Teringat
masa lalu, ketika pertama kali sowan kepada Hadhratus Syaikh K.H.R. Abdul Mujib
Abbas bersama Bapakku dan Alumni. Beliau Al Marhum Kyai memberi kami ijazah
sebuah Doa:
اللهم يا غني يا حميد يا مبدئ يا معيد يا رحيم يا ودود اغننى بحلالك عن حرامك
وبطاعتك عن معصيتك وبفضلك عمن سواك
Artinya,
“Ya Allah, yang Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Pencipta, Maha Kuasa
Mengembalikan, Maha Penyayang, dan Maha Kasih. Cukupi aku dengan harta
halal-Mu, bukan dengan yang haram. Isilah hari-hariku dengan taat kepada-Mu,
bukan mendurhakai-Mu. Cukupi diriku dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.
Itulah
pemberian paling berharga dari beliau dan selalu aku baca dalam setiap doa. Setelah
aku merenungi makna yang terkandung dalam doa tersebut, mungkin yang dimaksud
beliau agar kami tidak termasuk salah satu umat akhir zaman yang tidak peduli
terhadap harta halal-haram dan perbuatan taat-maksiat.
Dalam
sebuah hadist dikatakan:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه
وسلم قال يأتي على الناس زمان لا يبالي
المرء ما أخذ منه أمن الحلال أم من الحرام
dari
Abu Hurairah Ra dari Nabi Saw, bersabda: Akan datang suatu zaman dimana
seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, apakah berasal
dari sumber yang halal ataukah berasal dari sumber yang haram.
Alasan
yang lumrah sehingga para pencari nafkah tidak peduli terhadap halal-haram
adalah tuntutan keluarga, istri mengeluh dan minta macam-macam, orang tua
merasa iri dengan anak orang lain yang sudah sukses atau merasa gengsi karena
pendidikan anaknya tinggi sedangkan dia kerja rendahan dan sedikit penghasilannya.
Akhirnya para pencari nafkah gelap mata dan mengambil jalan pintas dengan
mencari harta haram.
Dalam
kitab Ihya’ 'Ulumuddin karya Imam Ghazali, Nabi besabda:
يأتي
على الناس زمان يكون هلاك الرجل على يد زوجته
وأبويه وولده يعيرونه بالفقر ويكلفونه ما لا يطيق فيدخل
المداخل التي يذهب فيها دينه فيهلك
Akan
datang pada manusia suatu masa dimana pada saat itu seorang laki laki celaka
ditangan istrinya, orang tuanya dan anaknya. Mereka semua mencelanya karena
kefakirannya dan mereka menuntut melakukan sesuatu diluar kemampuannya.
Akhirnya dia terjerumus ke dalam usaha yang ilegal yang menjadikan agama hilang
(dari pedoman hidupnya), maka celakalah dia.
Kalau
direnung kembali, membentuk keluarga agamis dan mencari istri sholihah amat
sangat penting.
No comments:
Post a Comment