Thursday, December 17, 2015

ketika Santri jatuh cinta

Oleh; Muhammad Nabil
Sudah genap 10 tahun Budi mondok di pesantren Samudra ilmu syariat, sekarang tiba saatnya dia harus pulang kekampung halaman dan merencanakan masa depan.

Sungguh berat bagi Budi tuk meninggalkan Pesantren, berpisah dengan teman-teman seperjuangan dan berpisah dengan kyai yang arif dan bijaksana.

Besok hari minggu, waktu yang sudah dirancanakan oleh budi dengan ortunya tuk berpamitan kepada Kyai. Malam harinya budi gelisah tidak bisa tidur, dia berpikir Bagaimana kalau aku keluar dari pesantren, padahal belum pernah terbayang diotaknya apa yang akan dia lakukan dirumah.

Dia semalam suntuk budi begadang hingga fajar menyingsing. Namun apa boleh dibuat dia harus pulang karena ini adalah rencana dari awal mondok.

Bapak: Assalamu 'alaikum Kyai
Kyai: Wa'alaikum salam Wr Wb, silahkan silahkan masuk. duduk pak! kamu juga duduk bud!.
Bapak: anu Kyai, pertama tujuan saya kesini mau bersilaturrahmi, kedua, anak saya sudah kepengen boyong (keluar dari pesantren).
Kyai: hmm, sudah ada rencana mau menikah bud.
Budi: belum kyai.
Kyai: jika gak ada rencana menikah kenapa mau boyong.

Budi bingung mau jawab apa, dia hanya bisa diam sambil berpikir mau jawab apa, karena memang tidak ada alasan yang jelas kenapa dia harus boyong.

kyai: ya sudahlah kamu boleh boyong, tapi kamu harus ingat! jika ada waktu lowong sempatkan baca kitab agar ngak lupa.
Budi: iya kyai terimakasih atas nasihatnya. Minta doanya kyai
Kyai: iya amin amin.

Sudah satu bulan budi keluar dari pesantren, dia mulai gelisah dan tidak betah tinggal dirumah, karena dia terbiasa beraktifitas dipesantren sedangkan dirumah tidak ada kegiatan yang berarti, dia hanya bantu-bantu ayahnya jualan gorengan dan es kelapa.

Orang tua budi juga bingung melihat anaknya nganggur dirumah dan mulai malu pada tetangga. Paling tidak budi harus ngajar dimadrasah terdekat.

Bapak: Bud, gimana kalau kamu mengajar dimadrasah diujung desa?
Budi: saya malu pak yang mau melamar jadi ustad. Madrasah kan bukan seperti sekolah umum, gak malu kalau mau melamar. soalnya ini bukan pekerjaan, ini urusan ikhlas, saya malu yang mau melamar kecuali ada permintaan sebelumnya.
Bapak: iya juga, trus rencana kamu gimana?
Budi: begini saja pak, saya mau merantau ke surabaya, mungkin bukan takdir saya mengajar, saya mau cari pekerjaan saja disana.

Di surabaya budi numpang dirumah kakak perempuannya, dia punya warung sembako dan dia bernama Hilda. Mbak hilda tipe orang suka bercanda, mudah akrab sama orang lain, pantas saja warungnya ramai pembeli walaupun ukurannya kecil, karena banyak ibu-ibu suka main kerumahnya. Sebenarnya budi mulai bosan dengan keadaan seperti ini, ramai dan kadang ada obrolan ibu-ibu yang tak patut didengar oleh kaum adam.

"eh Bude, kok jarang main kesini?". Budi menatap wajah wanita setengah baya itu yang dipanggil bude oleh mbak hilda.  Jawabnya "banyak kerjaan dirumah neng". Namanya Maryati, dia berprofesi sebagai tukang utur. Sambil menunjuk kearah budi, dia bertanya "dia siapa neng". " ini adekku dari kampung, namanya budi", jawab Mbak hilda. Bude kalau ada kabar lowongan pekerjaan kabarin saya ya?". "Iya nanti anakku tak suruh kesini".

Jarum jam dinding sudah berada diangka dua, budi bergegas menuju lantai dua tuk menunaikan sholat dhuhur. Habis wiridan budi ingin istirahat sejenak dari tadi dia kecapekan bantu mbaknya ngangkat barang dagangan.

