Thursday, June 30, 2016

AL HUSAIN SUKA NGUPING KHUTBAH KAKEKNYA MUHAMMAD SAW

Pada masa kanak-kanaknya Imam Al Husain seringkali ke masjid dan duduk dibawah mimbar Rasulullah SAW serta menghafalkan segala yang Nabi Muhammad  SAW Khutbahkan, kemudian Al Hussain kecil pulang dan menceritakan kepada Ibundanya Sayyidah Fathimah Az Zahra .....
Suatu kali Ibundanya menyiapkan satu kursi dan mendudukkan Al Hussain dikursi itu seraya berkata :

" BAIKLAH ANAKKU SAYANG...BERCERAMAHLAH SEPERTI KAKEKMU "

Al Hussain kecilpun menjelaskan apa yang dikatakan kakeknya Nabi Muhammad SAW di masjid dengan gaya bahasa yang sama.. Sayyidah Zahra pun bersyair tentangnya "

ENGKAU SERUPA DENGAN AYAHKU......

ENGKAU TAK MIRIP DENGAN ALI.....

Imam Ali yang mendengar syair istri tercintanya pun tersenyum..

Suatu ketika Sayyidah Zahra bercerita kepada Ayahandanya perihal keindahan tutur kata Al Hussain hingga Nabi Muhammad SAW pun ingin menyaksikan dan mendengar langsung ceramah cucunya tersebut namun beliau berkata kepada putrinya :

"BARANGKALI DIA AKAN MALU JIKA MELIHATKU"

Karena nya Nabi SAWW berencana bersembunyi dibalik tirai untuk menyaksikan dan mendengarkan Ceramah cucunya...

Nabi SAWW pun bersembunyi dibalik tirai dan sayyidah Fathimah mempersiapkan Al Hussain untuk berceramah.....

Namun sungguh tak seperti biasanya hingga sayyidah Az Zahra  pun heran ketika menyaksikan putra kecilnya Al Hussain hanya berdiam diri tanpa sepatah kata yang keluar dari lisan mungilnya....

Lidah Al Hussain  seolah kaku dan tak mampu berucap apapun hingga Assayidah Azzahra sgt Heran dan menanyakan keadaan putra nya tsb :

"Apa yg terjadi wahai anakku sayang? "

Al Hussain menjawab keheranan ibunya :

"JANGANLAH HERAN WAHAI IBUKU.....LIDAHKU TAK MAMPU BERGERAK KARENA ADA PRIBADI AGUNG YANG BERADA DIBALIK TIRAI....JIKA SELURUH AHLI DAN PEMBICARA DI SELURUH DUNIA BERKUMPULPUN NISCAYA MULUT2 MEREKA AKAN TERKUNCI DIHADAPAN BELIAU "

Mendengar ini Rasulullah SAW yg berada di balik tirai keluar dan memeluk cucunya Al Hussain

Masya Allah..

diambil dari post Al Habib Ali bin Zein Baharun Rahimahullah

Tuesday, June 28, 2016

KISAH DIPECATNYA PANGLIMA PERANG KHALID BIN WALID

Pada zaman pemerintahan *Khalifah Syaidina Umar bin Khatab*, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah *Jenderal Khalid bin Walid*.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, _"Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus."_ Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai *Pedang Allah yang Terhunus*.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah *Khalid bin Walid*, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, _"Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"_

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, _"Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"_

_"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!"_ Jawab Khalifah.

_"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"_

_"Kamu tidak punya kesalahan."_

_"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"_

_"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."_

_"Lalu kenapa saya dipecat?"_ tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, _"Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''_.

_''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!"_

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, _"Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"_

Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, _"Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."_

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, _"Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."_

Friday, June 24, 2016

PAHALA YANG DIDAPAT OLEH ISTRI YANG MENCUCI BAJU SUAMINYA

Wahai kaum perempuan rajinlah mencuci pakaian suami, karena banyak nilai kebaikan di saat mencuci pakaian suami

إِذَا غَسَلَتْ المَرْأَةُ ثِيَابَ زَوْجِهَا كَتَبَ اللهُ لَهَا أَلْفَيْ حَسَنَةٍ وَغَفَرَ لَهَا أَلْفَيْ سَيِّئَةٍ، وَاسْتَغْفَرَ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَمْسُ
Apabila seorang istri mencuci pakaian suaminya maka Allah akan mencatat untuknya 2000 macam kebaikan, Allah akan mengampuni baginya 2000 macam kejelekan dan semua makhluk yang tersentuh sinar Matahari akan selalu setia memohonkan ampunan untuk istri tersebut. (Riwayat Ibnu Mas’ud)

Sumber : Uqudul Lijain, Imam Nawawi Banten

Thursday, June 23, 2016

BENARKAH IBNU 'AROBI SESAT

Sebutlah seorang ulama yang bernama "Burhanuddin Al-buqo'i" (برهان الدين البقاعي), beliau menulis sebuah kitab yang diberi nama "Tanbihu Al-ghobiy bi Takfiri Ibni 'Arobi" (تنبيه الغبي بتكفير ابن العربي), beliau menilai Ibnu 'Arobi berada dalam 'kekufuran'

Maka seorang ulama ahli tafsir kenamaan (syafi'iyyah), beliau adalah Al-imam Jalaluddin As-suyuthi, tidak sependapat atas penilaian Syeikh burhanuddin al-buqo'i (mengganggap kufur Ibnu 'Arobi).

Oleh karenanya, Al-imam Jalaluddin As-suyuthi menyampaikan penolakannya dalam sebuah risalah, yang risalah ini beliau beri nama "Tanbiatu Al-ghobiy bi Tabri_ati Ibni 'Arobi" (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي). As-suyuthi dalam risalahnya menyatakan Ibnu 'Arobi bebas dari tuduhan 'kufur' yang dilayangkan oleh Syeikh Burhanuddin Al-buqo'i.

