Sunday, March 13, 2016

TERNYATA METODE KESUCIAN HATI LEBIH AMPUH

Diceritakan bahwa putra dari syeikh Abdul Qadir AlJailani telah banyak menuntut imu dan Alim, bahkan dia piawai dalam berceramah. Sedangkan ayahnya, Sekh Abdul Qodir Al Jailani jika berceramah, beliau selalu menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Putra Sekh berkata dalam hatinya, “Jika aku di izinkan berceramah, tentu akan lebih banyak lagi hadirin yang menangis.”

Suatu hari Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ingin mendidik anaknya. Beliau berkata kepadanya, “Wahai anakku, berdiri dan berceramahlah.” Si anak kemudian berceramah dengan sangat bagus. Namun tidak ada seorang pun yang menangis dan merasa khusyu’. Mereka bahkan bosan mendengar ceramahnya. Setelah anaknya selesai berceramah, Syeikh Abdul Qadir naik ke mimbar lalu berkata, “Para hadirin, tadi malam, isteriku, Ummul Fuqara' menghidangkan ayam pangang yang sangat lezat, tetapi tiba-tiba datang se ekor kucing dan memakannya.”

Mendengar isi ceramah Sekh, para hadirin menangis dan menjerit. Si anak berkata, “Aneh, aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Al Quran, Hadits, Syair dan berbagai akhbar, tidak ada seorang pun yang menangis. Tetapi, ketika ayahku menyampaikan ucapan yang tidak ada artinya, mereka justru menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya?.”

Berikut ini penjelasan Habib Umar bin Hafidz.

Menurut beliau, Inti ceramah bukan terletak pada susunan kalimat, tapi pada kesucian hati dan sifat shidq pembicara. Di saat syeikh Abdul Qodir Jailani berbicara, para hadirin menangis karena mengartikan kucing dalam cerita beliau sebagai setan yang mencuri amal anak cucu Adam dengan cara menimbulkan sikap riya, ujub dan sombong.

Ada juga yang mengartikan cerita itu dengan keadaan su,ul khotimah. Amal yang di lakukan sudah sangat banyak, tetapi pada akhir hayat mati su,ul khotimah.

Mereka semua menangis dan merasa takut kepada Alloh hanya karena ceramah biasa. Sesungguhnya ceramah sekh telah membuat mereka berpikir dan menerbitkan cahaya di hati mereka berkat cahaya yang memancar dari hati Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.

No comments:

Post a Comment