia berada di mana?” Pemuda itu menjawab, “Beliau adalah ayahku, dan sudah meninggal dunia”. Ibrahim menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada tahun kemarin.

Kemudian pemuda itu berkata, “Oleh karena ayahku sudah meninggal, maka 2 butir kurma itu menjadi warisan. Bagianku aku halalkan untukmu, akan tetapi masih ada ahli waris yang lain, yaitu ibu dan saudara perempuanku”. Ibrahim ibn Adham bertanya, “Di mana ibu dan saudara perempuanmu sekarang?” Pemuda itu menjawab, “Mereka berada di rumah”.

Setelah mendengar jawaban pemuda itu, Ibrahim ibn Adham langsung pergi mendatangi rumahnya. Sesampainya di depan rumah, ia mengetuk pintu. Kemudian ada wanita tua keluar berjalan dengan memegang tongkat. Ibrahim ibn Adham menyampaikan salam, dan wanita itu menjawabnya seraya bertanya, “Apa keperluanmu datang kemari?”. Ibrahim ibn Adham menceritakan kisahnya. Wanita tua itu menghalalkan apa yang menjadi bagiannya. Kemudian Ibrahim ibn Adham melakukan hal seperti itu pada saudara perempuan anak muda tersebut.

Setelah selesai meminta halal kepada semua yang bersangkutan, Ibrahim ibn Adham berangkat menuju Baitul Maqdis dan masuk ke dalam Qubbah as-Shakhra’. Setelah berada di dalam Qubah, masuklah para Malaikat, Malaikat yang satu berkata kepada yang lain, “Inilah Ibrahim ibn Adham yang semenjak setahun satu tahun ini amal ibadahnya ditangguhkan dan doa-doanya tidak dikabulkan. Setelah ia melakukan sesuatu yang berkaitan dengan 2 kurma, maka semua amal ibadahnya diterima dan doa-doanya dikabulkan, dan Allah subh mengembalikan derajat kedudukannya seperti semula”.

Setelah mendengar perkataan malaikat itu, Ibrahim ibn Adham menangis, karena sangat gembira, serta melakukan puasa dan tidak pernah berbuka kecuali tujuh hari sekali dengan makanan yang halal.

*Dinukil dari buku Jalan menuju Allah karya KH. M. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Tambakberas Jombang). Beliau menukil kisah ini dari kitab an-Nawadir, halaman: 50-51.

http://www.penerbitlayar.com/kisah-ibrahim-ibn-adham-dan-2-butir-kurma/

Sunday, October 16, 2016

KAROMAH IMAM AL MUZANI, TIDAK BISA TERBAKAR API

Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al Muzani adalah sahabat Imam Syafii. Al Qurasyi berkata, “Ismail Al Muzani diwaktu mudanya adalah seorang pande besi. Ada seorang perempuan faqir lewat bertemu dengan beliau. Perempuan itu berkata: Saya punya beberapa orang putri, ayahnya sedang bepergian dan mereka sudah 3 hari tidak makan.

Al Muzani langsung pergi meninggalkan tempat pandenya untuk membeli banyak makanan. Beliau mengajak perempuan faqir tersebut menuju rumahnya. Ketiga putrinya keluar menemui Imam Al Muzani. Salah satu dari mereka mendoakan beliau: Semoga Allah menjagamu dari api dunia dan akhirat. Al Muzani memasukkan tangannya ke api dan ternyata tangan beliau tidak terbakar.” Menurut Al Sakhawi Imam Al Muzani meninggal pada tahun 264.

Al Munawi berkata’ “Imam Al Muzani termasuk Ashab agung dari Imam Syafii, beliau telah mencapai derajat mujtahid, ‘arif, zahid dan sufi. Dia selalu beribadah sepanjang malam. Diantara karomahnya adalah tidak terbakar api dan tidak merasa sakit. Ketika jazad beliau dibawa kepemakaman gerombolan burung mengepak-ngepakkan sayapnya hingga sampai ke maqbarah.

Imam Al Muzani adalah pengarang kitab Mukhtashor Al Muzani yang berisi himpunan nash-nash Imam Syafii. Beliau meninggal di Mesir dan dimakamkan dekat dengan makam Imam Syafii Ra. Dia merupakan bagian dari Madzhab Syafii.”

Dikutip dari kitab: Jami’ul Karamatil Auliya’ karya Syaikh Yusuf bin Ismail An Nabhani/1/587

Saturday, October 15, 2016

SENYUM ADALAH SEDEKAH

قال النبي صلى الله عليه وسلم؛ تبسمك في وجه أخيك صدقة لك
Bersabda baginda Nabi As:
Senyuman mu di hadapan saudaramu adalah shadaqahmu.

