Thursday, March 31, 2016

SYAIKH JALALUDDIN AL RUMI, KEMASYHURAN HANYA HAYALAN SEMATA

Pada suatu malam, Syaikh Jalaluddin Al Rumi mengundang Mursyidnya (guru spiritual) Syaikh Syamsuddin Al Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid menerima undangan itu dan datang ke kediaman Al Rumi.

Setelah semua hidangan makan malam siap, gurunya meminta sesuatu kepada Al Rumi, "Bisakah kau menyediakan minuman untukku?" Yang di maksud oleh Syaikh Syamsuddin adalah khamer/arak.

Syaikh Jalaluddin kaget mendengarnya, “Memangnya anda juga minum?" Jawab gurunya, "Iya." Al Rumi masih terkejut, "Maaf, saya tidak mengetahui hal ini." Sang Mursyid berkata, "Sekarang kamu sudah tahu, maka sediakanlah."

"Malam-malam begini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?" Kata Syaikh Jalaluddin. Syaikh Syamsuddin berkata, "Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya." Al Rumi berkata, "Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang." Syaikh Syamsuddin berkata, "Kamu sendiri yang pergi keluar untuk membeli minuman." Syaikh Jalaluddin mengelak lagi, "Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar untuk membeli minuman?" sang Guru berkata, "Jika kamu mengaku muridku, kamu harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur", kata gurunya.

Karena kecintaannya kepada sang Mursyid, akhirnya Syaikh Jalaluddin memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani. Sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Al Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisi botol minuman kemudian ia menyembunyikannya dibalik jubah, lalu keluar. Setelah itu ia di ikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Syaikh Jalaluddin di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak, "Wahai manusia, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman." Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Al Rumi. Khalayak melihat botol yang di pegang Al Rumi. "Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini, membeli arak dan akan dibawa pulang", orang itu menambahi siarannya. 

Orang-orang bergantian meludahi muka Syaikh Jalaluddin dan memukulinya hingga sorban yang berada di kepalanya lengser ke leher. Melihat Al Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka di tipu oleh kebohongan beliau tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Syaikh Jalaluddin, hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengar suara Syaikh Syamsuddin Al Tabrizi, "Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan meminum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."

Seseorang dari mereka masih mengelak, ini bukan cuka, ini arak." Syaikh Samsuddin kemudian mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya.

Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Syaikh Jalaluddin. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Al Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu persatu.

Syaikh Jalaluddin berkata pada gurunya, “Malam ini engkau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud dari semua ini?"
Syaikh Syamsuddin menjawab, "Agar kamu mengerti bahwa wibawa yang kamu banggakan ini hanya khayalan semata. Kamu pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kamu lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu."

"Inikah kebanggaan yang selama ini kamu perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat. Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman. Bersandarlah hanya kepada Allah Swt."

Wednesday, March 30, 2016

KAROMAH HABIB LUTHFI, MENYEMBUHKAN PATAH TULANG KAKI


Kisah nyata ini di alami oleh Muhammad Syamsuri. Ia salah satu anggota group helm Majelis Rasulullah yang bertugas mengatur lalu lintas dan menghimbau Jama’ah Majelis Rasulullah agar mematuhi peraturan lalu lintas, menggunakan helm bagi pengendara motor dan mengatur kelancaran lalu lintas ketika ada pengajian Majelis Rasulullah.

Beberapa waktu lalu beliau mengalami kecelakaan mobil di Tol Cipularang dan mengalami retak tulang kaki sehingga harus menggunakan kursi roda. Dokter sudah angkat tangan, namun Syam tidak putus asa. Ia pergi ke Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan untuk minta doa. Syam juga termasuk murid Habib Luthfi.

Habib Luthfi bertanya kepada Syam tentang niatnya jika kakinya sembuh. Syam menjawab bahwa ia ingin kembali kerja di Jakarta. Spontan Habib Luthfi menjawab bahwa ia tidak mungkin sembuh seumur hidup, harus memakai kursi roda. Syam dan keluarganya menangis mendengar kabar itu. Setelah itu Habib Luthfi pun pergi dan membiarkan Syam selama 3 minggu di rumahnya.

Selama waktu itu Syam hanya bengong dan meratapi nasibnya. Hingga suatu malam Syam bermimpi didatangi Habib Mundzir Al Musawa yang lantas rebahan di samping Syam dan memberikan lembar jadwal Majelis Rasulullah sambil berbisik, “Bilang ke Habib Luthfi bahwa kamu ikut saya di Jakarta”.

Pagi harinya Syam lantas menemui Habib Luthfi dan berkata bahwa ia di Jakarta membantu dakwah Habib Munzir dengan mengatur lalu lintas. Mendengar hal itu Habib Luthfi kaget dan lantas bertanya apa yang menyebabkan dia berubah niat? Syam lantas menceritakan mimpinya. Habib Luthfi kemudian memeluk Syam dan berkata, “Kamu besok sembuh, Pulang ke Jakarta berkah”. Habib Luthfi kemudian mengusap kaki Syam dengan air beberapa kali.

Pada malam harinya, Senin malam bertepatan dengan jadwal rutinan Majlis Rasulullah di Al Munawar minggu lalu jam 21.00, kaki Syam sudah bisa digerakkan dan bisa berjalan. Akhirnya Syam bisa berjalan seperti sebelumnya. Kini Syam sudah kembali membantu dakwah Habib Munzir dengan aktif membantu mengatur lalu lintas di Al Munawar.
Di sarikan dari Facebook Kumpulan Foto Ulama dan Habaib

Thursday, March 24, 2016

BERSIMPUH DI HADAPAN WALI LEBIH BAIK DARI PADA IBADAH SAMPAI TUBUH TERPOTONG-POTONG

Imam Ali bin Abu Bakar Al Sakran mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Hasan Al Bajali termasuk ulama besar di Yaman. Dia pernah bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad saw.

