Sunday, January 17, 2016

Memandang Wajah Ulama Adalah Ibadah

Ada suatu kaum yang daerah tempat mereka tinggal tidak turun hujan hingga bertahun-tahun. Mereka sudah hampir mati. Shalat Istisqa’ dilakukan berkali-kali, tetapi hujan tidak kunjung datang.

Kemudian ada seorang yang dianggap awam, memasuki daerah tersebut dan berkata: “Wahai hadirin. Apa yang kalian lakukan?” “Istisqa’. Minta hujan”, jawab mereka. “Bolehkah saya membantu berdoa agar hujan turun?” “Lha wong orang sedesa sudah doa dan istisqa’ belum juga turun hujan, kok sampean berani nantang turun hujan?” “Mungkin doa saya diterima oleh Allah.” “Ya sudah kalau begitu, monggo silakan.”

Kemudian orang asing tersebut menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, berkat apa yang ada dimataku ini, tolong turunkan untuk mereka hujan ya Allah.” Tidak lebih dari 10 menit langit mendung. Tidak sampai setengah jam kemudian turunlah hujan. Mereka bertanya: “Apa doa yang kau lakukan?” “Saya hanya tawasul dengan amal saya.” “Apa amalan yang ada di matamu?” “Saya hanya tawasul dengan mata saya yang pernah memandang seorang wali dan ulama, bernama Abu Yazid al-Busthami.” Memandang wajah seorang alim adalah ibadah.

Ini merupakan salah satu kemuliaan yang diberikan Allah kepada hambaNya yang berilmu. Berdoa agar keinginan dikabulkan oleh Allah melalui tawasul dengan amal, dalilnya tentu sudah kita ketahui. Karena haditsnya shahih dan masyhur. Yaitu hadits tiga orang yang terperangkap di dalam gua.

Ceramah Habib Jamal bin Thoha Baagil

No comments:

Post a Comment