Mata hampir terpejam, dia dikagetkan oleh suara mbak hilda memanggil budi. "Budi! sini turun". Dengan langkah gontai kurang bergairah budi pelan-pelan menuruni tangga. Sampai dipertengahan tangga, jantungnya berdegup kencang dan ternyata anak bude yang mau diajak ngomongin masalah pekerjaan adalah perempuan.

Budi memperhatikan sosok perempuan yang sedang duduk dikursi. wajahnya gak kelihatan, dia menunduk sambil mainin hpnya. Rambutnya hitam panjang diikat dengan tali rambut. Kulitnya putih khas indo, memakai celanan hitam panjang dan kaos lengan pendek.

Budi turun kebawah dan duduk agak menjauh dari wanita itu. Dia salah tingkah karena gak terbiasa komunikasi dengan cewek. Itu sudah karakter budi, dia tidak pernah memulai menyapa kepada perempuan, kalaupun ada wanita menyapanya dia hanya membalas dengan senyuman. Dia masih saja menunduk mainin hpnya walaupun dia sadar akan kehadiran Rudi. Mungkin dia tipe orang cuek, ucap budi dalam hatinya.

Suasana mulai cair ketika mbak hilda masuk dan menyapa wanita itu. Debaran jantung budi tambah kencang saat melihat wajah cewek itu. Dia cantik, wajahnya agak bulat dan ada dua lesung dipipinya. Hati budi tambah berkecamuk melihat senyuman dipipinya.

Tanpa sadar, budi memperhatikan wanita itu mulai dari rambut hingga ujung kakinya. Dia takjub akan kecantikan wanita itu, maklum budi anak pesantren dan jarang sekali  melihat wanita secantik itu. Dia lebih sering menanggapi perkataan mbak hilda dari pada nanya ini dan itu tentang kemampuan budi. mungkin dia tahu kalau rudi orangnya pendiam. Budi hanya bisa menjawab iya dan tidak, disetiap pertanyaannya.

Malam harinya Budi gak bisa tidur, wajah cantik gadis itu selalu terbayang difikirannya. Hari-hari berikutnya budi selalu berharap dia main kerumah atau beli sesuatu diwarung. dia kangen senyum manis dan lusung pipi wanita itu.

Gadis cantik itu bernama Maya, lahir dari ibu berdarah madura dan ayah berdarah sunda. pantas saja dia putih dan tinggi semampai, dia ternyata keturunan sunda, yang dikenal dengan kecantikan para gadisnya.

Maya lahir dari keluarga broken home, bapak ibunya cerai setelah melahirkan adiknya. Oleh ibunya, dia didoktrin hidup mandiri dan kelak jika sudah berkeluarga gak boleh jadi ibu rumah tangga. Dia kalau membicarakan soal pekerjaan dan uang, kayaknya menggebu-gebu tapi kalau soal agama kayak kurang gairah.

Budi merasa salut kepada ibunya, walaupun dia perempuan dan tukang urut dia mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruaan tinggi. Maya kerja disalah satu cabang bank... sambil meneruskan S2 nya dan adiknya bernama Amelia juga bekerja sambil kuliah.

jika hari minggu tiba budi selalu bantu kakaknya jaga warung mulai dari pagi, dengan harapan semoga maya kewarung beli sesuatu atau mengantar makanan. Setiap hari minggu biasanya ibunya suka ngasih makanan, yang disuruh mengantar anaknya maya atau lia. Ibunya sangat dekat dengan mbak hilda, mungkin karena sama-sama orang madura dan rumahnya dekat, hingga hubungan mereka erat kayak saudara.

Benar dugaan budi, maya datang membawa makanan. Budi hanya bisa curi-curi pandang pura-pura menata barang diwarung tanpa berani menyapa. Hati budi bergejolak, dia benar-benar menyukai maya, tiada hari tanpa memikirkannya.

Seiring berjalannya waktu, budi mulai sadar dari dunia hayalannya. apakah dia mau sama budi yang masih pengangguran dan muka pas-pasan walaupun tidak terlalu jelek. Dan juga dia teringat dengan hadist yang disampaikan gurunya ketika dipesantren dulu, bahwa wanita dinikahi dengan empat tujuan dan yang harus dipilih adalah faktor agamanya. Rasa cinta budi kepada maya mulai surut perlahan dan dia berusaha tuk melupakannya.