Dalam suatu riwayat di sebutkan bahwa dalam mimpinya itu ia bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, "Ya Rasulullah, apakah amalan terbaik untuk aku lakukan di zaman ini?" Nabi Muhammad Saw menjawab, "Sebaik-baik amal kebajikan di masa kini ialah engkau bersimpuh dihadapan seorang wali Allah, baik ia masih hidup ataupun sudah meninggal dunia, meski sejenak, seperti memerah susu kambing atau memecah sebutir telur, (hal itu) lebih baik dari pada beribadah sampai tubuhmu terpotong-potong."

Tuesday, March 22, 2016

PENGERTIAN BAROKAH

Barokah adalah sesuatu yang di inginkan oleh hampir semua orang yang beriman. Orang yang mendapatkan barokah, dia akan mendapatkan limpahan kebaikan dalam hidupnya.

Barokah bukanlah cukup dan mencukupi saja,tapi barokah ialah bertambahnya ketaatan kepada Alloh swt dalam segala keadaan, baik berlimpah atau sebaliknya.

البركة تزيدكم في الطاعة
Artinya: barokah adalah sesuatu yang menjadikanmu lebih taat dari pada sebelumnya.

Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub as, sakitnya menambah ketaatannya kepada Alloh swt.

Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi taatnya dahsyat seperti Mus'ab ibn Umair.

Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan indah panoramanya, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Alloh swt tiada yang menandinginya.

Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.

Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tapi yang barokah ialah yang mampu menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Alloh swt.

Penghasilan yang barokah juga bukan gaji yang besar dan bertambah, tapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rizqi bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.

Anak-anak yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, mempunyai pekerjaan mapan dan jabatan tinggi, tapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak di antara mereka ada yang lebih shalih dan selalu mendo'akan kedua Orang tuanya.

Semoga segala aktifitas kita hari ini barokah. Amiin..

Monday, March 21, 2016

SELIMUT TEBAL DI MUSIM DINGIN (AHLAK HABIB UMAR)

Berikut ini ada sekelumit kisah menarik tentang keluhuran budi pekerti Alhabib Umar ibn Hafidz yang dikisahkan langsung oleh Si Penulisnya.

Berikut saya akan kutip kisahnya, semoga lantaran kisah ini semakin membuat kita akan rindu kehadiran beliau di bumi Indonesia pertiwi ditahun2 berikutnya.

Ini adalah pengalaman pribadi saya (Habib Ahmad ibn Muhammad Alkaff) yang tak akan pernah terlupa tentang kemuliaan akhlak Alhabib Umar ibn Hafidz.

Waktu itu pertengahan april 1994 musim dingin di kota Tarim-Hadramaut mulai menyapa kami yang memang kami belum terbiasa dengan dinginnya cuaca Tarim ketika musim dingin. Alhabib Umar pun telah menyiapkan untuk kami para santrinya dari Indonesia yang waktu itu sangatlah manja dengan sebuah selimut tebal yang mahal, masing-masing dari kami mendapatkan satu selimut.

Kisah pun bermula, seperti biasanya selepas Ashar kami dan Alhabib Umar menuju kota Tarim untuk menghadiri “rauhah” dan maulid di kota tersebut. Selepas acara kami pun kembali ke kediaman Alhabib Umar di kota Aidid. Biasanya kami pulang larut malam dan karena pada waktu itu Alhabib Umar hanya memiliki 1 mobil maka kami pun selalu berebutan untuk menaiki mobil tersebut. Terkadang mobil Nissan patrol itu dimuat oleh 20 orang lebih sehingga penuh di dalam dan di atas mobil. Kami berebut karena memang jika kami tidak dapat tempat di mobil tersebut terpaksa kami akan pulang dengan berjalan kaki yang berjarak kurang lebihnya 5 km.

Saya dan dua teman saya pada waktu itu kurang beruntung. Walhasil, kami bertiga berjalan kaki untuk pulang ke rumah Alhabib Umar. Sesampainya di tempat Alhabib Umar, kami mendapati teman-teman kami yang lain telah mendapatkan selimut tebal yang baru saja dibagikan oleh Alhabib Umar. Kami pun bergegas menemui Alhabib Umar. Tetapi, lagi-lagi kami kurang beruntung karena selimutnya telah habis.

Alhabib Umar mengatakan bahwa toko penjual selimutnya kehabisan stok dan berjanji akan memenuhi kekurangannya besok pagi.Kami pun pamit kepada beliau untuk tidur. Akan tetapi, sebelum kami pergi Alhabib Umar menyuruh kami untuk menunggu. Kami menunggu Alhabib Umar yang masuk ke dalam rumahnya.

Beberapa saat kemudian Habib Umar pun keluar dengan membawa beberapa selimut tipis dan lusuh dan membagikannya kepada kami bertiga. Kami pun menerima selimut itu tanpa pikir panjang lalu kami pun pulang menuju asrama yang berada tepat di belakang rumah Alhabib Umar. Kami membagikan selimut tipis dan lusuh pemberian Alhabib Umar yang berjumlah 2 selimut besar dan 3 selimut kecil untuk kami bertiga.

Baru saja kami meluruskan badan untuk tidur terdengar tangisan bayi yang tak henti-hentinya yang kami yakin itu adalah tangisan anak Alhabib Umar yang masih bayi pada waktu itu. Kami pun sempat bertanya tanya dalam hati kenapa bayi itu menangis sepanjang malam. Sambil tetap berusaha untuk memejamkan mata.

Menjelang Subuh suara tangisan bayi pun berhenti, mungkin karena kelelahan menangis sepanjang malam. Kami pun bergegas menuju ke masjid Aidid yang terletak persis di depan rumah Alhabib Umar sambil membawa kitab Nahwu yang akan kami pelajari setelah shalat Subuh di bawah bimbinganlangsung Alhabib Umar. Setelah selesai belajar Nahwu kami pun pulang ke asrama kami.

Di pertengahan jalan kami bertemu dengan Habib Salim anak dari Alhabib Umar bin Hafidz yang waktu itu masih berusia 6 tahun. Kami mencoba menyapa dan bertanya, “Wahai Salim mengapa adik bayimu menangis tak henti-hentinya tadi malam? Apakah dia sakit?Habib Salim pun menjawab, “Tidak, adikku tidak sakit.” Jawab Habib Salim.“Lalu apa yang membuatnya menangis?” Tanya lagi kami. Dengan keluguannya Salim pun menjawab, “Mungkin karena kedinginan, karena semalam kami sekeluarga tidur tanpa selimut?!”