Bila kau tersenyum dihadapan saudaramu maka ada kebahagiaan yang merasuk kehatinya..
Bila kau merengut dihadapan saudaramu maka ada kemarahan yang merasuk kehatinya..

Thursday, October 13, 2016

MEMIMPIKAN RASULULLAH SAW, TETNTANG KEUTAMAAN SYAIKH AN NABHANI

Ada baiknya disebutkan disini cerita temanku, dia manusia agung, sayyid, baik, pintar, beriman, benar dalam berkata Dr. Ibrahim Hasan, manager rumah sakit perguruan tinggi Ain Syam. Dia berkata: Temanku bercerita, dia panjang umur, taqwa dan wara', dia tinggal di Madinah Munawwarah, semoga shalawat yang utama dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada penghuninya (Nabi Saw). Dia berkata:

“Keanehan terjadi padaku, sungguh saya sering bermimpi Nabi Saw dan setelah itu saya tidak memimpikan beliau lagi. Saya sangat sedih. Beberapa lama kemudian saya memimpikan beliau Saw lagi. Saya bertanya kepada beliau As tentang hijab yang menghalangi diriku dengan-Nya. Nabi Saw berkata: Bagaimana kamu bisa melihatku sedangkan kamu mempunyai kitab ini yang berisi cacian terhadap kekasihku An Nabhani (Syaikh Yusuf bin Ismail An Nabhani). Pagi harinya saya membakar kitab itu dan bisa bermimpi Nabi Saw seperti dulu.

Kitab yang dimaksud adalah kitab Nailul Amani fir Raddi ala An Nabhani, kitab yang berisi fanatisme pada satu madzhab dan memuat pemikiran tertentu yang keliru.
Sumber: Muqaddimah kitab Jami'u karamatil Auliya' karya Syaikh Yusuf bin Ismail An Nabhani, oleh Ibrahim 'Athwah 'Iwadh, dosen Universitas Al Azhar Mesir

Monday, October 10, 2016

30 september 1965/G 30 S, PKI

Partai Komunis Indonesia/PKI adalah partai politik Indonesia. PKI adalah partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan Tiongkok sebelum akhirnya PKI dihancurkan pada tahun 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada tahun berikutnya.

Ideologi komunis simpelnya adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan. Paham komunis menyatakan setiap sesuatu yang ada di suatu negara maka menjadi hak negara tersebut. Secara umum paham komunis membatasi agama pada rakyatnya. Menurut paham ini agama adalah candu yang membuat orang berangan-angan dan membatasi dari berpikir rasonal dan nyata.

Secara resmi PKI berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Henk Sneevliet pada tahun 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda) yang disingkat dengan ISDV. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.

Tujuan didirikannya partai PKI adalah untuk menyebarkan paham Komunis-Sosialis yang menginginkan perbaikan nasib para buruh dan juga bertujuan untuk memerdekakan Indonesia dari tangan Kolonial Belanda dengan berlandaskan paham Komunisme dengan berasas membebaskan Indonesia dengan cara yang radikal.

Untuk mencapai tujuan, pada tahun 1950, PKI mengalang kekuatan yang dipimpin oleh tokoh muda, yaitu D. N. Aidit, Nyoto, Lukman, dan Sudisman, dengan membentuk Front Persatuan Nasional, yakni dengan bekerjasa dengan partai lain terutama PNI. Tindakan pertama yang dilakukan PKI untuk mencapai tujuan dengan cara menyusup, mengacau dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Usaha tersebut dilakukan melalui berbagai organisasi massa, misalnya Pemuda Rakyat/PR, Gerakan Wanita Indonesia/GERWANI, Barisan Tani Indonesia/BTI, Sentra Organisasi Buruh Seluruh Indonesia/SOBSI, Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia/CGMI dan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia/IPPI.

Pada hari kamis malam tanggal 30 september 1965/G 30 S, PKI mulai melancarkan gerakan perebutan kekuasaan. Letnan Kolonel Untung sebagai pimpinan gerakan memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan untuk mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965. Pada dini hari itu, mereka melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama dari Angkatan Darat.

Para perwira Angkata Darat tersebut disiksa dan dibunuh yang kemudian dimasukkan ke dalam satu sumur tua di desa Lubang Buaya yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara Utama Halim Perdanankusuma. 6 jenderal korban dari TNI Angkatan Darat tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat atau Men/Pangad).
2.    Mayor Jenderal R. Suprapto (Deputi II Pangad).
3.    Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Pangad).
4.    Mayor Jenderal Siswondo Parman (Asisten I Pangad).
5.    Brigadir Jenderal Donald Izacus (Asisten IV Pangad).
6.    Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur).