BERIKUT HIKAYAT KEWALIAN IBNU 'AROBI DAN HADIAH ATAQOH-NYA

Imam As-suyuthi menulisnya dalam risalah beliau, hikayatnya sebagai berikut :

قال وحكى لى الشيخ عبد العزيز : ان شخصا كان بدمشق فرض على نفسه ان يلعن ابن عربي كل يوم عقب كل صلاة عشر مرات، فاتفق لانه مات وحضر ابن عربي مع الناس جنازته ثم رجع وجلس فى بيت بعض اصحابه وتوجه الى القبلة، فلما جاء وقت الغذاء احضر اليه الغذاء فلم يأكل ولم يزل على حاله متوجها، يصلى الصلوات ويتوجه الى ما بعد العشاء الاخرة.فالتفت وهو مسرور وطلب الطعام، فقيل له فى ذلك. فقال التزمت مع الله ألا آكل ولا اشرب حتى يغفر لهذا الرجل الذى كان يلعننى فبقيت كذلك وذكرت له سبعين الف "لا اله الا الله" ورأيته، وقد غفر له.
Aku menerima hikayat ini dari Syeikh Abdul Aziz: Bahwa ada seseorang dikota damaskus, ia wewajibkan dirinya untuk melaknat Ibnu 'Arobi 10 kali pada setiap ia selesai melaksanakan sholat fardhu dan ia lakukan itu setiap hari, hingga ajal menjemputnya. Ketika orang ini wafat, maka Ibnu 'Arobi datang beserta manusia lainnya untuk ikut mensholati jenazahnya, kemudian setelah selesai mensholati ia pergi dari tempat itu dan menuju rumah sahabatnya. Dirumah sahabatnya, ia (Ibnu 'Arobi) duduk menghadap qiblat, hingga datang waktu makan petang, makanan pun disiapkan oleh sahabatnya, namun ia tak mau makan, ia terus duduk menghadap qiblat, hanya ketika datang waktu sholat fardhu ia menghentikan muwajahnya untuk melaksanakan sholat fardhu dan sholat lainnya, setelah selesai melaksanakan sholat, Ia (Ibnu 'Arobi) kembali duduk muwajahah hingga waktu isya terakhir (menjelang waktu subuh). Ia selesai dalam muwajahahnya dan terlihat sangat gembira, kemudian ia meminta makanan pada sahabatnya.
Sahabat Ibnu 'Arobi menanyakan akan apa yang dilakukan Ibnu 'Arobi, maka Ibnu 'Arobi menjawab : "Aku mewajibkan diriku kepada Allah (nadzar kepada Allah) untuk tidak makan dan tidak minum, sehingga Allah mengampuni orang/jenazah yang selama hidupnya telah melaknatku, maka aku melakukan itu, dan aku berdzikir dengan kalimat "Laa ilaaha illallah" sebanyak 70.000 kali, dan aku hadiahkan pada orang/jenazah yang telah melaknatku, dan aku menyaksikan bahwa Allah telah mengampuninya".

Terlepas lagi dari penilaian para ulama atas beliau,maka patut diperhatikan apa yang disampaikan seorang ulama yang bernama Syarofuddin Al-munawiy, beliau mempunyai sikap sebagai berikut :

ان السكوت عنه اسلم، وهذا هو اللائق بكل ورع يحشى على نفسه
"sesungguhnya memilih diam (tidak ikut menilai pada Ibnu 'Arobi) adalah sikapyang dinilai paling selamat, karena sikap ini layak bagi hamba yang waro' yang mengkhawatirkan atas dirinya (jika salah menilai Ibnu 'Arobi)".

wallohu a'lam

sumber : (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي) "Tanbi_atu al-ghobiy bi tabri_ati Ibni 'arobi" , halaman 7-8.
Risalah karya Al-Imam Jaluluddin As-suyuthi.
____________________________________________
@santrialit
Ramadhan, kamis 23 juni 2016 M / 18 ramadhan 1437 H

Tuesday, June 21, 2016

AKIBAT MENGHINA HADITS NABI SAW

Ketika Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki menerangkan sebuah hadits yang artinya :  “ Tidaklah seseorang keluar dari rumahnya demi menuntut ilmu, kecuali para Malaikat membentangkan sayapnya untuk mereka, karena mereka ridlo dengan apa yang yang telah diperbuat oleh penuntut ilmu tersebut “.

Kemudian Abuya mengisahkan sebuah cerita  yang mana dulu disatu Negara Arab ( Mesir ) ada seorang santri yang senantiasa istiqomah menghadiri majlis ta’lim gurunya disebuah masjid. Namun pada suatu waktu ia terlambat untuk hadir kemajlis, dikarenakan sibuk melayani orang tuanya. Begitu selesai melayani orang tuanya ia segera  berangkat menghadiri majlis ta’limnya tersebut agar tidak terlalu terlambat, ia berusaha berlari sekuat tenaga agar tidak tertinggal pelajaran.

Ketika akan sampai ditempat majlis ta’lim yang persisnya disebuah masjid ia dipanggil oleh seseorang  yang sedang santai dimasjid. Sang santri tersebut kemudian berhenti demi memenuhi panggilan seseorang tersebut, namun ternyata setelah dipenuhi panggilannya sang santri tersebut dihina  dengan mengatakan “ hai fulan, pelan-pelan saja kalau berjalan, jangan berlari kencang seperti itu, nanti kamu dapat merusak sayap-sayap malaikat “ ( dengan nada mengejek dan meremehkan Hadits Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam ). Dengan rasa kecewa dan jengkel, sang santri tersebut pergi tanpa memperdulikan hinaan orang tersebut, dikarenakan takut ketinggalan pelajaran  dimajlis ta’lim gurunya.