Bagai tersambar petir kami terkejut mendengar ucapan polos tersebut. Kami pun berlari menuju asrama untuk mengambil selimut lusuh yang ternyata milik keluarga Alhabib Umar yang beliau berikan kepada kami, dan beliau sekeluarga rela tidur tanpa selimut didinginnya malam kota Tarim demi anak-anak muridnya.

Kami kembalikan selimut tersebut kepada Alhabib Umar sambil membendung air mata dan tanpa tahu harus berkata apa. Dengan senyum dan seolah-olah tak terjadi apa-apa, Alhabib Umar menerima selimut dari kami dan menggantikan selimut tersebut dengan yang baru, yang juga baru saja dikirim oleh pemilik toko. Kami pun kembali ke asrama tanpa dapat membendung lagi air mata kami yang melihat kemuliaan yang beliau berikan kepada kami.Sambil berkata di dalam hati, “Ya Allah ternyata diabad ini masih ada orang yang berhati begitu mulia seperti beliau. Terimakasih Ya Allah yang telah mempertemukan aku dengan manusia mulia dikehidupanku ini.”

Ngutip di www.elhooda.net

Sunday, March 20, 2016

KENAPA DO'A KITA TIDAK MAKBUL

Syeikh Ibrahim bin Adham rahimahulloh berkata: Doa' kalian tidak makbul karena hati kalian telah mati. Penyebabnya sepuluh hal
1. Kalian mengenal Alloh swt tapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al Qur'an, tapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Alloh swt tapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tapi tidak menentangnya.
6. Kalian menyatakan surga itu benar-benar ada, tapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian menyatakan neraka itu ada, tapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian menyatakan kematian itu pasti datang, tapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib (keburukan) orang lain dan melupakan aib (keburukan) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tapi tidak pernah memetik pelajaran darinya.

Tuesday, March 15, 2016

BERKAT SHALAWAT, UNTA BISA BERBICARA

Di kisahkan, ada seorang muslim ahli shalawat di fitnah bahwa ia telah mencuri seekor unta, padahal kenyataannya tidak, unta itu miliknya sendiri. Untuk menguatkan tuduhan, pemfitnah mendatangkan saksi palsu dari kalangan munafiqiin. Dalam syariat Islam, hukuman bagi seorang pencuri adalah potong tangan.

Kemudian ahli shalawat itu berdo'a, “Wahai Tuhanku, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mereka telah memfitnahku. Aku tidak mencuri unta itu. Engkau Maha tahu, selamatkanlah diriku dari kehinaan ini, karena aku telah bershalawat pada Nabi yang paling mulia. Engkau Maha kuasa, izinkanlah unta itu berbicara. Jadikanlah ia sebagai saksiku.”

Seusai berdo'a, ia mendesah keras, dan rahmat Allah Swt meliputi dirinya. Tak sulit bagi sang Maha Perkasa dan Maha Kuasa untuk membuat unta tersebut dapat berbicara dengan bahasa manusia.

Unta bersaksi, “ Ya Rasulullah, aku milik orang beriman ini. Orang-orang itu adalah saksi palsu dan si pemfitnah telah membuat tuduhan palsu terhadap orang mukmin sejati ini.” Lalu unta tersebut mendekati pemiliknya dengan sikap tunduk dan duduk didepannya.

Atas kesaksian unta, jelas sudah kebohongan saksi-saksi palsu itu, mereka malu dan tak dapat berkilah lagi dengan kesaksian unta itu. Setelah mendengar kesaksian unta, tumbuhlah cahaya iman dalam hati orang-orang yang turut menyaksikan peristiwa menakjubkan ini.

Nabi Muhammad saw bertanya, “Wahai orang mukmin, bagaimana engkau dapat memperoleh kemulyaan itu?” Si mukmin menjawab, "Ya Rasulullah, aku selalu bershalawat kepadamu sepuluh kali sebelum tidur.” Nabi Saw bersabda, “Karena shalawatmu kepadaku, Allah Swt bukan hanya menyelamatkanmu dari hukuman potong tangan di dunia ini, tetapi juga akan menyelamatkanmu dari siksa neraka di akhirat.

"Barangsiapa bershalawat kepadaku 10 kali pada sore hari dan 10 kali pada pagi hari, Allah Saw akan membangkitkannya bersama para Nabi kesayangan dan kepercayaanNya dan wali-wali yang patuh, dan Dia akan melimpahkan berkah kepadanya sebagaimana berkah kepada NabiNya.

Monday, March 14, 2016

ANUGRAH BAGI PE CINTA SHALAWAT

Di ceritakan, ada seorang musafir berjalan bersama ayahnya menuju suatu tempat. Ketika mereka melewati suatu negeri, sang ayah menemui ajalnya.

Sungguh tidak di duga, sang ayah mati dalam keadaan mengenaskan. Wajah dan sekujur tubuhnya berubah menjadi hitam dan perutnya membuncit. Sang anak bingung, cemas, dan susah melihat kondisi ayahnya yang meninggal dalam keadaan seperti itu. Ia hanya bisa bersikap tawakkal dan berucap, "La haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim (Tiada daya-upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Alloh Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)." Keadaan ini di artikan sebagai perbuatan buruk yang di lakukan ayahnya di waktu hidup.

Disaat Sang anak tertidur, ia bermimpi bahwa ada seorang laki-laki yang sangat tampan, tubuhnya di penuhi bulu halus datang menemui jasad ayahnya, lalu menyapu wajah dan tubuh ayahnya tersebut dengan tangannya sehingga jasad sang ayah yang tadinya hitam menjadi putih kembali, bahkan lebih bagus dari pada bentuknya semula dan berseri-seri.