Hari ini adalah hari minggu, mbak hilda mengadakan hajatan haul mertuanya. Banyak tetangga ngumpul bantu-bantu dirumah, bude sedari pagi sudah sibuk bungkusin jajanan. Dari luar terdengar suara cewek memanggil mama, bude langsung keluar menemuinya. ternyata dia adik maya bernama lia. Budi memiringkan kepala ingin tahu wajah lia, mereka saling adu pandang tanpa ada satu pun yang memulai menyapa.

Hari demi hari dilalui, budi tak kunjung menemukan pekerjaan yang cocok dan sekiranya mampu. Dia mulai merasa jenuh dengan rutinitas yang ada. Terbayang dibenaknya tuk pulang kampung, namun dia menahan keinginan itu karena dia akan menemukan kebosanan yang sama.

Malam jumat setelah sholat, dia keliling kota tuk menghilangkan rasa jenuh. Jam 10 malam dia merasa lelah dan mampir ke warkop satu kilo meter dari rumah. Tiba-tiba ada suara cewek pesan susu jahe, budi tak menghiraukan keberadaannya, dia duduk dibelakang rudi.

Dia tanya kepada penjaga warkop " kalau jam segini gak ada ojek ya mas?. jawab penjaga warkop "gak ada neng, barusan pulang semua karena gerimis. Neng sendiri dari mana?". Gadis itu menjawab "pulang lembur kerja mas". "Mungkin mas ini bisa nganter neng".

Budi tersadar dari lamunannya, dia berkata dalam hatinya, kayaknya aku kenal dengan suara ini. Dia membalikkan badan, "lho maya! dari mana kamu jam segini". Maya menjawab sambil tersungging sedikit senyum manis dibibirnya "pulang lembur kerja". "Sama saya aja pulangnya, nanti saya antar sampai rumahmu, tapi tunggu sebentar ya, ngabisin kopi dulu", ajakan budi pada maya. Dia hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil senyum.

Budi mulai gerogi karena dia gak biasa bonceng cewek selain mahromnya. "ayo pulang takut keburu hujan" ajak rudi kepada maya. "oke" jawab maya. may!. "apa?" tas nya jangan digendong ya, taruh ditengah aja. "kenapa, gak berat kok, cuma isi 1 jas doang". Saya jawab nanti pas dijalan aja. Budi malu pada penjaga warkop tuk ngasih jawaban.

Sepuluh meter berjalan, maya penasaran sama jawaban budi dan menanyakannya. Saya malu yang mau jawab. "kenapa" kata maya. Sebenarnya saya belum pernah boceng cewek selain mahrom saya. Tas kusuruh ditaruh ditengah takut ada sesuatu nyentuh kalau ngerem mendadak. Maya hanya bisa tertawa dan geli atas jawaban budi. "polos banget sih jawaban kamu bud, haha...".

Mereka mulai akrab, maya sengaja memancing mancing budi agar dia mau ngomong. maya tau kalau budi orangnya pendiam. "may nanti turun didepan warung mbak hilda  aja ya". emangnya kenapa kok gak sampai didepan rumahku, tadi kan janjinya sampai depan rumah. jawab budi "saya takut dikira pacaran denganmu oleh tetangga". hahaha polos banget jawaban kamu.

Oh ya may, kenapa kamu kok gak bawa motor ke kantor? kan lebih irit dan juga lebih cepat. "Aku trauma ama nyetir motor, gara-gara pernah jatuh dari motor". hmmm gitu ya, guman budi. "sudah sampai ya, makasih ya. kata budi "sering-sering aja mampir diwarung kopi, pasti aku jemput hehehe". Ujar maya "wah sudah mulai sok akrab ya, bahasanya juga sudah ganti aku kamu". hehehe, budi cuma bisa nyenggir. "udah ah aku pulang dulu takut dimarahi mama", kata maya.