Lanjut cerita, selang beberapa hari dari peristiwa itu, orang yang mengejek santri tersebut tidak bisa merasakan nyenyaknya tidur, dan hal ini berlangsung hingga bermalam-malam. Ia selalu dihantui oleh suara sayap burung yang sangat besar dan terdengar keras ditelinganya. ia sudah berusaha menutupi telinganya dengan berbagai cara, namun suara itu tetap datang. Berhari-hari suara tersebut selalui menghantuinya hingga akhirnya ia mati secara mengenaskan.

Mengomentari hal ini Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki berkata : “ itulah akibat bagi orang yang mengejek hadits Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, selain itu ia juga kena bala’ dari santri yang sedang menuntut ilmu “.

KISAH YANG DIALAMI OLEH ABU ABDILLAH BIN ZAIN TENTANG KITAB IHYA' 'ULUMUDDIN

ذكر سيدى محي الدين ابن العربى في كتابه روح القدس: ان ابا عبد الله بن زين بإشبيلية وكان من افضل الناس، وقد اعتكف على كتب أبى حامد، يعنى الغزالي، ولكنه قرأ ليلة تأليف أبى القاسم بن احمد في الرد على ابى حامد فعمى، فسجد لله تعالى من حينه وتضرع وأقسم انه لن يقرأه ابدا ويذهبه، فرد الله عليه بصره. وقد ذكر سيدى محي الدين هذه الحكاية كرامة لأبى عبد الله بن زين اعتناء من الحق به وتنبيها له رضي الله عنه وعن الإمام الغزالى وعن سائر اولياء الله.

Sayyid Muhyiddin Ibnul 'Arobi dalam kitabnya Ruhul Quds menceritakan bahwa Abu Abdillah bin Zein di kota Isybiliyah/Sevilla adalah orang yang utama. Dia mengkaji kitab-kitab Imam Al Ghozali. Akan tetapi pada suatu malam ia membaca kitab yang dikarang oleh Abil Qosim bin Ahmad yang menjelaskan tentang bantahan terhadap Imam Al Ghozali. Maka seketika itu matanya buta dan dia langsung sujud kepada Allah Ta’ala dengan merendah diri serta bersumpah tidak akan membaca kitab karya Abil Qosim bin Ahmad untuk selamanya dan membuang kitab tersebut. Maka Allah Swt memulihkan penglihatannya kembali.

Sayyidi Imam Muhyiddin Ibnul Arobi telah menuturkan bahwa kisah ini merupakan karomah bagi Abu Abdillah bin Zein supaya memperhatikan kebenaran kitab Ihya Ulumiddin dan sebagai peringatan baginya. Semoga Allah meridhainya, juga meridhai Imam Al Ghozali dan seluruh para Wali Allah yang lain.

Sumber: Jaami'u Karomatil Auliya' , Jilid 1 Hal. 180-181

Monday, June 20, 2016

KISAH ANAK DIKUTUK MENJADI KELEDAI

Jangalah menghina ibumu

حكى عن عطاء بن يسار أن قوما سافروا ونزلوا فى برية فسمعوا نهيق حمار متواترا فأسهرهم فانطلقوا ينظرون إليه وإذا هم ببيت من الشعر وفيه عجوز
Diceritakan dari Atho' bin Yasar, bahwa ada suatu kaum bepergian lalu mereka istirahat disuatu daerah, tak lama kemudian mereka mendengar jeritan keledai dengan sangat jelas. Jeritan itu membuat mereka tak bisa tidur, lalu mereka bergegas mencari untuk melihatnya. Ketika itu mata mereka tertuju pada sebuah rumah tak beraturan yang dihuni seorang nenek tua.

فقالوا لها قد سمعنا نهيق حمار أسهرنا ولم نر عندك حمارا فقالت له ذلك إبنى كان يقول لى يا حمارة تعالى يا حمارة إذهبى وهكذا فدعوت الله أن يصير حمارا فلذلك لم يزل ينهق إلى الصباح فى كل ليلة
Mereka bertanya padanya, "Kami mendengar jeritan keledai yang membuat kami tak bisa tidur tapi kami kok tak melihat keledai itu ada didekat anda?." Nenek tua menjawab, "Itu adalah suara anakku, ia sering memanggilku, wahai keledai betina, kemarilah, wahai keledai betina, pergi sana dan sebagainya. Lantas aku berdoa pada Allah agar ia jadi seekor keledai. Maka dari itu setiap malam ia selalu bersuara layaknya keledai sampai menjelang pagi".

فقالوا لها إنطلقى بنا إليه لننظره فانطلقوا إليه وإذا هو فى القبر وعنقه كعنق الحمار فلا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم
Mereka bertanya, "Tunjukkan kami padanya biar kami melihat keadaannya". Lalu mereka berangkat menuju arah anak tersebut dan ternyata anak itu berada dikuburan sedangkan keadaan lehernya seperti leher keledai. Tiada daya upaya dan tiada pula kekuatan melainkan dari Allah yang maha Tinggi serta maha Agung.

Sumber : An-nawadir hal 45

KETAMPANAN WAJAH RASULULLAH SAW

Dijelaskan oleh Abuya Al Allamah Al Musnid Al Habib Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As dengan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jika para wanita memotong jari-jarinya karena terpesona saat melihat wajah nabi Yusuf As (QS. Yusuf : 31), Abuya As Syaikh Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki menukil salah satu riwayat sahabat bahwa wajah Rasulullah yang ada di dunia ini hanya dilihatkan yang 1 bagian dari 10 bagian keindahan wajah rasulullah, yang 9 bagian lainnya akan di perlihatkan kelak di telaga haudh, Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi karena jika yang 9 bagian itu ditampakkan dibumi maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
.
Subhanallah… wallahu a’lam

Saturday, June 18, 2016

BUAH KURMA DAPAT MENOLAK SIHIR DAN MENETRALISIR RACUN

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash Ra. bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir” (HR. Bukhari dan Muslim).