Sang anak takjub melihat apa tang di perbuat lelaki itu, kemudian bertanya, “Siapakah Anda? yang telah menjadi penyebab karunia Ilahi atas ayahku.” Laki-laki itu menjawab, “Aku adalah Rasulullah. Ayahmu termasuk di antara orang-orang yang memperbanyak shalawat atasku. Maka, ketika ayahmu berhasil melakukannya, aku pun datang untuk membersihkannya.”

Ketika Sang anak bangun dari tidurnya ternyata ayahnya benar telah berubah menjadi putih berseri-seri. Ia merasa sangat bahagia dan bersyukur, memuji kepada Alloh swt dan bershalawat kepada Nabi saw karena telah melihat pancaran cahaya putih, memancar dari jasad ayahnya.

Sunday, March 13, 2016

TERNYATA METODE KESUCIAN HATI LEBIH AMPUH

Diceritakan bahwa putra dari syeikh Abdul Qadir AlJailani telah banyak menuntut imu dan Alim, bahkan dia piawai dalam berceramah. Sedangkan ayahnya, Sekh Abdul Qodir Al Jailani jika berceramah, beliau selalu menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Putra Sekh berkata dalam hatinya, “Jika aku di izinkan berceramah, tentu akan lebih banyak lagi hadirin yang menangis.”

Suatu hari Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ingin mendidik anaknya. Beliau berkata kepadanya, “Wahai anakku, berdiri dan berceramahlah.” Si anak kemudian berceramah dengan sangat bagus. Namun tidak ada seorang pun yang menangis dan merasa khusyu’. Mereka bahkan bosan mendengar ceramahnya. Setelah anaknya selesai berceramah, Syeikh Abdul Qadir naik ke mimbar lalu berkata, “Para hadirin, tadi malam, isteriku, Ummul Fuqara' menghidangkan ayam pangang yang sangat lezat, tetapi tiba-tiba datang se ekor kucing dan memakannya.”

Mendengar isi ceramah Sekh, para hadirin menangis dan menjerit. Si anak berkata, “Aneh, aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Al Quran, Hadits, Syair dan berbagai akhbar, tidak ada seorang pun yang menangis. Tetapi, ketika ayahku menyampaikan ucapan yang tidak ada artinya, mereka justru menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya?.”

Berikut ini penjelasan Habib Umar bin Hafidz.

Menurut beliau, Inti ceramah bukan terletak pada susunan kalimat, tapi pada kesucian hati dan sifat shidq pembicara. Di saat syeikh Abdul Qodir Jailani berbicara, para hadirin menangis karena mengartikan kucing dalam cerita beliau sebagai setan yang mencuri amal anak cucu Adam dengan cara menimbulkan sikap riya, ujub dan sombong.

Ada juga yang mengartikan cerita itu dengan keadaan su,ul khotimah. Amal yang di lakukan sudah sangat banyak, tetapi pada akhir hayat mati su,ul khotimah.

Mereka semua menangis dan merasa takut kepada Alloh hanya karena ceramah biasa. Sesungguhnya ceramah sekh telah membuat mereka berpikir dan menerbitkan cahaya di hati mereka berkat cahaya yang memancar dari hati Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.

Friday, March 11, 2016

KE AJAIBAN SHALAWAT ( Penjahat Masuk Surga )

Ada seorang sufi, ia menceritakan pengalaman hidupnya tentang ke ajaiban shalawat Nabi saw. Dia menuturkan bahwa ada seorang penjahat yang hidupnya hanya di isi dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Demikian tenggelamnya penjahat itu ke dalam lumpur kemaksiatan seperti kebiasaan mabuk-mabukan, ia tidak bisa lagi membedakan mana hari kemarin, hari ini dan hari esok.

Kemudian sang sufi menasehati sang penjahat agar ia tidak mengulangi lagi kedurhakaannya dan segera bertaubat pada Alloh swt. Namun demikian, penjahat tetaplah penjahat, nasehat sang sufi tidak digubrisnya. Ia tetap meneruskan perbuatan-perbuatan bejatnya sampai ajal datang menjemputnya.

Menurut logika sufi, penjahat tersebut benar-benar bernasib tidak baik, karena ia tidak sempat mengubah arah hidupnya yang hina dan bahkan tidak sempat bertobat. Sang sufi mengatakan bahwa si penjahat akan di masukkan ke dalam neraka.

Namun apa yang terjadi? Pada suatu malam, sang sufi bermimpi, ia melihat sang penjahat menempati posisi yang amat tinggi dan mulia dengan memakai pakaian surga berwarna hijau yang mana merupakan pakaian kemuliaan dan kebesaran ahli surga.

Sang sufi keheranan dan bertanya pada sang penjahat, “Apakah yang membuatmu mendapatkan martabat setinggi ini?.” Sang penjahat menjawab, “Wahai sufi, ketika aku hadir di suatu majelis dzikir, aku mendengar ceramah orang alim yang ada disitu berkata, “Barangsiapa membaca shalawat atas nabi Muhammad saw, niscaya wajib baginya masuk ke dalam surga.”

Kemudian orang alim tersebut mengeraskan suaranya membaca shalawat atas Nabi saw dan aku pun beserta orang-orang yang hadir di majelis itu sama-sama mengeraskan suara. Maka, pada saat itulah, kami semua di ampuni dan di rahmati oleh Alloh yang Maha Pemurah terhadap nikmat-Nya.

Kepala Pemakan Riba Berubah Menjadi Keledai. Berkat Shalawat Berubah Ke Asalnya

Di kisahkan oleh imam Tsufyan Al Tsauri, bahwa ketika beliau pergi menunaikan ibadah haji, dia melihat seorang pemuda selalu membaca shalawat, baik ketika di Ka’bah, di Padang Arafah, di Muzdalifah dan di Mina. Doanya hanyalah shalawat kepada Baginda Nabi saw.

Di saat kesempatan datang, beliau mengajaknya berbicara dan bertanya, "Sahabatku, di setiap tempat ada doa khusus. Jika engkau tidak mengetahuinya, izinkan aku mengajarimu." Pemuda itu menjawab, "Aku sudah tahu semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini."