Ketika terjadinya penculikan para perwira Angkatan Darat, Jenderal A. H. Nasution yang juga menjadi target penculikan berhasil menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani menjadi korban sasaran tembak dan kemudian gugur. Ajudan Jenderal A. H. Nasution yang bernama Letnan Satu Pierre Andreas Tendean juga menjadi korban, sedangkan Pembantu Letnan Polisi Karel Satsuit Tubun gugur pada saat melakukan perlawanan terhadap gerombolan yang berusaha menculik Jenderal A.H. Nasution.

Setelah menerima laporan terjadinya penculikan para pemimpin TNI Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat) segera mengamibl langkah-langkah untuk memulihkan keamanan di ibu kota. Langkah-langkah tersebut yaitu dengan menyelamatkan dua objek vital, yaitu Gedung RRI dan pusat telekomunikasi. Dalam waktu dua puluh lima menit resimen RPKAD di bawah Sarwo Edhi berhasil merebut kedua objek tersebut. Pada pukul 20.10 WIB Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat megeluarkan pernyataan resmi yang isisnya memberitahukan kepada seluruh rakyat bahwa pada tanggal 1 Oktober 1965 telah terjadi peristiwa penculikan beberapa perwira tinggi Angkatan Darat yang dilakukan oleh golongan kontra revolusioner yang menamakan dirinya Gestapu (Gerakan 30 September). 

Selanjutnya, mereka telah mengambil alih kekuasaan negara. Mayor Jenderal Soeharto menegaskan bahwa kekuatan Gestapu dapat dihancurkan dan NKRI yang berdasarkan Pancasila pasti tetap jaya. Pidato Mayor Jenderal Soeharto tersebut dapat meredakan kegelisahan rakyat dan mereka dapat mengetahui gambaran yang jelas tentang situasi negara.

Operasi penumpasan dilanjutkan dengan sasaran Pangkalan Udara Utama/ Lanuma Halim Perdana kusuma, yang menjadi basis kekuatan G-30-S/PKI. Operasi ini bertujuan untuk mecari tempat dan mengusut nasib para Jenderal yang diculik. Kemudian operasi dilanjutkan ke Lubang Buaya. Atas petunjuk dari Ajudan Brigadir Polisi Sukitman, pada tanggal 3 Oktober ditemukan sumur tua tempat penguburan jenazah para perwira Angkatan Darat. Pada tanggal 4 Oktober dilakukan pengangkatan seluruh jenazah para perwira dan pada tanggal 5 Oktober para perwira dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Para perwira dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi serta diberikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta.

Saturday, October 8, 2016

PENEPATAN PUASA SUNNAH 'ASYURA'


Ini Penjelasan Ulama Perihal Waktu Pelaksaan Puasa 'Asyura'.

Sepuluh Muharram termasuk hari paling bersejarah bagi penganut agama samawi, khususnya Islam. Pada hari itu, Nabi Adam diterima pertobatannya oleh Allah Swt, kapal Nabi Nuh terdampar di daratan, Nabi Yusuf dikeluarkan dari sumur, Nabi Yunus keluar dari perut ikan, Nabi ‘Isa lahir pada 10 Muharram, dan Nabi Musa diselamatkan dari kejaran pasukan Fir’aun juga pada tanggal 10 Muharram. Seluruh kejadian fenomenal ini disebutkan oleh Ibnu Bathal di dalam kitab Syarah Shahih Al Bukhari.

Maka dari itu, ketika Rasulullah Saw berada di Madinah, Beliau mendapati seorang Yahudi sedang berpuasa. Nabi bertanya, “Puasa apa yang kamu lakukan ini? Mereka menjawab, “Pada hari ini Allah Swt menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Akhirnya Nabi Musa puasa pada hari itu sebagai bentuk rasa syukur.” Mendengar jawaban ini, Nabi berkata:

نحن أحق بموسى منكم، فصامه وأمر بصيامه
“Kami lebih berhak atas puasa Musa dari pada kalian.” Nabi Muhammad Saw kemudian berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk puasa,” (HR Ibnu Majah)

Badruddin Al ‘Ayni dalam Umdatul Qari mengatakan, menurut madzhab Hanafi, puasa Muharram termasuk puasa wajib pada awalnya. Kemudian hukum wajib tersebut dihapus setelah adanya perintah wajib puasa Ramadhan. Pada waktu umat Islam diwajibkan mengerjakan puasa Ramadhan, maka status hukum puasa ‘Asyura berubah menjadi sunah.

Kendati ulama menyepakati kesunahan puasa ‘Asyura, mereka berbeda pendapat terkait waktu pelaksanaan puasa ‘Asyura itu sendiri. Ada yang mengatakan tanggal 9 dan ada pula yang mengatakan tanggal 10 Muharram. Perbedaan ini didasarkan pada variasi riwayat terkait puasa ‘Asyura.