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Bari menukil perkataan Imam Al Khathabi tentang keistimewaan kurma Ajwah:

كون العجوة تنفع من السم والسحر إنما هو ببركة دعوة النبي صلى الله عليه و سلم لتمر المدينة لا لخاصية في التمر
“Kurma Ajwah bermanfaat untuk mencegah racun dan sihir dikarenakan doa keberkahan dari Rasulullah Saw. terhadap kurma Madinah, bukan karena dzat kurma itu sendiri” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari).

Friday, June 17, 2016

KEBERKAHAN ISTIGHFAR

(Kisah berikut ini diceritakan sendiri oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, mari kita simak kisahnya). Siapa yang tidak kenal dengan Imam Ahmad ibn Hanbal? Beliau adalah murid daripada Imam Syafi'i dan juga biasa dikenal dengan sebutan Imam Hanbali (salah satu Imam Madzahibul Arba'ah). Ada di masa akhir hidupnya beliau bercerita, "Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak." Padahal tidak ada janji dengan orang dan tidak ada hajat apa pun.

Akhirnya, Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Basrah, Iraq. Kemudian beliau melanjutkan ceritanya, "Saya tiba di sana pada saat waktu Isya', saya pun ikut beranjak shalat berjamaah Isya' di masjid, hati saya merasa tenang, lalu saya ingin istirahat." Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, "Kenapa Syaikh, mau ngapain di sini?" (Perlu diketahui, penggunaan kata "Syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Namun, panggilan Syaikh di kisah ini adalah panggilan sebagai orang tua, karena tahunya Marbot itu hanya sebagai orang tua saja).

Marbot tersebut tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shaleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto, sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Kata Imam Ahmad, "Saya ingin istirahat, saya musafir." Kata Marbot, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid." Imam Ahmad mengatakan, "Saat itu saya didorong-dorong oleh orang itu dan disuruh keluar dari masjid. Setelah keluar dari masjid, masjid itu pun dikunci pintunya. Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid, Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi Syaikh?" kata Marbot. "Mau tidur, saya musafir," kata Imam Ahmad. Lalu Marbot itu berkata, "Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh!" Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad mengatakan, "Saya didorong-dorong sampai jalanan." Masya Allah.

Di samping masjid tersebut ternyata ada seorang penjual roti (rumahnya kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh Marbot tadi. Waktu Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari kejauhan, "Mari Syaikh, Anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, ya meskipun kecil." Kata Imam Ahmad, "Baik". Kemudian Imam Ahmad pun masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti  tersebut yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau Imam Ahmad mengajak ngobrol, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, "ASTAHGFIRULLAH." Saat menaruh garam ASTAHGFIRULLAH, mecahin telur ASTAHGFIRULLAH, campur gandum ASTAHGFIRULLAH. Senantiasa mendawamkan kalimat Istighfar. Sebuah kebiasaan mulia.

Imam Ahmad terus memperhatikan, lalu Imam Ahmad bertanya, "Sudah berapa lama kamu lakukan ini?" Orang itu menjawab, "Sudah lama sekali Syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan." Imam Ahmad pun bertanya lagi, "Ma tsamaratu fi'lik/Apa hasil dari perbuatanmu ini?" Orang itu menjawab, "(Lantaran wasilah Istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan oleh Allah. Semua yang saya minta ya Allah, ... langsung diterima (qabul)." (Memang Nabi 'alayhish-shalatu was-salam sendiri pun pernah bersabda, "Barang siapa menjaga Istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya).

Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan oleh Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kasih." Imam Ahmad penasaran, lantas bertanya, "Apa itu?" Kata orang itu, "Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad." Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar, Allah telah mendatangkan saya jauh-jauh dari Bagdad pergi ke Basrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh Marbot masjid itu sampai ke jalanan karena Istighfarmu." Penjual roti pun terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad. Shalluu Alan-Nabiy ...

JANGANLAH MELUPAKAN JASA ORANG TUA

Assalaamu 'Alaiku wrwb.
Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Alkisah ada seorang Raja yg memiliki 10 anjing ganas utk menghukum yg bersalah.

Jika sang Raja tdk berkenan maka org yg salah akan dilempar ke kandang agar dicabik oleh anjing² ganas tsb.

Suatu hari seorg Menteri membuat keputusan salah & murkalah Raja. Maka diperintahkan agar sang Menteri dimasukkan ke kandang anjing ganas.

Menteri berkata: "Paduka, saya telah mengabdi padamu selama 10 tahun, tapi Paduka tega menghukumku begini. Atas pengabdianku selama ini saya hanya minta waktu penundaan hukuman 10 hari saja".

Sang Raja pun mengabulkannya. Sang Menteri bergegas menuju kandang anjing² tsb & meminta izin kepada penjaga utk mengurus anjing²nya.

Ketika ditanya utk apa? Maka dijawab: "Setelah 10 hari nanti engkau akan tahu''. Karena tahu itu Menteri maka diizinkan.

Selama 10 hari itu sang Menteri memelihara, mendekati, memberi makan bahkan akhirnya bisa memandikan anjing² tsb hingga menjadi sangat jinak padanya.

Tibalah waktu eksekusi, disaksikan Raja dimasukkanlah sang Menteri ke kandang anjing, tetapi Raja kaget saat melihat anjing² itu justru jinak padanya.

Maka dia bertanya apa yg telah dilakukan Menteri pada anjing² tsb?

Jawab Menteri: "Saya telah mengabdi pada anjing² ini selama 10 hari & mereka tdk melupakan jasaku.

Terharulah Raja, meleleh airmatanya lalu dibebaskanlah sang Menteri dari hukuman & dimaafkan.

Thursday, June 16, 2016

WAJIBKAH MEMBACA FATIHAH BAGI MAKMUM..?