Kemudian dia bercerita, "Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, aku dan ayahku ikut menyertai mereka untuk menunaikan ibadah haji. Setelah naik turun gunung, memasuki lembah dan gurun, akhirnya kami sampai di kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia. Aku duduk menangis dalam batin agar tidak mengganggu jamaah yang lain dan memasrahkan segala urusan pada Allah swt.

Kemudian aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing. Ketika aku membuka kain kafan penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai. Aku kaget, tak tahu apa yang mesti aku lakukan. Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain.

Di saat aku duduk termenung, aku seperti tertidur. Lalu, pintu tenda kami terbuka dan masuklah seseorang dengan muka bercadar. Dia membuka penutup wajahnya dan berkata, "Alangkah tampak sedih engkau! Ada apa gerangan?” Aku pun berkata, "Tuan, yang menimpaku bukanlah suka-cita, namun aku tidak boleh meratap supaya orang lain tidak bersedih."

Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya. Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya.

Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya, "Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?" Dia menjawab, "Aku Muhammad al Musthafa." Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, "Masya Allah, ada apa ini? Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”

Kemudian dengan lembut beliau berkata, "Dahulu ayahmu tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, wajah mereka akan berubah menjadi wajah keledai. Tetapi di sini Allah Yang Maha agung mengubah lagi wajah ayahmu. Dulu dia mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik. Setiap malam sebelum tidur, dia membaca shalawat 100 kali untukku. Ketika aku di kasih tahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat, karena shalawatnya kepadaku. Setelah di izinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku."

Sejak kejadian itu, si pemuda bersumpah bahwa dia tidak akan berdoa selain shalawat kepada Rasulullah saw, sebab dia tahu hanya shalawatlah yang dibutuhkan manusia di dunia dan di akhirat."

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail Alaihim Al Salam telah berkata kepadaku. Jibril As berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang membaca shalawat kepadamu setiap hari sebanyak 10 kali, maka akan aku bimbing tangannya dan akan aku bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”

Mikail as juga berkat, “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka air minum dari telagamu.”

Israfil as berkata, “Mereka yang bershalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah swt dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah saw mengampuni orang itu.”

Kemudian Malaikat Izrail berkata, ”Bagi mereka yang bershalawat atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan lembut seperti aku mencabut ruh para nabi.”

Thursday, March 10, 2016

KAYA DALAM WAKTU 2 MINGGU

Moga-moga kaya mendadak, hehehe..

قال بعض الصالحين : من حافظ يوم الجمعة على
Sebagian orang soleh berkata; Barangsiapa di hari jumat membaca

َاَللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ يَا رَحِيْمُ يَا وَدُوْدُ اَغْنِني  بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِك َوَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَنْ سِوَاك
Alloohumma ya ghaniyyu ya hamiidu ya mubdi,u ya mu'iidu ya rohiimu ya waduudu aghninii bihalaalika 'an haroomika wa bithoo'atika 'an ma'shiyatika wa bifadhlika 'amman siwaaka 70×

"Ya Alloh yang maha Kaya, yang maha Terpuji, yang maha Pencipta, yang maha Mengembalikan, yang maha Penyayang, yang maha Pengasih dan Penyinta. Jadikanlah aku kaya dengan apa yang telah Engkau halalkan dan jauhkanlah aku dari yang Engkau haramkan. Kayakanlah aku dengan ketaatan padaMu dan jauhkanlah aku dari bermaksiat padaMu. Kayakanlah aku dengan anugrahmu dan jauhkanlah aku dari berharap selain diriMu.

قيل ما يمر عليه اسبوعين الا اغناه الله تعالى، ولو كان عليه دين قضي
Maka tidak akan terlewatkan waktu 2 minggu kecuali Alloh memperkaya dirinya. Seandainya memiliki hutang maka dapat melunasinya."

Di kutip dari kajian pagi, oleh Al Habib Umar bin Hafidz.

Wednesday, March 9, 2016

Pernahkah Kau Sakit?, Pernahkah Kau dihianati?, Pernahkah Kau Gelisah tanpa sebab?, Sungguh! Itu adalah Karunia

Ada seorang pemuda datang menemui Rasulullah saw dengan perasaan takut, gelisah dan cemas. Pemuda itu mengajukan pertanyaan kepada Rasul saw, "Ya Rasul, benarkah segala perbuatan kita, baik maupun jelek akan di balas oleh Alloh swt?."

Rasulullah saw menjawab dengan lemah lembut, "Tentu, janji Alloh pasti adanya, tiada yang lebih pasti dari pada janjinya." Lalu Rasul saw menyampaikan firman Alloh swt, surat Al Zalzalah, ayat 7 sampai delapan, yang berbunyi:

فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يراه. ومن يعمل مثقال ذرة شرا يراه.
Barangsiapa mengerjakan kebaikan sekecil biji dzarrah, niscaya dia akan mendapatkan balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sekecil biji dzarrah, niscaya dia akan mendapatkan balasannya pula.

Mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi saw, pemuda itu tambah gelisah. Rasulullah Saw pun bertanya: “Wahai pemuda? apakah yang membuatmu begitu gelisah? dan mengapa kamu bertanya demikian?.” Pemuda menjawab dengan suara pelan, “Ya Rasul, aku menghawatirkan perbuatan dosaku yang aku pun tak sanggup menghitungnya. Sungguh berbuat dosa itu sangat tak terasa. Aku khawatir akan balasannya di dunia maupun di akhirat kelak.”

Rasulullah saw kembali menatap pemuda tersebut dengan senyuman yang menentramkan hati, kemudian balik bertanya, “Wahai pemuda, kamu pernah sakit?, pernah dikhianti?, pernah tak enak hati?, pernah gundah tanpa sebab yang pasti?, pernah mendapat masalah yang besar?."

Mendengar rangkaian pertanyaan itu, pemuda tersebut mengangguk, dan berkata, "Tentu saja ya Rasul." Rasulullah kembali bersabda, “Sesungguhnya sakitmu, perasaan tak enak hatimu, kegundahan tanpa sebabmu, juga masalah besarmu itu, Alloh hadirkan ke dalam kehidupanmu untuk menggugurkan setiap dosa yang kau khawatirkan itu."