Bud, tadi yang kamu bonceng itu maya ya?, mbak hilda bertanya. jawab budi, iya emang kenapa mbak? "tumben dia mau dibonceng laki-laki biasanya gak pernah mau, tapi sekarang mengapa dia mau dibonceng kamu. jangan2 dia suka ama kamu bud". Dia menjelaskan "tadi pas jalan-jalan aku mampir diwarkop. tiba-tiba dia duduk dibelakangku, awalnya aku gak tau kalau dia adalah maya. awalnya dia cari ojek, tapi karena sebelumnya gerimis, tukang ojek pada pulang semua. pas aku noleh kebelakang ternyata cewek yang duduk dibelakangku adalah maya, aku ajak aja dia pulang".
Kata mbak hilda "biasanya dia walaupun seperti itu, ngak mau diajak pulang, dan pasti nlpon minta jemput sama adiknya". ya mungkin dia gak risih kalau sama aku, kan dia tau kalu aku adik mbak. "iya juga ya" kata mbak.

minggu besoknya giliran maya yg disuruh mamanya nganterin kue kerumah. dia hanya tersenyum kepada budi tanpa ada sepatah katapun yg keluat dari mulutnya. rudi juga hanya membalas dengan senyuman juga.

Maya memulai omongan "tante, kemaren pagi saya melihat ada toko mau dijual atau dikontrakan, siapa tau adikmu cocok". dimana itu may? mbak hilda langsung merespon kabar maya. 20 meter didepan kantor tan, jawab maya. "wah kayaknya bagus tuh may". kata maya "cepetan tan takut keburu dibeli ama orang". okelah kalau begitu, kata mbak sambil meledek.

kamu tahu siapa yang punya?, tanya mbak hilda. "kayaknya sih saudara satpam dikantorku bekerja tan". kamu punya waktu gak? "Mau dianter?" iya biar cepet. "tapi aku izin dulu ama mama". ah itu urusan gampang, aku mau nelpon mamamu. "tapi aku mau ambil duit dulu tan". gak usah biar budi aja yang jajanin kamu. "hehe tapi dia kan belum kerja". dia punya uang dek, udah aku kasih tadi malem.
"ya udah ayo kita berangkat. tapi naik apa tan, aku kan gak bisa nyetir motor". kamu dibonceng budi, aku mau ngajak ibu ajeng, dia kan pinter tawar-menawar. jangan kak, gmana kalau naik taksi aja, jawab budi dengan nada menolak. wah cemen kamu, biasanya cewek yang nolak, nah ini kamu yang nolak. maya tertawa dan lesung pipi terlihat jelas. "tante, kata budi dia  gak pernah bonceng cewek selain mahromnya, saya cewek pertama kali yang dibonceng ama dia. apa bener itu tante?". ya bener. "tapi kenapa dia mau nganterin aku tan?". mungkin dia suka ama kamu may haha, mbak hilda tertawa. Wajah budi memerah dan tersipu malu mendengar jawaban mbak hilda yang ceplas-ceplos sedangkan maya tersenyum, giginya yang kecil2 kelihatan.

"kamu juga, aku gak pernah melihat kamu dibonceng ama cowok" kata mbak hilda pada maya. "biasanya kamu minta dijemput sama adekmu lia". jangan-jangan!" kenapa tante? tanya maya. "jangan-jangan kalian saling suka hahaha". Budi langsung masuk rumah, dia malu atas cadaan mbaknya. "wah zaman udah kebalik biasanya cewek yg pemalu tapi sekarang cowok yg pemalu" maya nyenggir gak jelas, dia juga malu atas candaan mbak hilda.

Tan beruntung sekali ya, budi mendapatkan toko itu, tempat strategis hanya dijual 100 juta. mungkin itu udah rizkinya budi, kasihan juga dia, udah berbulan-bulan disini tapi gak dapat pekerjaan yang cocok buat dia. mungkin Alloh sudah mengabul doa-doanya amiiin.

heyyy gimana laris manis? suara maya mengagetkan budi. "oh ya Alhamdulillah lancar". beli minuman dong. "ini minumannya". ketika maya mau ngasih uang, rudi bilang "gratis buat kamu". dengan sedikit senyum maya ngeledekin budi, yang benerrr. jawab budi "benerrr".  tiba-tiba suara teman maya terdengar dari belakang "cuma maya doaaang yg gratis, aku gak nihhh". gratis juga kok buat mbak. hehe.