Menurut ulama Syafiiyyah wajib bagi makmum membaca fatihah kecuali makmum masbuk, yakni makmum yang nututi imam diwaktu rukuk maka kewajiban baca fatihah gugur atau nututi imam disaat berdiri tapi cuma bisa baca sebagian fatihah saja, maka sebagian setelahnya juga gugur karena sudah ditanggung imam.

Menurut ulama Hanafiyyah hukum makmum membaca fatihah adalah makruh tahrim, baik shalat Sirriyyah maupun shalat Jahriyyah.

Menurut ulama Malikiyyah makmum membaca fatihah hukumnya sunnah diwaktu shalat Sirriyyah dan makruh ketika shalat Jahriyyah, baik terdengar suara bacaan imam atau tidak.

Menurut ulama Hanabalah hukumnya sunnah bagi makmum membaca fatihah disaat shalat Sirriyyah dan makruh di waktu shalat Jahriyyah. Kecuali ketika imam terdiam atau suaranya tidak terdengar maka hukumnya juga sunnah.

الشافعية قالوا : يفترض على المأموم قراءة الفاتحة خلف الإمام. الا إن كان مسبوقا بجميع الفاتحة أو بعضها. فإن الإمام يتحمل عنه ما سبق به إن كان الإمام أهلا للتحمل. بأن لم يظهر أنه محدث أو أنه أدركه في ركعة زائدة عن الفرض
الحنفية قالوا : إن قراءة المأموم خلف إمامه مكروهة تجريما في السرية والجهرية لما روي من قوله صلى الله عليه و سلم : " من كان له إمام فقراءة الإمام له قراءة " وهذا الحديث روي من عدة طرق هذا وقد نفل منع المأموم من القراءة عن ثمانين نفرا من كبار الصحابة منهم المرتضى والعبادلة . وروي عن عدة من الصحابة أن قراءة المأموم خلف إمامه مفسدة للصلاة وهذا ليس بصحيح فأقوى الأقوال وأحوطها القول بكراهة التحريم
المالكية قالوا : القراءة خلف الإمام مندوبة في السرية مكروهة في الجهرية الا إذا قصد مراعاة الخلاف فيندب
الحنابلة قالوا : القراءة خلف الإمام مستحبة في الصلاة السرية وفي سكتات الإمام في الصلاة الجهرية وتكره حال قارءة الإمام في الصلاة الجهرية.
( مذاهب الاربعة)

واختلفوا فى وجوب القراءة على الماموم فقال ابو حنيفة لاتجب سواء جهر الامام او خافت بل لاتسن له القراءة خلف الامام بحال. وقال مالك واحمد لاتجب القراءة على الماموم بحال بل كره مالك لماموم ان يقرا فيما يجهر به الامام، سمع قراءة الامام ام لم يسمع، وفرق احمد فاستحبها فيما خافت به الامام. (فتح العلام)

( قوله : وإنصات مقتد إلخ ) جعله سنة هو المشهور وقيل بوجوبه كما يقول الحنفية ( قوله : في صلاة جهرية ) أي ولو أسر الإمام فيها القراءة عمدا أو سهوا ( قوله : ولو سكت إمامه ) أشار بهذا إلى قول سند المعروف أنه إذا سكت إمامه لا يقرأ ورد المصنف بلو على رواية ابن نافع عن مالك من أن المأموم يقرأ إذا سكت إمامه والفرض أن الصلاة جهرية ( قوله : أو لم يسمعه لعارض ) أي كبعد أو أسر الإمام في الجهرية ( قوله : فتكره قراءته إلخ ) أي ما لم يقصد بها الخروج من خلاف الشافعي وإلا فلا كراهة ( قوله : لكان أقعد ) أي لأن ظاهره أنه متى أسر الإمام ندب لمأمومه القراءة ولو كانت جهرية وخالف الإمام وأسر فيها وليس كذلك كما مر ( قوله : أي إن كانت الصلاة سرية ) ظاهره ولو جهر الإمام فيها عمدا أو ناسيا وهو كذلك . (حاشية الدسوقى)

Tuesday, June 14, 2016

DOA AKHIR MAJIS

Bismillah Walhamdulillah Wassholatu Ala Rasulillah Wa Alihi Washohbih
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، "مَنْ جَلَسَ في مَجْلس فَكثُرَ فيهِ لَغطُهُ فقال قَبْلَ أنْ يَقُومَ منْ مجلْسه ذلك : سبْحانَك اللَّهُمّ وبحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إله إلا أنْت أسْتغْفِركَ وَأتَوبُ إليْك : إلا غُفِرَ لَهُ ماَ كان َ في مجلسه ذلكَ". رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح .
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata: "Rasulullah saw bersabda yang maksudnya :"Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majlis, lalu banyak senda guraunya yang tidak bermanfaat dalam majlis tadi, lalu ia mengucapkan sebelum berdiri meninggalkan majlis itu, demikian -yang artinya: "Maha Suci Engkau, ya Allah dan saya mengucapkan puji-pujian padaMu. Saya menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Engkau, saya mohon ampun serta bertaubat padaMu, melainkan orang tersebut pasti diampunkan untuknya apa-apa -yakni dosa - yang diperolehinya dari majlis yang sedemikian tadi."

GUS MUS : JANGAN MERASA LEBIH BAIK DARI PADA ORANG LAIN

Jika Allah membukakan pintu shalat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur pulas. Jika Allah membukakan pintu puasa sunnah, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunnah.

Bisa jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunnah itu lebih dekat dengan Allah daripada diri kita. Ilmu Allah sangat amatlah luas. Jangan pernah sombong.

Bisa jadi ia lebih berbakti pada orangtua daripada kita, sehingga Allah lebih menyayanginya daripada kita. Bisa jadi pula ia baru rajin ibadah sunnah di hari tua dan sementara diri kita justru "menurun" di hari tua.

