Wednesday, October 5, 2016

TRAGEDI PEMOTONGAN LIDAH KARENA MENCINTAI ABU BAKAR RA PADA HARI ASYURA'

Imam Ibnu Hajar dalam kitab Az Zawajir berkata lagi: Al Kamal bin Al Adim berkata lagi: Memberitahukan kepadaku Abul Abbas bin Abdil Wahid dari As Syaikh As Shalih Umar Az Zaghibi dan hikayah ini telah berulang-ulang, berkata:

"Saya tinggal di Madinah Musyarrafah, semoga shalawat dan salam yang paling afdhal dilimpahkan kepada Nabi yang menjadikan mulya kota Madinah. Pada hari Asyura' saya keluar, hari aliran Syiah Imamiyyah berkumpul di kubah  Al Abbas. Mereka telah berkumpul di kubah dan saya berdiri di pintunya. 

Saya berkata: Saya menginginkan sesuatu sebagai bentuk kecintaan kepada sahabat Abu Bakar As Shiddiq. Lalu seorang Syaikh (orang tua) dari mereka menemuiku dan berkata: Duduklah hingga kami selesai dan kami akan memberikan kepadamu. Maka saya duduk hingga mereka selesai. 

Kemudian laki-laki itu menemuiku lagi. Dia menuntun tanganku menuju rumahnya. Dia membawa saya masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dibelakangku. Tiba-tiba 2 orang budak mengikat diriku dan memukuliku hingga saya kesakitan. Kemudian dia menyuruh untuk memotong lidahku dan mereka melaksanakannya. Lalu dia menyuruh lagi untuk melepaskan ikatanku. Dia berkata: keluarlah dan temui orang yang mana kamu meminta karena mencintainya, agar dia mengembalikan lidahmu.

Saya keluar menuju Hujrah Syarifah Nabawiyyah, saya menangis karena merasa sangat sakit dan pedih. Saya berkata dalam hatiku:  Ya Rasulallah, Engkau telah tahu atas apa yang menimpa padaku karena mencintai Abu Bakar. Jika sahabatmu itu benar, maka saya ingin lidahku kembali.

Saya bermalam di Hujrah dengan perasaan resah, sangat pedih, lalu saya tertidur. Saya bermimpi bahwa lidahku telah utuh kembali. Lalu saya bangun dan menemukan lidahku kembali ke asal semula dan saya bisa berbicara. Saya berkata, Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengembalikan lidahku.

Kecintaanku pada sahabat Abu Bakar Ra bertambah. Ketika tiba tahun kedua pada hari Asyura’, mereka berkumpul lagi sesuai dengan kebiasaan mereka. Saya keluar menuju pintu kubah dan saya berkata: Saya menginginkan sebuah dinar sebagai bentuk kecintaan kepada sahabat Abu Bakar. Seorang pemuda dari mereka yang hadir menemuiku dan berkata: Duduklah, hingga kami selesai, maka saya duduk.

Ketika mereka telah selesai, datang lagi pemuda itu untuk menemuiku  dan menuntun tanganku menuju rumahnya. Dia membawa saya masuk dan menyuguhi saya sebuah makanan dan kami memakannya. Setelah kami selesai makan, dia berdiri lalu membuka sebuah pintu kamar di rumahnya. Dia menangis, maka saya berdiri untuk melihat apa yang membuat dia menangis. Saya melihat di rumah itu ada seekor kera yang sedang diikat. Saya bertanya tentang kisahnya, tapi dia tambah menangis. 

Saya mendiamkannya hingga dia terdiam. Saya berkata: Demi Allah, beritahukan kepadaku tentang keadaanmu. Dia berkata: Jika kamu berjanji kepadaku tidak akan memberitahukan kepada satu orang pun dari penduduk Madinah, saya akan memberitahukan kepadamu. Maka saya berjanji padanya. Dia berkata: Ketahuilah, pada tahun pertama ada laki-laki datang kepada kami dan meminta sesuatu sebagai bentuk kecintaan kepada sahabat Abu Bakar di kubah Al Abbas pada hari Asyura’. Bapakku menemuinya, bapakku termasuk orang besar di aliran Syiah Imamiyyah, dia berkata pada lelaki itu, duduklah hingga kami selesai.

Setelah selesai, bapakku membawa laki-laki itu ke rumah ini dan 2 orang budak memukulinya. Ayahku menyuruh budak untuk memotong lidahnya dan dipotonglah. Lalu dia membebaskannya dan kami tidak mendengar kabar tentang dirinya. 

Ketika malam tiba dan kami tidur, bapakku menjerit keras sekali, membuat kami bangun karena saking nyaringnya. Kami menemukan ayahku dirubah oleh Allah menjadi kera dan kami kaget akan hal itu. Kami memasukkannya ke kamar ini, mengikatnya dan mengumumkan kepada orang-orang bahwa ayah telah mati. Saya menangis sepanjang hari karenanya.

Saya berkata kepadanya: Jika kamu melihat orang yang dipotong lidahnya oleh bapakmu, apa kamu bisa mengenalinya? Dia berkata: Demi Allah tidak. Saya berkata: Saya adalah dia, saya orang yang dipotong lidahku oleh bapakmu. Lalu saya mengisahkan kepadanya. Dia langsung memelukku, mencium kepalaku dan tanganku kemudian saya diberi baju dan dinar. Dia bertanya, bagaimana Allah mengembalikan lisanku, maka saya menceritakan padanya. Setelah itu saya pulang.
Sumber: Al Asalibul Badi'ah fi Fadhailis Shahabah wa Iqna'is Syiah, karya Syekh Yusuf bin Ismail Al Nabhani

NB: Mohon dikomentari jika ada kesalahan dalam penerjemahan dan bahasa yang kurang cocok. 


 

No comments:

Post a Comment