Gue balik dulu ya cin kata maya pada temannya yang bernama Cindi. oke!. Setelah maya agak jauh temannya bertanya pada rudi.
sudah berapa lama kalian kenal. Jawab budi "kira-kira udah 4 bulan tapi kami jarang tegur sapa". trus tadi gue perhatikan kayak kalian akrab banget. "saya mulai akrab ama dia sejak satu minggu yang lalu. saya nganterin dia pulang malam dari warkop sebarang situ".

"Mas tak kandani ya, maya itu jarang ngobrol dengan cowok walaupun dengan teman sekantor. dia ngomong hanya seperlunya saja, tapi kalau sama kamu kelihatannya sok akrab. Gue kan satu sekolah sama dia ketika di Sma dulu. dia orangnya kelihatan pendiam didepan cowok, padahal dia humoris lho kalau ama teman-teman ceweknya. kebetulan pas dikelas tiga ada siswa pindahan, maya menaruh hati padanya, dia mulai sok akrab pada cowok itu. tapi sayangnya maya dapat berita dari teman-teman kalau dia udah dijodohin ama ortunya. Pada akhirnya maya lebih memilih menjauh. sejak itu saya belum pernah melihat maya akrab ama cowok kecuali mas sekarang". oh gitu ya. "kok oh sih, awas nyesel lho. eman-eman mas belum tentu besok-besok mas mendapatkan cewek secantik dan sebaik dia".

Bisa ngak tidur lagi nih semalaman, ujar budi dalam hati. Dia berdoa dalam hati "Ya Alloh hamba harus bagaimana, apakah dia yang terbaik untukku seperti kata teman tadi".

Budi sampai tidak konsentrasi berdangang, bahkan tadi ada pembeli yang bayar dengan uang 50 ribu dikasih kembalian 60 ribu. Untung pembelinya jujur, dia mau mengembalikan kelebihannya.

Dawuh kyai masih terngiang ditelinga budi "Ingat yo le, jika mau nikah, carilah yang baik agamanya. Nikah dengan gadis cantik nikmatnya hanya sebentar, susahnya berkepanjangan. Nikah dengah gadis baik, nikmatnya selamanya bahkan hingga akhirat".

Budi berpikir sejenak, selama dia kenal dengan maya, dia tidak pernah melihat maya pergi kemajlis taklim dan berjamaah dimusholla, padahal rumahnya tak jauh dari musholla. Sepengetahuannya dia bukan Alumni pesantren, dia juga tidak pernah sekolah dimadrasah diniyyah. Melihat dari cara berpakaian dia tidak berkerudung, waktu main kerumah hanya memakai celana panjang dan kaos lengan pendek walaupun tidak begitu ketat. Tapi Maya orangnya sopan, baik, tidak banyak tingkah dan juga dia gak bergaul ama laki-laki. Dan ini yang sangat disukai oleh budi.

"Dari pada dihantui rasa bimbang seperti ini, lebih baik saya cari informasi tentang maya, tapi dari siapa ya aku harus mengorek keterangan".

Dari kejauhan budi memperhatikan satpam bank yang duduk kursi sebelah pintu. Dia memainkan pentungan yang ada ditangan. Merasa rudi memperhatikannya dari kejauhan, pak satpam tersenyum sambil berjalan menuju rudi. dia kira-kira berumur sekitar 50 tahunan kalau dilihat dari kerutan diwajahnya.

"Assalamu alaikum, sapa satpam kepada budi". wa alaikum salam, mau beli apa pak. "Air putih mas, haus dari tadi belum minum". Mas kalau saya perhatikan mas dua hari ini, kayaknya mas suka sama mbak may. Dia orangnya baik mas, suka membantu orang. bahkan ketika anak saya dirawat dirumah sakit, dia datang menjenguk dan ngasih hutangan uang pada saya 5 juta, padahal saya gak memintanya. mungkin dia tahu waktu itu saya gak punya uang".

"Setahun ini saya perhatikan, selesai kerja dia tidak langsung pulang kerumah, dia Sholat berjamaah dimusholla belakang Bank ini. Setelah itu dia mengikuti pengajian rutinan bakda ashar hingga selesai dan jam setengah 6 baru pulang. Dia sempat curhat padaku, kalau dia ingin berhenti kerja di Bank karena dilarang berhijab. Namun mamanya melarang karena masalah biaya hidup dan kuliahnya. kalau cari kerja lagi belum tentu dapat gaji seperti gaji pegawai bank".