Untuk menengahi perbedaan tersebut, maka puasa ‘Asyura dapat dibagi menjadi 3 tingkatan:
Pertama, mengerjakan puasa dari tanggal 9 sampai 11 Muharram.
Kedua, puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
ketiga, puasa tanggal 10 Muharram saja.
Pembagian ini sebagaimana dijelaskan Al Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi.

Pendapat ulama yang menganjurkan puasa sebelum dan sesudah 10 Muharram berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw berkata:

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا فيه اليهود وصوموا قبله يوما أو بعده يوما
Puasalah kalian pada hari Asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Kerjakan puasa dari satu hari sebelumnya sampai satu hari sesudahnya (HR Ahmad)

Hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud ‘Asyura itu adalah 10 Muharram, bukan 9 Muharram. Akan tetapi, Nabi Muhammad Saw meminta pelaksanaan puasanya menjadi 3 hari, yaitu dari tanggal 9 sampai 11. Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi berencana puasa tanggal 9 Muharram, namun Beliau sudah wafat sebelum menunaikan niat itu.
Penjelasan ini dapat dipahami bahwa ulama menyepakati kesunahan puasa ‘Asyura. Bahkan dianggap sebagai puasa yang paling utama setelah Ramadhan. Akan tetapi, lebih disunahkan lagi mengerjakannya mulai dari tanggal 9 hingga 11. Kalaupun tidak mampu melaksanakan 3 hari, diperbolehkan puasa khusus pada tanggal 10 Muharram tersebut.

Sumber dengan sedikit editan dipenulisan tanpa mengurangi subtansi http://www.nu.or.id/post/read/71818/kapan-waktu-pelaksaan-puasa-asyura

HABIB AHMAD BIN HASAN AL ATTAS, MENYIKAPI PERBEDAAN DIANTARA PARA SAHABAT

Sayyid Ahmad bin Hasan Al Attas Ra berkata: “Seluruh sahabat Ra adalah makhluk yang lebih utama setelah para Nabi Ass. Yang lebih utama diantara mereka adalah Khalifah yang empat. Yang lebih utama diantara empat khalifah ini adalah Sayyiduna Abu Bakar As Siddiq, Sayyiduna Umar, Sayyiduna Utsman, kemudian Sayyiduna Ali. Ini adalah pendapat/madzhab Ahlis Sunnah wal Jamaah dan Ahluna (keturunan Rasulullah) bani Alawi. Dan mereka ini, bani Alawi golongan Ahlis Sunnah wal Jamaah yang lebih sempurna.

Semua Sahabat adalah adil. Mereka dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Pertama Muhajirun, mereka adalah sahabat yang ikut hijrah bersama Nabi Saw. Kedua Anshor, mereka adalah sahabat yang membantu Nabi. Ketiga adalah orang yang beriman dan bersahabat dengan Nabi.

Adapun orang yang datang setelah mereka/sahabat, maka Allah telah berfirman tentang mereka (Orang-orang yang datang setelah mereka berkata: Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari pada kami. Janganlah Engakau jadikan di hati kami irihati/dengki/benci kepada orang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan juga Maha Penyayang).

Allah memuji para sahabat karena mereka memiliki sifat ini (adil). Nabi Saw bersabda: Sahabat- sahabatku seperti bintang-bintang, dengan mengikuti salah satu dari mereka maka kalian mendapat hidayah. Sungguh janganlah mengurangi hak (mencaci/membenci) mereka atau berkata (jelek) pada mereka.

Seluruh sahabat adalah adil dan utama. Apa yang terjadi diantara mereka maka ta’willah dan diam tentang mereka hukumnya wajib. Seperti yang dikatakan oleh pengarang Nadzam Zubad: Apa yang terjadi diantara sahabat kami diam dan kami menetapkan pahala atas ijtihad mereka. Tuhan mereka akan memperbaiki (kesalahan) diantara mereka dan mengumpulkannya di tempat rahmat dan tempat kemulyaannya.

Sebagian orang berani mencaci sebagian sahabat, padahal tidak ada contoh dari pendahulunya/ulama salaf tentang itu. Sungguh hal itu karena dia membaca sebagian kitab sejarah yang terdapat kurus dan gemuk, hak dan batil didalamnya. Kebenaran dengan mengikuti Ulama Salaf dalam keyakinan dan tindakan mereka.  

Orang yang menyimpang dan condong menjauh dari manhaj yang benar ini, tidak bermanfaat baginya mauidzoh dan pengingat maka dia akan menyesal jika penutup telah dibuka. Kami berlindung dari mengatakan sesuatu yang kami tidak mengetahuinya, atau meyakini sesuatu yang tidak benar atau melakukan sesuatu yang tidak baik.
Sumber: kitab Tadzkirun Nas, Kalamul Habib Ahmad bin Hasan Al Attas

NB: Jika terdapat kesalahan dalam penerjamahan atau pemilihan kata yang tidak cocok mohon dikomentari