Mendengar sabda Rasul, pemuda tersebut menangis gembira dan bersyukur karena baru menyadari bahwa segala hal yang dianggapnya musibah dalam hidup, ternyata adalah karunia, yang dihadirkan Allah saw untuk menggugurkan dosa-dosa.

Tuesday, March 8, 2016

RAJIN IBADAH TAPI MASUK NERAKA

Alkisah, ada dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil. Yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sebaliknya: sangat tekun beribadah.

Yang terakhir disebut ini rupanya tak henti-hentinya menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa hingga mulutnya tak betah untuk tidak menegur. "Berhentilah!" sergahnya.

Teguran seolah hanya masuk melalui telinga kanan dan keluar lagi lewat telinga kiri. Perbuatan dosa berlanjut dan sekali lagi tak luput dari mata saudaranya yang rajin beribadah. "Berhentilah!" Sergahnya kembali.

Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?" Saudara yang ahli ibadah pun menimpali, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga."

Cerita ini tertuang dalam sebuah Hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di ujung, Hadits tersebut melanjutkan, tatkala keduanya meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wata'ala.

Kepada yang sungguh-sungguh beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku? "Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan. "Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka."

Kisah di atas menyiratkan pesan kepada kita untuk tidak merasa paling benar untuk hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif Allah. Tentu beribadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi takabur dengan menghakimi pihak lain, apakah ia bahagia atau celaka di akhirat kelak.

Sebuah kata bijak menyebutkan, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.”Tentang etika dakwah, Islam pun mengajarkan bahwa tugas seorang mubaligh sebatas menyampaikan, bukan mengislamkan apalagi menjanjikan kenikmatan surgawi.

Vonis terhadap orang ini-itu sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, sangattidak dianjurkan karena melangkahi Rabb, penguasa seluruh ciptaan. Islam menekankan umatnyamuhasabahatau koreksi diri sendiri daripada mencari kesalahan pribadi orang lain yang belum tentu lebih buruk di hadapan Tuhan.

Sumber: NU online

Monday, March 7, 2016

HIKAYAT PENGINGKAR KITAB IHYA' ULUMIDDIN

Sekh Abul Hasan Ali bin Harzaham Al Maghribi adalah seorang ulama ahli fikih yang di taati dan masyhur di zamannya. Dia sangat ingkar terhadap kitab Ihya Ulumiddin karangan imam Al Ghazàli. Hikayat ini di ceritakan oleh imam Al Yafi'i yang terdapat di pinggiran kitab ihya' ulumiddin.

Pada suatu hari ia memerintahkan untuk mengumpulkan semua naskah kitab Ihya’. Dia hendak membakarnya di depan masid jami' se usai shalat jum'at, karena menurutnya isi kitab ihya' bertentangan dengan sunnah nabi.

Pada malam jum'atnya, beliau bermimpi seolah-olah masuk sebuah masjid dan melihat imam Ghazali bersama Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar.

Ketika Ibnu Harzaham mendekat, Al Ghazali mengadu kepada Rasulullah saw: “Ya Rasulallah! dia adalah lawanku. Jika apa yang terdapat dalam Ihya sesuai dengan prasangkanya, maka aku bertaubat kepada Allah. Jika Ihya’ adalah sesuatu yang aku hasilkan dari barakahmu dan karena mengikuti sunnahmu, maka ambilkan hakku dari lawanku itu”.

Kemudian Rasulullah saw mengambil kitab Ihya, membukanya perlembar dari awal hingga akhir, dan bersabda: “Demi Allah! ini adalah kitab yang baik”. Lalu kitab itu di ambil sahabat Abu Bakar kemudian Umar. Kedua pembesar sahabat ini berpendapat sama seperti sabda Rasulullah saw.

Selanjutnya Rasul memberi perintah untuk melepas gamis Ibnu Harzaham dan menghukumnya seperti layaknya hukuman bagi orang yang mengada-ada. Ketika pukulan mencapai lima kali, Abu Bakar meminta syafaat kepada Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulallah! Barang kali ia menyangka bahwa Ihya’ bertentangan dengan sunnahmu, tetapi ia keliru”.

Ibnu Harzaham terbangun dan merasakan ada bekas pukulan di tubuhnya. Ia pun memberitahukan mimpi itu kepada murid-muridnya dan bertaubat kepada Allah atas inkarnya kepada Ihya’ dan Al Ghazali.

Bekas pukulan yang ia alami dalam mimpi masih dirasakannya dalam waktu yang lama, hingga membuatnya selalu beribadah kepada Allah dengan kerendahan hati, dan memohon syafaat dari Rasulullah, sampai akhirnya Rasul datang dalam mimpinya, mengusap bekas pukulan ditubuhnya. Dengan izin Allah bekas pukulan itu sembuh dan hilang.

Beliau Ibnu Harzaham melanggengkan muthala’ah kitab Ihya’, hingga Allah membuka pintu hatinya, mendapatkan ma’rifah kepada Allah dan menjadi salah satu ulama besar yang ahli dalam ilmu dzahir dan batin.

WAHHABI, KAFIRKAH?

Pada suatu hari, Kiai Azizi Hasbullah, beliau adalah ketua lajnah Bahtsul Masail PWNU jatim, sowan kepada KH Maimun Zubair.

Pak Azizi, sapaan akrab beliau, sempat bertanya kepada kyai maimun tentang kaum wahhabi yang suka mengkafirkan atau mensyirikkan kaum nahdhiyyin karena amaliyahnya, yang mana menurut beliau sendiri wahhabi adalah kafir karena telah mengkafirkan saudaranya sendiri.

Cerita ini di kisahkan sendiri oleh pak Azizi, sebagai selingan ketika acara seminar Nasional dan bahtsul masail Islam Nusantara di aula Rektorat Universitas Islam Negeri Malang Jawa Timur.