"Jika mas suka sama mbak maya, saya dukung mas. Soalnya kayaknya mbak maya ngasih perhatian lebih sama mas, dari cara menyapa mas udah ketahuan kalau dia suka sama mas. Temannya aja yang sekantor dengan dia tidak pernah disapa seperti menyapa mas. Apalagi itu, kalau bukan jatuh cinta". Tinggal satu pak yang belum saya lakukan. "apa itu mas?" istikhoroh. "kalu itu harus mass, biar tambah mantap. kalu begitu saya jaga dulu ya mas". Mangga pak. "oh ya minumannya belum saya bayar. gak usah pak, gratis buat bapak". makasih ya...

Jam setengah enam udah tiba, benar kata pak satpam tadi, maya terlihat nongol dari arah belakang Bank bawa kain putih sambil dimasukkan kedalam tas, mungkin itu mukena. Tanpa berpikir panjang Budi langsung menutup tokonya dan langsung nyamperin maya.

May, aku antar ya pakek motor bututku sampai rumah. Tapi seperti biasa tasnya ditaruh ditengah ya hehehe. "emangnya ngak ngerepotin nih? trus siapa yang jaga toko?". ah biarin aja gak mungkin tokoku digotong maling hehe. "ya iyalah mana mungkin kuat maling gotong toko, kalau barangnya iya". jawab maya sambil tersenyum. Disaat maya naik disepeda motor pak satpam ngasih dua jempol dari kejauhan. Budi dan Maya membalas dengan senyuman dan lambaian tangan.

Dari kaca spion sebelah kiri, maya memperhatikan rudi yang sedang tersenyum. Maya menepok bahu budi,  "kok senyum2 sendirian sih". Siapa yang gak tersenyum kalau ada gadis cantik, baik dan rajin mengaji mau dibonceng" maya tersipu malu. "Ah kamu ini, belajar dari mana cara gombalin cewek?"  dari pak satpam jawab budi sambil tertawa hahaha.

May! "apa?" aku boleh main kerumahmu? "wah janganlah nanti dikira kita pacaran". biarin aja, kalaupun ya, aku juga senang kok hahaha. "Kamu ini katanya santri, tapi pandai bergombal, emang dipondok diajarin caranya gombalin cewek?" canda maya sambil tersenyum.

Udah mau nyampek, kita makan bakso dulu yuk? mumpung magrib kurang 10 menit, tapi kamu yang bayar ya hehehe. "ah kamu ini, kamu yang ngajak, aku yang bayar. ngak kok cuma bercanda hahaha. May baksonya enak ya, aku kasih nama warung bakso ini, bakso senyum. "kenapa bakso senyum?" habis sedari tadi kamu senyum terus tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kamu hehehe.

"Kamu tahu, sejak lulus SMA aku gak pernah mau diajak makan berdua sama teman cowokku. Hanya sekarang aku mau diajak makan". ayoo kenapa? tanya rudi. jangan2... "jangan2 apa?. awas jangan mikir macem-macem, ayo kita pulang.

Budi menginap dirumah mbaknya, dia ngak kepikiran tokonya sama sekali. "Mbak masak apa?" rudi mengawali pembicaraan didapur. Kamu sudah makan bud? tanya mbak Hilda pada rudi. "Tadi sebelum maghrib sudah makan bakso sama maya", jawab budi. Mbak!, apa bud? "kalau menurutmu maya itu gimana sih orangnya?". Mbak Hilda langsung menoleh kearah budi, dia heran atas pertanyaan budi. Kamu suka sama  maya? tanyanya pada budi sambil mesem. Tapi apa mau maya sama kamu bud?. "kalau maya, aku berani ngomong langsung sama dia, tapi kayaknya bude mar gak suka sama aku". Memangnya kamu tau dari mana bud, kalau mamanya maya gak suka sama kamu?. "Dulu pas hajatan kan ada ibu-ibu yang guyon, gimana kalau aku dijodohkan ama maya, dan tidak ada respon dari bude mar". Itukan dulu, waktu kamu gak punya pekerjaan. Siapa sih yang mau anaknya dilamar sama pengangguran. "Iya juga ya. Mbak Hilda mau ngomongin masalah ini sama bude mar?". Itu urusan gampang, yang penting pastikan dulu maya mau sama kamu. "Okelah kalau begitu, aku mau sholat istikhoroh dulu, nanti jika ada kemantapan aku mau ngomong langsung sama maya".