Maka dari itu, Nabi Khiddir a.s. pernah berpesan, "Engkau terjaga di pagi hari dengan penyesalan itu lebih baik daripada engkau terjaga di pagi hari dengan berbangga diri, karena amalan-amalan orang yang sombong tidak akan naik ke sisi Allah."

Monday, June 13, 2016

HUKUM MEMBACA FATIHAH DI DALAM SHALAT TANPA DISUARAKAN

Banyak terjadi dikalangan awam membaca Fatihah di dalam shalat tidak disuarakan. Apalagi sekarang musim shalat tarawih, mungkin karena terasa capek di lidah sehingga tidak disuarakan.

Bagaimana hukum membaca fatihah tanpa disuarakan?

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa bacaan wajib seperti fatihah harus disuarakan sekiranya terdengar oleh telinganya sendiri.

Jadi, tidak sah bacaannya jika hanya menggerakkan bibir saja tanpa menyuarakannya.

Ini berlaku bagi orang yang mempunyai pendengaran normal. Bagi yang tidak mempunyai pendengaran normal cukup dengan mengkira-kirakan saja, seandainya telinganya normal, suaranya akan terdengar oleh kupingnya sendiri.

Begitu juga bagi orang yang shalat di tempat yang ramai maka dikira-kirakan saja.

Kewajiban mengeraskan suara berlaku untuk semua shalat baik shalat sirriyah seperti dzuhur dan ashar atau shalat jahriyyah

Menurut imam Al Kurkhi dan Ibnu Taimiyyah dari golongan Hanabalah dengan mengerakkan lisan tanpa ada suara sudah dianggap cukup. Yang terpenting huruf-huruf fatihah sudah keluar dari makhrajnya walaupun tidak terdengar suaranya.

Ulama Malikiyyah mengatakan, memperdengarkan suara tidak disyaratkan, maka cukup dengan menggerakkan lisan saja. Adapun membaca dalam hati tanpa gerak lisan tidak cukup.

Namun menurut mereka memperdengarkan suara sekiranya terdengar oleh kupingnya sendiri jauh lebih baik untuk menghindari khilaf ulama.

Kewajiban memperdengarkan suara tidak khusus pada fatihah saja, bahkan untuk semua bacaan wajib seperti takbiratul ikhram, tasyahhud akhir dan salam. Bacaan yang sunnah pun juga harus diperdengarkan jika ingin mendapat pahalanya dzikirnya.

واشترط الحنفية والشافعية والحنابلة لاعتبار القراءة أن يسمع القارئ نفسه، فلا تكفي حركة اللسان من غير إسماع؛ لأن مجرد حركة اللسان لا يسمى قراءة بلا صوت؛ لأن الكلام اسم لمسموع مفهوم، وهذا اختيار الهندواني والفضلي من الحنفية ورجحه المشايخ. واختار الكرخي عدم اعتبار السماع؛ لأن القراءة فعل اللسان وذلك بإقامة الحروف دون الصماخ؛ لأن السماع فعل السامع لا القارئ، وهو اختيار الشيخ تقي الدين من الحنابلة أيضا. ولم يشترط المالكية أن يسمع نفسه وتكفي عندهم حركة اللسان، أما إجراؤها على القلب دون تحريك اللسان فلا يكفي، لكن نصوا على أن إسماع نفسه أولى مراعاة لمذهب الجمهور. (موسوعة الفقهية)

يجب على المصلي أن يسمعه نفسه ـ يعني: التكبيرـ إماماً كان أو غيره، إلا أن يكون به عارض من طرش، أو ما يمنعه السماع، فيأتي به بحيث لو كان سميعا أو لا عارض به سمِعَه، ولأنه ذكر محله اللسان، ولا يكون كلاما بدون الصوت، والصوت ما يتأتى سماعه، وأقرب السامعين إليه نفسه، فمتى لم يسمعه لم يعلم أنه أتى بالقول، ولا فرق بين الرجل والمرأة فيما ذكرناه. (المغنى لابن قدامة)

فمن قرأ في قلبه في الصلاة فكالعدم، ولذلك يجوز للجنب أن يقرأ في قلبه، وقال ابن عرفة: وسمع سحنون ابن القاسم: تحريك لسان المسرّ فقط يجزئه، وأحبُّ إسماع نفسه. (شرح المدونة)

وأدنى الإسرار أن يسمع نفسه إذا كان صحيح السمع ولا عارض عنده من لغط وغيره، وهذا عام في القراءة والتكبير والتسبيح في الركوع وغيره، والتشهد والسلام والدعاء ـ سواء واجبها ونفلها ـ لا يحسب شيء منها حتى يسمع نفسه إذا كان صحيح السمع ولا عارض. (منهاج الطالبين)

Sunday, June 12, 2016

HADIAH LEBARAN UNTUK AL HASAN DAN AL HUSAIN

Diriwayatkan pada masa kecil menjelang lebaran, Al hasan dan Al husain tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran, sedangkan hari raya sebentar lagi datang.

Mereka bertanya kepada ibunya,
"Wahai ummah anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami, mengapa bunda tidak menghiasi kami?"

Sayyidah Fathimah menjawab,
"sesungguhnya baju kalian berada di tukang jahit".

Ketika malam hari raya tiba, mereka berdua mengulangi pertanyaan yg sama, Sayyidah Fathimah menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu..

Ketika malam tiba, ada yg mengetuk pintu rumah, lalu Sayyidah Fathimah bertanya, "siapa?"

Orang itu menjawab,  "Wahai putri Rasulullah, aku adalah tukang jahit, aku datang membawa hadiah pakaian untuk putra2mu".

Maka beliaupun membuka pintu, tampak seseorang membawa sebuah bingkisan hadiah, lalu diberikan kepada Sayyidah Fathimah.