Ketika mendengar pertanyaan itu, Kiai Maimun langsung marah-marah dengan cara pandang Kiai Azizi ini. “Hei, Mas, sampean jangan ngawur. Wahabi itu bukan kafir, Mas, tapi berdosa. Lha, orang berdosa itu, yaghfiru liman yasyaa’ wa yu’addzibu man yasyaa’ (Alloh mengampuni orang yang di kehendakinya dan juga menyiksa orang yang di kehendaki pula). Kalau Allah mengampuni, ya masuk surga, kalau tidak di ampuni ya neraka,” kata Mustasyar PBNU ini.

“Kalau kafir kan pasti masuk neraka. Sampean ini jangan main hukum kafir begitu saja, wong sampean saja belum pasti masuk surga. Ngapain ngurusi orang lain,” tambahnya lagi.

Kiai Maimun lalu menghimbau kepada warga NU agar tidak terlalu ikut campur dengan perkataan orang lain. Baginya, yang penting adalah menjaga akidah diri sendiri. Mendengar jawaban Kiai Maimun tersebut, Kiai Azizi mengaku insaf dari asal menghukumi orang.

Disarikan dari berbagai sumber, di antaranya Nu online

Saturday, March 5, 2016

Memadukan antara Ilmu Syari'at dengan Ilmu Tarikat

Ilmu di bagi menjadi dua bagian:
1. Ilmu dhohir, adalah syariat
2. Ilmu batin, adalah tarikat
Dengan memadukan ke dua ilmu tersebut, dapat menghasilkan ilmu hakikat. Bukan dengan salah satunya.

Ilmu syariat seperti air sungai, bisa di gunakan untuk mensucikan anggota dhohir. Ilmu tarikat seperti sumber mata air, bisa di minum untuk mensehatkan anggota dalam tubuh.

Ilmu dhohir seperti makan dan minum, yang di lakukan di sebagian waktu. Sedangkan ilmu batin seperti menjaga kesehatan, yang di lakukan sepanjang waktu.

Wudhu'nya syariat dengan menggunakan air pada anggota tertentu dan niat tertentu. Sedangkan wudhu'nya tarikat dengan mensucikan anggota dan hati dari maksiat.

Shalatnya syariat adalah perkataan dan gerakan tertentu, yang di awali dengan takbir dan di akhirinya dengan salam. Sendangkan shalatnya tarikat adalah shalatnya hati yakni dengan berdzikir.

Wudhu' dan shalatnya syariat di lakukan pada waktu tertentu, sedangkan wudhu' dan shalatnya tarikat di lakukan sepanjang waktu.

Thursday, March 3, 2016

Guru & Tabir Hati

Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, "Ya Allah, tutupilah kekurangan guruku dariku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku". (Lawaqihul AnwarAl Qudsiyyah:155)

Habib Abdullah Al Haddad berkata, "Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati guru kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah kembali ridha". (Adab Sulukul Murid:54)

Beliau imam Nawawi dalam kitabnya Al Tahdzib, berkata:

عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق الاستاذين لا يمحوه شيء البتة.
Durhaka kepada orang tua, dosanya
bisa di hapus dengan taubat, tapi durhaka kepada guru tidak ada satupun yang dapat menghapusnya.

Habib Abdullah Al Haddad juga berkata, "Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, "perintahkan aku ini, berikan aku ini, karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Namun sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya". (Ghoyah al Qashd wa al Murad: 2/177)

Para ulama ahli hikmah mengatakan, "Barangsiapa yang mengatakan, kenapa? Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya". (Al Fataawa Al Hadiitsiyyah:56)

Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba-tiba Nabi Khidir datang menghampirinya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak nabi Khidhir berbicara. Maka nabi Khidhir bertanya, "Tidakkah kau mengenalku?". Murid itu menjawab, "ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas Al Khidhir". Nabi Khidhir bertanya kembali, "kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku?". Murid itu menjawab, "guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu". (Kalam al Habib Idrus al Habsyi: 78)

Imam Ali bin Hasan Al Atthas berkata:

ان المحصول من العلم والفتح والنور اعني الكشف للحجب، على قدر الادب مع الشيخ وعلى قدر ما يكون كبر مقداره عندك يكون لك ذالك المقدار عند الله من غير شك
"Ilmu, futuh dan cahaya, yakni terbukanya hijab-hijab batin, dapat di peroleh se besar kadar adab (murid) kepada gurunya. Kadar agungnya guru di hatimu menentukan kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa di ragukan". (Al Manhaj Al Sawy: 217)

Manfaat Syair Abu Nawas

اِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً  ☆ وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ

فَهَبْ لِي تَوْبَةًً ًوَاغْفِرْ ذُنُوْبِي☆ فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ

ذُنُوْبِِي مِثْلُ اعَدَدِ الرِّمَال    ☆ فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً ًيَا ذَا الْجَلاَل

وَعُمْرِيْ نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ ☆ وَذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي

اِلَهِي عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاكَ   ☆ مُقِرًّابِاالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

وَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ  ☆  وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاك

Ya Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga Firdaus☆Namun, aku tidak kuat dengan panasnya api neraka.

Maka terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku☆Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar.

Dosa-dosaku seperti jumlah pasir☆Maka berilah aku  taubat Wahai Pemilik Keagungan.

Umurku berkurang setiap hari☆Dan dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya.

Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu☆Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu.

Jika Engkau mengampuni, memang Engkaulah Pemilik Ampunan☆Dan seandainya Engkau menolak taubatku,
Kepada siapa lagi aku berharap selain  kepada-MU

ِImam Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Sayyid Syatho Al dimyathi menukil perkataan Syekh Abdul Wahhab Al Sya’roni "Barang siapa membiasakan dua bait ini (2 paling atas) setiap hari Jum’at, maka Alloh swt akan mengambil ruh pembacanya dalam keadaan Islam tanpa ragu sedikitpun".

Imam Sya'rani tidak menjelaskan berapa kali pembacaannya. Namun, Sayid Bakri mengutip pendapat sebagian ulama yang mengamalkan syair tersebut di baca 5 kali setelah melaksanakan shalat Jum‘at.