Sudah tiga hari berturut-turut budi sholat istikhoroh namun budi belum bermimpi tentang maya. Hatinya menjerit "Ya tuhan kenapa masih belum ada jawaban". Waktu beres-beres ditoko, budi teringat keterangan ustadnya dulu dipesantren, jawaban istikhoroh kadang lewat mimpi kadang memalui kemantapan hati untuk meneruskannya. "Alhamdulillah dulu aku rajin ngaji, jadi teringat tentang keterang ini", syukur budi dalam hatinya.

Saat maya keluar dari gerbang kantor, budi langsung nyamperin maya dan berkata "may, malam mingguan yuk, ada yang mau aku omongin ama kamu" pinta budi pada maya. serius amat, emangnya mau ngomongin apa sih, maya berbalik tanya pada budi. "ada deh.." jawab budi. gimana kalau ke Taman pahlawan, disana konser lhoo", budi meneruskan permintaannya. Wah jangaan, mama ngak mungkin ngijinin, soalnya terlalu jauhh. gimana kalau ketaman disebrang sana, disitu kan juga rame. "oke", jawab rudi pada maya.

Ayo cepetan ngomong! katanya ada yang mau diomongin, desak maya pada rudi. "Gimana yaa, aku bingung mau memulai dari mana". kayak Abg aja, mau ngomong masih muter-muter, langsung to the point aja, kata maya pada rudi. "Begini may, aku kenal sama kamu udah empat bulan dan aku sudah tahu siapa kamu, dengan hati penuh harap, aku ingin melamarmu" rudi menyampaikan lamrannya. hahaha maya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar permintaan rudi dengan gaya lugunya.  sambil tersungging sedikit senyum dibibinya maya berkata rud, kita ini belum pacaran, kok sudah mau melamar. Begini aja, ini ada amplop berisi kertas. kalau kertas ini berbentuk love berarti aku menerima lamaranmu, kalau berbentuk piramid berarti aku menolak lamaranmu. Maya menyembunyikan tangannya dibawah meja, entah apa yang dilakukan maya pada kertas itu. oke, udah selesai, ini amplopnya, tapi jangan dibuka disini, buka nanti kalau sudah nyampe' dirumah. Ayo kita pulang!. Oh ya satu lagi, seandainya kertas itu berbentuk love, itu bukan berarti aku mau menikah denganmu, soalnya aku harus meminta persetujuan dari mama. "Oke sayy" jawab rudi. Apa? aku gak denger, coba ulangi satu kali lagi! belum tentu diterima aja udah bilang oke say oke say, kepedean lo, sergah maya sambil senyum-senyem. Rudi hanya bisa cengengesan. 

Sampai dikamar jantung rudi berbunyi dag dig dug, dia penasaran berbentuk apa kertas yang ada didalam amplop. Ketika dibuka ternyataa... berisi love dan piramid. "hadehhh aku dibohongi sama maya", keluh rudi.

Tiba-tiba hp rudi berbunyi tanda ada sms masuk. ketika dibuka ternyata dari maya. Disitu tertulis "hahaha kasihaaaaan deh lhu, kena tipu sama gue hahaha".

Tanpa berpikir panjang rudi langsung balik nelpon maya dan ngomong "may gimana sih kok ada dua kertas disitu?". Begini rud, misalkan aku jawab ya dan mama jawab tidak, aku kasihan sama kamu karena telah memberi harapan kosong. maka dari itu kamu harus melamar kemama langsung, aku sih terserah mama".emmm gitu ya". Ya iyalah, kata maya.

Sudah 7 hari maya menjahui budi, dia malu sama teman-teman kantornya karena berita kedekatannya dengan budi bikin heboh dikantor. Bagaimana gak heboh, maya yang dikenal pendiam dan cuwek dengan teman-teman cowoknya ternyata jatuh cinta dengan rudi bahkan kabarnya maya yang ngejar-ngejar budi.