Kemudian beliau membuka bingkisan tersebut, ternyata didalamnya terdapat 2 gamis, 2 celana, 2 mantel, 2 sorban serta 2 pasang sepatu hitam yang kesemuanya sangat indah.

Lalu Sayyidah Fathimah membangunkan kedua putra kesayangannya lalu memakaikan hadiah tersebut kepada mereka.

Kemudian Rasulullah Saw datang dan melihat keduanya sudah dihiasi dari semua hadiah yg terdapat dalam bingkisan tsb.

Kemudian Rasulullah Saw menggendong kedua cucunya dan menciumi mereka dg penuh cinta dan kasih sayang.

Rasulullah Saw bertanya kpd Sayyidah Fathimah, "Apakah engkau melihat tukang jahit tersebut?"

Sayyidah Fathimah menjawab:
"Iya, aku melihatnya",

Lalu Rasulullah Saw bersabda, "Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit,  melainkan Malaikat Ridwan penjaga surga..."

Bahkan para penghuni langit dan bumi pun berbahagia jika kedua cucu Rasulullah berbahagia dan bersedih jika mereka bersedih.... 

Allahumma sholli a'la sayyidina muhammad ..🌹🌹

Sumber FP Dakwah Islamiyah

JIKA ALLAH TELAH RIHDA, PELACURPUN AKAN MASUK SURGA

Faedah dari Romo Kiai Maimoen Zubair dalam pengajian semalam

Ketika Allah telah ridho dengan makhluknya, Allah akan masukkan ia ke surga walau bagaimana pun catatan si hamba.

Ketika Allah telah murka pada makhluknya, Allah akan masukkan ia ke neraka walau bagaimana pun perbuatannya.

Maka berbuat baiklah walau sekecil apapun karena kita tak tahu manakah perbuatan kita yang membuat Allah ridho pada kita.

Dan jauhilah keburukan sekecil apapun karena kita tak tahu kejahatan apa yang membuat Allah murka dengan kita.

Dan jangan sekali-kali melihat orang dengan tatapan merendahkan walau ia lebih buruk dari kita dalam segi apapun, karena kita tak tahu barangkali Allah telah ridho padanya.

Ingatlah, Allah tak segan meridhoi seorang pelacur hanya karena memberi minum seekor anjing kehausan.

اللهم إنا نسألك رضاك والجنة وما قرب إليها من قول أو فعل

Dikutip dari FB Abd Rohim Kholil

Friday, June 10, 2016

JANGAN SUKA MENYEBARKAN BERITA YANG NGAK BAIK

Kasus korupsi semakin santer diberitakan peminatnya bertambah banyak dan pejabat menganggap sebagai hal yang biasa. Bahkan orang yang awal jujur bisa tertarik untuk melakukan tindakan korupsi karena dianggap biasa dan sudah ada contoh dari atasan.

Kasus pemerkosaan semakin banyak diunggah dan diberitakan peminatnya juga bertambah banyak.

Kasus kenakalan remaja seperti zina, nyabu dan mabuk-mabukan semakin banyak diapload di medsos semakin banyak pula yang tertarik karena sudah dianggap hal yang wajar dikalangan remaja.

Kasus pelanggaran HAM yang alami para guru sekolah semakin semarak diberitakan membuat para murid semakin tidak beradap dan berani pada gurunya. Akhirnya guru menjadi malas ngurusin akhlak siswa. Hanya gara-gara anaknya dijewer, wali murid sudah lapor polisi.

Kasus goyang ngebor semakin santer diberitakan bukannya jadi berhenti, malah melahirkan goyang patah-patah, gergaji, itik dll. Bahkan pelakunya jadi artis top papan atas dan diundang sampai ke mancanegara.

Jadi, jangan suka menyebarkan berita yang gak baik, biarkan kejelekan itu hilang dengan sendirinya. Contohlah orang terdahulu, mereka hanya mau memberitakan kabar yang baik-baik saja.

Sebagian Ulama berkata;

كفار قريش كانوا يقولون قصائد تذم الرسول وصحابته الكرام، ولم تصل لنا هذه القصائد؟ لأن المسلمون لم يتناقلوها ولم يُعيروها أي إهتمام فأندثرت! إعملوا بوصيةأبن الخطاب ؛ أميتوا البآطل بالسّكوت عنه ولا تثرثروا فينتبه الشامتون.
Dahulu kaum kuffar menciptakan lirik-lirik lagu yang menghina Rasul dan para sahabat namun kita tidak tahu seperti apa lagu-lagunya. Karena kaum muslimin tidak mau menukil/menulis dan mencercanya sehingga lagu itu hilang dengan sendirinya. Amalkanlah wasiat sahabat Umar bin Khattab, "Binasakanlah kebatilan dengan diam/tidak mengomentarinya maka akan mengerti orang-orang yang kecewa."

Thursday, June 9, 2016

MAKSUD DARI SETAN DIBELENGGU DI BULAN PUASA

Kenapa masih banyak maksiat dibulan Ramadhan? Padahal setan sudah dibelenggu.

Al Hafidz Ibnu Hajar ra berkata;

وقال القرطبي بعد أن رجح حمله على ظاهره فإن قيل كيف نرى الشرور والمعاصى واقعة في رمضان كثيرا فلو صفدت الشياطين لم يقع ذلك
Al Qurthubi setelah mengunggulkan pendapat yang membawa hadits pada makna tekstualnya berkata, "jika ditanyakan, bagaimana banyak sekali kejelekan dan maksiat terjadi di bulan ramadhan padahal setan-setan sudah dibelenggu, seharusnya itu tidak terjadi.