Wednesday, March 2, 2016

Sayyidina Husain cemburu Pada Sayyidina Hasan

Sayyidina Hasan dan Husain adalah cucu Rasulullah saw dari puteri bungsunya yang paling disayangi, yakni siti Fatimah Al Zahra dengan menantunya sayyidina Ali, yang juga merupakan Sahabat yang sangat di sayangi baginda.

Rasulullah saw pernah bersabda bahwa sayyidina Hasan adalah salah seorang penghuni surga dan yang paling mirip wajahnya dengan baginda. “Engkau menyerupai aku, baik dari bentuk rupamu maupun akhlakmu".

Bahkan Sayyidina Ali sendiri pernah berkata: "Hasan menyerupai Rasulullah dari dada sampai ke kepala. Tetapi Husain menyerupai Rasulullah di bagian-bagian lainnya, dari dada sampai ke bawah".

Pada suatu hari Husain kecil datang menemui ibunya, sayyidah Fathimah. Sambil menangis ia berkata, "Kakek (Muhammad saw) lebih mencintai kakakku Hasan". Jawab sayyidah Fatimah, "mengapa engkau berbicara seperti itu wahai anakku". Husain mengutarakan sebab kecemburuannya, "kakek sering mencium hasan di bibirnya sedangkan aku, kakek hanya mencium di leher".

Kemudian sayyidah Fathimah membawa Husain kepada Ayahnya, Muhammad saw dan menceritakan kecemburuan anaknya Husain. Rasulullah saw menatap tajam dan lama, lalu bersabda "Anakku Fatimah, Hasan selalu aku kecup di bibirnya, karena dia akan mati diracun oleh orang terdekatnya, dan seluruh isi perutnya akan keluar lewat mulutnya. Sedangkan engkau (Husain)..”.

Rasul saw menatap Husain lama sekali, beliau tidak bisa meneruskan ucapannya, dan pingsan beberapa saat. Setelah siuman beliau kembali menatap tajam sambil terus menangis berguncang dadanya, lantas berkata, “Sedangkan engkau, Husain, sering aku cium di lehermu karena engkau akan syahid dengan leher terputus".

Tuesday, March 1, 2016

Cinta Dan Kepatuhan Habib Munzir Kepada Gurunya

Lihatlah! cinta Habib Munzir kepada gurunya yaitu Al Habib Umar bin Hafidz yang begitu besar hingga jika di suruh lompat terjun pun beliau akan lompat. Bagi Habib Munzir jika Habib Umar menyuruh melakukan A ya harus A bukan a kecil tapi A besar.

Saya buka sedikit, dulu ketika Habib Munzir sering memajang fotonya dengan Habib Umar di jalan-jalan, Habib Umar berkata kepada saya untuk menyampaikan untuk kedatangan kita berikutnya jangan tempel foto di jalan umum, sekedar pengumuman tanpa foto, biarkan itu milik para orang-orang politik. Hal ini berlaku hingga sekarang. Ini penyerahan seratus persen terhadap gurunya, seperti mayat dihadapan guru.

Dulu di awal perjalanan dakwah, Habib Munzir sering keluar kota berhari-hari hingga banyak problem berupa sakit, tumpukan hutang dan lain-lain. Kemudian datang surat dari Habib Umar bahwa beliau melarang habib munzir keluar kota, tidak boleh pinjam sama siapapun dan banyak perintah berat yang lainnya. Saya tahu isi surat tersebut karena bacanya bareng di kamar saya.

Habib Munzir syok dengan keadaan tersebut, sampai berkata “Kalau ane tahu hati Habib Umar akan seperti ini, ane gak mau jadi ulama, mending jadi tukang sate!”.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata “Andai kata aku tidak pernah dilahirkan ke dunia, andai kata ibuku mandul, andai kata aku dilahirkan sebagai se ekor kambing maka akan lebih ringan. Hanya makan, minum dan bila gemuk di sembelih maka selesai. Tidak harus memikul tanggung jawab besar dihadapan Allah.

Saya bilang “Ya munzir! mau bagaimanapun berat dan ringannya, Habib Umar adalah guru kita. Kitalah yang gak faham saat ini, tetapi ke depan bakal faham”. Ternyata betul, urusan jadi beres, hutang selesai, dakwah hingga jadi seperti sekarang.

Jika bukan karena surat Habib Umar gak bakal seperti ini. Semua butuh pengorbanan. Mau makan susah karena sudah gak boleh pinjam. Terkadang majelis naik taksi, kadang saya yang jemput. Berkat taat dan kepatuhan bukan banyaknya massa tetapi dengan ridhonya Habib Umar terhadap beliau. Simaklah bait-bait syairnya, beliau Habib munzir lakukan dengan penuh pengorbanan. Intinya jangan pernah melepaskan diri dari syaikh dalam keadaan apapun.

Belasan tahun lalu, pernah suatu saat, Habib Umar bercerita kepada saya ada seorang murid Habib Umar, dia teman kami berdakwah di Jazirah Arab, sukses memiliki banyak jamaah, selesai majelis ditunggu banyak mobil jamaah yang minta dinaikinya, ber macam-macam fasilitas, tetapi dia lupa dan berkata bahwa semua ini adalah hasil dari jerih payahnya, dari keringatnya, bukan hasil dari gurunya,menisbatkan kesuksesan kepada dirinya hingga lupa kepada gurunya HabibUmar.

Ketika dia melepas diri dari Habib Umar maka hilanglah semua hal yang dianggap miliknya. Tidak ada lagi macam-macam fasilitas yang menunggunya. Mobil-mobil muridnya hanya berlalu begitu saja tidak memperdulikan hanya sekedar “Oh ada ustad”. Maka celaka orang yang dekat dengan syaikh tapi tidak beradab.

Semoga kita menjadi murid yang menbanggakan guru dan juga menjadi kebanggaan guru kita.
Amiin..

Oleh: Habib Jindan bin Novel Jindan
Sumber: islamuno.info

Solawat yang dijadikan wiridan oleh habib Munzir bin Fuad Al Musawa:
اللهم صل على سيدنا محمد واله وصحبه وسلم