Sunday, December 20, 2015

SEDEKAHNYA ORANG MISKIN DENGAN HARTANYA, SEDEKAHNYA ORANG KAYA DENGAN KE-AKU-NYA

Oleh; Muhammad Nurul Banan

Jika kau datangi...
Dia akan terlihat cerah dengan senyumannya...
Seakan-akan hendak kau berikan kepadanya sesuatu...
Yang kau sendiri menginginkannya...

Di atas adalah puisi Persia tentang hakikat kepribadian Muhammad Saw dalam memberi pada orang lain, selalu memberi sesuatu yang beliau sendiri sangat menginginkannya.

Hakikat memberi itu adalah menyerahkan pada orang lain sesuatu yang Anda sendiri menginginkannya.

Kalau setiap hari Anda menginginkan kehormatan dan kecintaan dari orang lain untuk diri Anda, tetapi Anda tidak pernah mendapatkan, justru Anda malah memberikan kehormatan diri Anda pada orang lain dengan selalu menerima diri sebagai orang yang direndahkan, atau mungkin dihinakan, berarti Anda selalu memberi pada orang lain.

Banyak orang yang oleh Allah hanya diberi kemampuan bersedekah dengan harta, justru jika Anda diistimewakan oleh Allah, Anda akan diberi kesempatan bersedekah memakai kehormatan Anda.

Setiap orang menginginkan aku-nya eksis, aku-nya dihormati, dicintai orang lain. Bila keinginan “aku” tersebut tidak ia dapatkan, berarti “aku” tersebut telah memberikan keinginannya pada individu lain. Dan inilah hakikat sedekah, yaitu memberikan kepentingan aku-nya, kehormatan aku-nya pada orang lain. Sedekah semacam ini adalah sedekah yang termulia, yaitu memberikan kehormatan diri, harga diri pada orang lain untuk dihina dan disampahkan.

Sedekah dengan harta itu sedekahnya orang miskin karena hanya memberikan sesuatu di luar diri ke-aku-annya, dan sedekahnya orang kaya adalah dengan ke-aku-nya, di mana ia memberikan sesuatu yang ada di dalam ke-aku-annya, sesuatu yang paling dicintai dirinya yaitu kepentingan egonya sendiri.

Ya, sedekahnya orang miskin dengan hartanya sementara sedekahnya orang kaya dengan kepentingan egonya.

“Setiap orang (pada hari Kiamat) dalam naungan sedekahnya sampai diputuskan semua perkara di antara manusia.” (H.R. Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah)

Nabi Ahmad Saw, beliau pensedekah ke-aku-an yang tiada tanding. Ia bersedekah harga diri dengan merelakan dirinya dihina, dikucilkan, bahkan disiksa oleh musuh-musuh beliau. Beliau rela hati saat berhadapan dengan kedengkian, ejekan, dan terkadang kemenangan musuh, semua merupakan sedekah ke-aku-an, harga dirinya yang paling beliau cintai. Beliau rela hati saat diusir dari kampung halaman, dikeluarkan dari negerinya, dan dijauhkan dari keluarga dan sanak familinya.

Kaum kafir Quraisy mungkin kelompok yang paling menganiaya terhadap Nabi Saw. Mereka pernah memukul, melecut, membakar dengan besi panas, menjemur di bawah terik matahari, menindih dengan batu besar, melempar dengan kotoran-kotoran binatang. Malah pernah meletakkan kepala unta pada kuduk Nabi Saw ketika beliau sedang sujud, dan berbagai rencana untuk membunuh Nabi.

Setelah Nabi dan kaum Muslimin berhasil membebaskan kota Makkah (Fathul Makkah), mereka dikumpulkan dihadapan Nabi. Bukan untuk menerima pembalasan dendam, akan tetapi untuk menerima pengampunan. Dalam khuthbah, beliau bersabda;

"Aku berkata seperti apa yang dikatakan saudaraku Yusuf; “Mulai hari ini tidak ada cerca dan nista atas perbuatan yang telah kalian lakukan, Allah mengampuni kalian, dan Ia Yang paling mengasihi dari orang-orang yang penyayang.”

Setelah mendengar ucapan beliau, mereka bubar dengan perasaan lega hati. Inilah sebuah cermin hidup seorang pensedekah ke-aku-an, Nabi Saw., sedekah yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang besar.

Selamat bersedekah model orang kaya.

No comments:

Post a Comment