فالجواب أنها إنما تقل عن الصائمين الصوم الذي حوفظ على شروطه وروعيت ادابه أو المصفد بعض الشياطين وهم المردة لاكلهم كما تقدم في بعض الروايات
Maka jawabannya; sesungguhnya maksiat akan berkurang dari seseorang yang berpuasa yang memenuhi syarat-syarat puasa dan menjaga adab-adabnya. Atau yang dibelenggu hanya sebagian saja bukan semuanya seperti keterangan disebagian riwayat.

أو المقصود تقليل الشرور فيه وهذا أمر محسوس فإن وقوع ذلك فيه أقل من غيره اذ لا يلزم من تصفيد جميعهم أن لا يقع شر ولا معصية لأن لذلك اسبابا غير الشياطين كالنفوس الخبيثة والعادات القبيحة والشياطين الإنسية.
Atau yang dimaksud adalah pengurangan kejelekan di bulan ramadhan dan ini bisa dilihat dari lebih sedikit maksiat bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejelekan dan kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadinya kemaksiatan itu juga dikarenakan banyak sebab selain setan, seperti jiwa yang jelek, kebiasaan yang buruk dan godaan setan-setan dari golongan manusia.

وقال غيره في تصفيد الشياطين في رمضان إشارة إلى رفع عذر المكلف كأنه يقال له قد كفت الشياطين عنك فلا تعتل بهم في ترك الطاعة ولا فعل المعصية.
Ulama lainnya berkata; bahwa dibelenggunya setan-setan di bulan ramadhan adalah isyarat bahwa seorang mukallaf tidak punya alasan lagi dalam melakukan dosa. Seakan dikatakan kepadanya, “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat”. (Fathul bari IV/114-115)

Tuesday, June 7, 2016

NAMA SURGA YANG AKAN DITEMPATI OLEH AHLI PUASA

Bismillahirrahmanirrahim

قالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، "ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺑَﺎﺑًﺎ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺮَّﻳَّﺎﻥُ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟﺼَّﺎﺋِﻤُﻮﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻟَﺎ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﻣِﻨْﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ ﻏَﻴْﺮُﻫُﻢْ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻟﺼَّﺎﺋِﻤُﻮﻥَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻣُﻮﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﻣِﻨْﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ ﻏَﻴْﺮُﻫُﻢْ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻠُﻮﺍ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺪْﺧُﻞْ ﻣِﻨْﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ".
Rosulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Al Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan: “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka.
Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya.” (HR. Bukhori)

Monday, June 6, 2016

NIAT PUASA SEBULAN PENUH

Ulama berbeda pendapat tentang niat puasa sebulan penuh. Syafiiyyah mengatakan tidak cukup karena setiap harinya adalah ibadah tersendiri dan niat puasa 1 bulan hanya mencukupi hari pertamanya saja. Maka dari itu diwajibkan niat puasa tiap malamnya. Sedangkan menurut imam Malik niat seperti itu sudah dianggap cukup.

Ulama Syafiiyyah walaupun mengatakan tidak cukup namun mereka masih menganjurkan niat puasa 1 bulan. Karena jika suatu hari kita lupa tidak niat, maka cukup dengan niat taklid pada imam malik agar setiap harinya tidak kosong dari puasa ramadhan, yang mana fadhilahnya sangat besar.

Atau bisa juga dengan taklid pada imam Abu Hanifah, karena menurut beliau jika lupa niat pada malam harinya diperbolehkan niat di padi harinya.

فلو نوى ليلة اول رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الاول ، لكن ينبغى له ذلك ليحصل له صوم اليوم الذى نسي النية فبه عند مالك كما يسن له ان ينوى اول اليوم الذى نسيها فيه ليحصل له صومه عند ابى حنيفة و واضح ان محله ان قلد و الا كان متلبسا بعبادة فاسدة فى اعتقاده و هو حرام (كاشفة السجا ١١٧)
Jika niat puasa sebulan penuh di malam pertama ramadhan, itu hanya mencukupi hari pertama saja. Tapi sebaiknya itu dilakukan, karena bila suatu hari lupa tidak niat, maka dapat mencukupi puasa di hari yang terlupakan niatnya menurut madhab malik. Seperti halnya disunnahkan niat di pagi hari jika lupa agar bisa terhitung puasa menurut Abu Hanifah. Yang jelas harus ada niat taklid/mengikuti (imam Malik atau Abu Hanifah), bila tidak maka dianggap melakukan ibadah yang rusak dan itu haram.

قَوْلُهُ : ( التَّبْيِيتُ ) أَيْ كُلَّ لَيْلَةٍ عِنْدَنَا كَالْحَنَابِلَةِ وَالْحَنَفِيَّةِ وَإِنْ اكْتَفَى الْحَنَفِيَّةُ بِالنِّيَّةِ نَهَارًا لِأَنَّ كُلَّ يَوْمٍ عِبَادَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ وَلِذَلِكَ تَعَدَّدَتْ الْكَفَّارَةُ بِالْوَطْءِ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِنْهُ ، وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَاعِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ ، وَعِنْدَنَا لِلَّيْلَةِ الْأُولَى فَقَطْ . (حاشية القليوبي)
(malam hari) yakni setiap malam menurut kita syafiiyyah seperti hanabalah dan hanafiyyah walaupun menurut hanafiyyah cukup niat di siang hari. Karena setiap harinya adalah ibadah tersendiri. Maka dari itu kafarat bertambah sebab melakukan jimak di setiap harinya. Disunnahkan pada malam pertama niat puasa sebulan ramadhan atau niat puasa ramadhan semuanya agar bisa mengikuti imam malik bila ada hari yang dilupakan niatnya karena menurut beliau niat tersebut bisa mencukupi 1 bulan. Sedangkan menurut kita (syafiiyyah) untuk hari pertamanya saja.

Contoh niat puasa 1 bulan

نويت صوم جميع ايام رمضان هذه السنة فرضا لله تعالى
Saya niat puasa semua hari ramadhan tahun ini karena Allah ta'ala..