Budi kebingungan karena tiba-tiba maya menjahuinya tanpa ada alasan yang jelas. Dia berulang kali mengajak maya ngobrol sekadar ingin tahu kenapa dia menjauhinya. Namun maya terus menghindar dan jika ketemu sama budi, maya hanya senyum dan pura-pura sibuk.

Budi merasa pusing dengan masalah ini dan akhirnya dia menekatkan diri untuk melamar maya. "Mbak! gimana? katanya mau dibantu ngomong ke bude mar". Sabarlah dulu, besok hari minggu kita kerumah bude.

Hari minggu sudah tiba, budi dan mbak hilda pergi kerumah maya untuk membicarakan lamaran.
Assalamu alaikum, mbak hilda mengucap salam. "wa alikum salam" jawab lia sambil membukakan pintu.
"ma mama, ini ada tante sama mas budi". Bude maryati turun dari lantai dua diikuti maya dibelakangnya. "eh, ada neng hilda sama mantuku calon suami amelia" sapa bude mar. Budi dalam hati berkata "mungkin bude salah sebut nama karena nama kedua anaknya sama-sama berakhiran huruf A". Maya juga bingung kenapa yang disebut adalah nama adiknya bukan dirinya. Bude mar bertanya pada budi "gimana hubunganmu dengan anakku lia?". Budi menyikut tangan mbak hilda, isyarat minta bantuan soal kesalahan penyebutan nama.

Sebenarnya budi dan maya dikerjain oleh mereka. Tanpa disengaja lia menemukan buku deari milik maya diatas meja. disitu tertulis kalau maya suka sama budi sejak pandangan pertama. Hanya saja maya pintar menyembunyikan ketertarikannya pada budi. Maya setiap minggunya berharap agar dia yang disuruh nganterin makanan atau kue kerumah mbak hilda, tapi tetap saja yang disuruh adalah adiknya, padahal seringkali dia mondar-mandir kedapur. di deari itu juga tertulis kegembiraan maya ketika dia ditawari untuk diantar pulang kerumah.

Maya menyukai budi karena dia suka cowok pendiam tapi aktif. Budi orangnya sederhana, ramah, baik hati, suka menolong dan rajin ibadah. Itu semua tipe cowok yang disukai maya.

Isi deari itu diceritakan ke mamanya dan dia berharap sekali seandainya budi mau melamar. soalnya sudah ada 3 kali cowok melamar maya namun dia menolaknya. Bude mar hawatir kalau maya jadi perawan tua walaupun dia cantik, apalagi sebentar lagi dia akan lulus S2 dan hawatir takut dibilang pemilih oleh tetangga-tetangganya.

Sore harinya setelah penemuan buku deari, mbak hilda menemui bude mar untuk membicarakan lamaran. "Ow berarti mbak maya sama mas budi saling suka ma", tutur lia kepada mama nya. "tante gimana kalau kita kerjain mereka". "memangnya mau diapain mereka dek?" tanya hilda pada lia. Begini tan, gimana jika mama pura-pura ngarep rudi jadi calon suami saya. nanti kita lihat seperti apa reaksi mereka. jika sudah ada yang meneteskan air mata, baru kita beritahu kalau mereka sedang dikerjain. "Oke! sepakat".

Begini bude, sebenarnya kedatangan saya kesini atas permintaan adek saya budi. Maksud kami, ingin melamar anak bude amelia. Mendengar perkataan mbak hilda, budi terkejut dan mukanya pucat. Maya yang sedari tadi hanya diam akhir meneteskan air mata dan langsung masuk kekamar. "gimana ini lia" kata mama nya pada lia. Mbak hilda langsung menyusul maya kekamarnya. dia memeluk maya dengan erat dan berkata " dek, sebenarnya kalian sedang dikerjain, kami ingin tahu sebesar apa sih cinta kalian". Maya langsung mengusap air matanya dan berkata "kalian jahat sambil" sambil tersenyum. kemudian mereka tertawa semuanya.
Akhirnya budi dengan maya menikah dan hidup bahagia.

Tunggu kisah selanjutnya.....

No comments:

Post a Comment